Plagiarisme dan Pencurian Properti Intelektual

TIMESINDONESIA, MALANG – Plagiarisme tidak hanya merugikan orang yang menciptakan karya tersebut, tetapi juga menciptakan budaya yang merugikan dalam masyarakat. Ketika seseorang mencuri karya orang lain, ia tidak hanya mencuri properti intelektual, tetapi juga merusak kepercayaan di antara orang-orang. Ini juga menghambat perkembangan kreativitas dan inovasi, karena ketika orang mencuri karya orang lain, mereka tidak memberikan kontribusi apa pun kepada bidang itu. Saat ini plagiarisme dapat dimaknai sebagai tindakan mengambil ide, tulisan, atau karya orang lain tanpa memberikan kredit atau sumber yang tepat. Ini adalah praktik yang tidak etis dan melanggar hak cipta seseorang.
Menghargai hak cipta dan menghindari plagiarisme adalah bagian dari menjadi seorang penulis atau pelajar yang bermutu. Dalam dunia akademik, plagiasi dapat merusak reputasi akademik seseorang, mengakibatkan diskualifikasi dari pekerjaan atau program, dan bahkan pengusiran dari institusi. Di dunia jurnalisme, plagiarisme dapat mengakibatkan seseorang kehilangan pekerjaan dan reputasi profesional. Penting untuk memahami bahwa plagiarisme adalah tindakan yang merugikan, tidak hanya bagi orang yang menciptakan karya tersebut, tetapi juga bagi budaya keseluruhan di mana kita hidup.
Advertisement
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Plagiarisme memiliki dampak yang merugikan bagi orang yang menciptakan karya, karena penulis kehilangan hak cipta atas karya tersebut dan mungkin juga kehilangan penghasilan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Pusat Kajian Anti-Plagiarisme dan Publikasi Ilmiah (PKAPPI) di tahun 2017 menunjukkan bahwa sekitar 60% tesis dan disertasi di Indonesia mengandung unsur plagiat. Selain itu, survei yang dilakukan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada tahun 2019 menunjukkan bahwa 58,1% mahasiswa di Indonesia mengaku pernah melakukan plagiat.
Masalah plagiarisme di Indonesia tidak hanya terjadi di dunia akademik, tetapi juga di dunia jurnalistik dan industri kreatif lainnya. Beberapa kasus plagiarisme di media sosial, blog, dan media online juga kerap ditemukan. Namun, perlu dicatat bahwa tindakan plagiarisme tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di seluruh dunia. Perlu upaya bersama untuk mengurangi budaya plagiarisme dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menghargai hak cipta dan karya orang lain.
Di kalangan pendidik, plagiarisme dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti menyalin tugas dari buku teks atau sumber online tanpa memberikan kredit atau sumber yang tepat, menyalin tulisan teman atau rekan kerja, atau bahkan menyalin pekerjaan mahasiswa atau doktorandus mereka tanpa izin atau memberikan kredit. Plagiarisme di kalangan peserta didik juga menjadi masalah yang serius, terutama di era digital di mana informasi mudah diakses.
Banyak siswa dan mahasiswa yang mengandalkan sumber online tanpa menyadari pentingnya memberikan kredit atau sumber yang tepat, atau tanpa memahami dengan baik cara mengutip sumber dan menghindari plagiarisme. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pendidikan mengenai plagiat di kalangan pendidik dan peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan atau seminar mengenai etika akademik dan cara menghindari plagiarisme, serta dengan memberikan sanksi yang tegas bagi mereka yang terbukti melakukan plagiarisme. Selain itu, perlu juga memberikan contoh dan teladan baik dari para pendidik dan institusi pendidikan yang menghargai hak cipta dan mendorong kreativitas serta inovasi dalam pendidikan.
Tindakan plagiarisme di kalangan pendidik dan peserta didik juga dapat mempengaruhi perkembangan kreativitas dan inovasi. Ketika plagiat menjadi lebih sering terjadi, maka karya-karya orisinal dan kontribusi nyata terhadap bidang ilmu tertentu menjadi terhambat. Jika karya-karya orisinal dan kontribusi nyata tidak dipublikasikan atau diakui secara adil, maka perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa terhambat. Selain itu, tindakan plagiarisme juga dapat menghasilkan karya yang tidak berkualitas.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Seorang pendidik atau peserta didik yang melakukan plagiarisme cenderung tidak memiliki pemahaman yang mendalam terhadap materi yang sedang dipelajari atau diteliti. Hasilnya, karya yang dihasilkan tidak original dan mungkin juga tidak akurat, karena hanya berdasarkan informasi dari sumber yang tidak diverifikasi atau dikritisi dengan benar. Oleh karena itu, sangat penting bagi para pendidik dan peserta didik untuk memahami pentingnya etika akademik, termasuk pentingnya memberikan kredit atau sumber yang tepat pada karya orang lain. Mereka juga perlu memahami pentingnya mengembangkan kreativitas dan inovasi, serta mendorong penelitian dan pengembangan karya orisinal.
Plagiarisme dapat memiliki dampak negatif pada kecerdasan peserta didik. Tindakan plagiat yang sering terjadi dapat memperburuk keterampilan belajar peserta didik dan dapat menghambat perkembangan mereka. Seorang peserta didik yang sering melakukan plagiarisme cenderung mengandalkan sumber luar untuk tugas mereka tanpa memahami materi dengan baik. Dalam jangka panjang, tindakan plagiarisme dapat menyebabkan peserta didik kehilangan kemampuan kritis dan analitis mereka. Mereka tidak belajar untuk memproses informasi dengan baik, menginterpretasikan hasil penelitian atau mengevaluasi sumber informasi dengan kritis. Akibatnya, mereka tidak dapat mengembangkan kemampuan kognitif mereka dengan baik.
Selain itu, tindakan plagiarisme juga dapat merusak moral dan etika peserta didik. Peserta didik yang terbiasa melakukan plagiat dapat kehilangan rasa hormat pada hak cipta dan karya orang lain. Mereka mungkin juga cenderung menganggap mudah untuk mengambil jalan pintas dan tidak memiliki rasa tanggung jawab yang cukup dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Oleh karena itu, sangat penting untuk mencegah dan mengatasi tindakan plagiarisme di kalangan peserta didik. Pendidik dan institusi pendidikan harus memberikan pelatihan dan bimbingan pada peserta didik tentang etika akademik dan cara menghindari plagiarisme. Pendidik juga harus memberikan tugas yang menantang dan menstimulasi kreativitas peserta didik, sehingga mereka dapat belajar untuk memahami materi dengan baik dan menghasilkan karya yang orisinal dan berkualitas.
Ada Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah dan mengatasi tindakan plagiarisme di kalangan pendidik dan peserta didik, antara lain: Pertama, memberikan pelatihan tentang etika akademik: Pendidik dan institusi pendidikan dapat memberikan pelatihan tentang etika akademik kepada peserta didik. Pelatihan ini harus mencakup penjelasan tentang apa itu plagiarisme, bagaimana cara menghindari plagiat, dan pentingnya memberikan kredit pada sumber informasi yang digunakan. Kedua, memberikan tugas yang menantang dan kreatif: Pendidik dapat memberikan tugas-tugas yang menantang dan kreatif kepada peserta didik. Tugas-tugas ini harus merangsang peserta didik untuk memahami materi dengan baik dan mengembangkan karya yang orisinal dan berkualitas.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Ketiga, menggunakan piranti lunak deteksi plagiat: Institusi pendidikan dapat menggunakan software deteksi plagiat untuk mengidentifikasi tindakan plagiat pada tugas-tugas peserta didik. Software ini dapat membantu memastikan bahwa karya yang dikumpulkan adalah hasil karya orisinal peserta didik. Keempat, memberikan sanksi yang tegas: Institusi pendidikan harus memberikan sanksi yang tegas bagi peserta didik yang melakukan tindakan plagiat. Sanksi ini dapat berupa nilai rendah, skorsing, atau bahkan pencabutan gelar akademik.
Kelima, mendorong inovasi dan kreativitas: Pendidik dapat mendorong inovasi dan kreativitas dengan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempresentasikan ide-ide mereka dan mendiskusikan topik-topik yang menarik. Dengan demikian, peserta didik akan merasa lebih termotivasi untuk menghasilkan karya-karya yang orisinal dan berkualitas. Dengan mengambil langkah-langkah tersebut, diharapkan tindakan plagiarisme dapat ditekan dan peserta didik dapat belajar dengan baik dan menghasilkan karya-karya yang orisinal dan berkualitas.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*)Penulis: Moh. Badrih, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unisma, Pengurus Pusat Asosiasi Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pengurus Cabang LTM NU Kota Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |