Kopi TIMES

Pemilu 2024 dan Momentum Kebangkitan Kaum Muda

Senin, 22 Mei 2023 - 02:30 | 721.75k
Muhammad Anas Muttaqin, Direktur Pemilihan Presiden Lembaga Pemenangan Pemilu DPC PKB Kota Malang
Muhammad Anas Muttaqin, Direktur Pemilihan Presiden Lembaga Pemenangan Pemilu DPC PKB Kota Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Era Industrialisasi 4.0 patut kita apresiasi sebagai bentuk upaya merespon perkembangan zaman yang semakin pesat. Hal ini ditandai salah satunya dengan tumbuhnya inovasi dalam bidang teknologi dan informasi. 

Kecepatan dalam melakukan akselerasi dengan berbasis otomatisasi terhadap segala kebutuhan masyarakat, menjadi pertanda ciri era Industrialisasi 4.0 yang saat ini sedang kita rasakan. Tanpa disadari, mayoritas "pemain" utama dalam sektor ini adalah mereka yang kita sebut sebagai generasi emas masa mendatang atau akrab disapa kalangan milenial.

Peluang ini sekaligus tantangan, apakah Indonesia mampu merespon hal tersebut sebagai kekuatan, atau justru tertinggal, karena potensi anak muda tidak dikembangkan dengan baik. 

Salah satu upaya mengawal suksesnya Era Industrialisasi 4.0 ini adalah dengan memberdayakan kaum milenial agar nantinya bisa mengambil peran dalam pasar regional, nasional dan bahkan pasar global. Langkah paling strategis sebagai dasar pendekatan adalah melibatkan kaum milenial dalam pengambilan kebijakan publik yang berkaitan dengan respon akan perkembangan zaman.

Melibatkan kaum milenial dalam porsi pengambilan kebijakan publik, tidak serta merta bisa dilakukan tanpa adanya pendidikan politik yang masif bagi kaum milenial. Otomatis, peran dan pemikiran mereka dalam kancah politik sangat dibutuhkan, apalagi menjelang Pemilu Legislatif 2024 yang tinggal hitungan bulan saja.

Penelitian dan survei dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terkait keterlibatan kaum milenial pada politik, tahun 2019 menunjukkan angka yang menggembirakan. Sebanyak 40 persen dari jumlah pemilih pada Pemilu 2019, didominasi oleh anak muda. Jumlah ini, bisa saja meningkat lebih dari 50 persen pemilih dari kalangan Milenial, sebab adanya bonus demografi yang terjadi di Indonesia, pada tahun mendatang.

Kondisi ini, menurut hemat penulis, perlu dilakukan agregasi yang cukup mendalam, jika dikaitkan dengan pengembangan potensi anak muda di Era Industrialisasi 4.0. 

Pemilih milenial, harus ditempatkan dalam posisi yang naik kelas, tidak saja sebagai objek dalam politik praktis, namun juga sebagai mitra berpikir dan berdiskusi bagi para peserta Pemilu Legislatif Tahun 2024. Dengan begitu, citra politik era "old school" yang menempatkan anak muda hanya bagian dari objek nantinya bisa bergeser.

Pemikiran menjadikan anak muda sebagai mitra berpikir, hanya bisa dilakukan oleh mereka yang benar-benar visioner dan mengikuti perkembangan anak muda beserta permasalahannya. Karena itu, hadir-nya calon anggota legislatif muda yang sudah mulai tampil dalam ajang Pemilu 2024, adalah momentum yang tepat, untuk menghapus stigma "old school" dalam ranah politik. 

Generasi milenial, layak mendapat porsi sebagai penentu kebijakan, melalui para wakilnya baik dalam lembaga legislatif. Artinya, slogan "politik hanya untuk kalangan orang tua saja," bakal terpatahkan ketika pendidikan politik untuk kalangan milenial, dibawa oleh mereka yang benar-benar paham kebutuhan anak muda.

Karakteristik generasi Milenial yang paling mencolok adalah mereka sangat menguasai gawai sebagai media berinovasi, teknologi serta aktif di media sosial seperti Facebook, YouTube, Instragram, WhatsApp dan lain-lain. Sejumlah data menyebutkan sekitar 80% generasi Milenial mengakses media sosial setiap hari, dengan tujuan mencari informasi mengenai liburan, hiburan, kuliner, agama, politik, olah raga dan lain sebagainya.

Melihat pemanfaatan yang dilakukan oleh pemilih millenial, pada dasarnya mereka cenderung tertarik pada hal-hal yang baru, inovatif dan sesuai dengan perkembangan zaman. Melihat perpolitikan di Indonesia cenderung mempertontonkan konflik. 

Karena itu, kedepan legislator muda harus menjadikan generasi milenial sebagai mitra berpikir dan mitra dialogis guna mencari bersama terobosan dan perkembangan zaman terbaru dalam konteks politik adalah akan sangat menarik kaum Milenial. 

Apalagi, legislator muda yang memiliki kemampuan, energi dan gagasan serta  memiliki latar belakang mantan aktifis sudah sepantasnya dan sangat layak menjadi wakil generasi milenial di masa mendatang.

Peluang Milenial di Kota Malang

Sebagaimana cara pikir yang dibeberkan pada bagian sebelumnya, maka potensi besar menggaet Milenial dalam konteks politik di Kota Malang cukup besar. Begitu pula sebaliknya, generasi milenial juga membutuhkan legislator muda yang mampu menampung gagasan, ide-ide kreatif, dan mampu menjadikan energi anak muda menjadi program yang luar biasa.

Sedikitnya, ada tiga faktor yang penting perihal mampu terjalinnya hubungan dialogis antara generasi Milenial dengan legislator muda.

Pertama, Kota Malang adalah kota pendidikan. Data Badan Pusat Statistik (BPS), disebutkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Malang dalam tiga tahun terakhir cukup menggembirakan. Artinya, tingkat kualitas dan kuantitas pendidikan di Kota Malang bahkan melebihi kota yang ada di Jawa Timur. Dengan begitu, peluang menggaet kalangan Milenial untuk diajak bersama berdialektika sekaligus menjadi mitra pembangunan sangat terbuka cukup baik.

Kedua, Era Industrialisasi 4.0 di Kota Malang sudah direspon dengan baik oleh kalangan anak muda dan juga pemerintah daerah. Sektor ekonomi kreatif yang menandakan kehadiran anak muda di dalamnya sudah berjalan meskipun harus ada peningkatan di masa mendatang. Menjadikan kaum milenial sebagai subjek dalam penentuan kebijakan tentunya akan mempermudah jalan untuk meningkatkan sektor ekonomi kreatif yang digadang-gadang akan berkembang di Kota Malang.

Ketiga, hadirnya calon pemimpin dari kalangan anak muda, merupakan pertanda bahwa kalangan milenial akan mendapat wakil mereka di pemerintahan yang sejalan dengan pemikiran dan gagasan mereka. Tentu saja, calon pemimpin dari kalangan muda, sekali lagi harus merombak gaya "old school" yang selama ini dibawa oleh para politisi dan bahkan para pemimpin yang menduduki jabatan tertentu baik di legislatif maupun eksekutif. 

Terakhir, tantangan ini juga harus direspon oleh partai politik dengan cara menempatkan para kader muda potensial di nomor urut prioritas agar mereka mampu bersaing merebut hati masyarakat. Keberpihakan partsi politim sangat dibutuhkan karena tugas utama partai politik ada menciptakan para pemimpin masa depan yang bisa dimulai dengan memberi ruang para kader muda potensial untuk duduk di kursi legislatif dan posisi strategis di struktur partai. 

Menurut Hemat penulis, momentum Pemilu 2024, adalah waktu yang tepat, bagaimana menjadikan generasi milenial sebagai penentu dalam berbagai kebijakan baik di tataran pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah, dalam hal ini khususnya yang ada di Kota Malang. Bismillah. 


*) Penulis adalah Muhammad Anas Muttaqin, Direktur Pemilihan Presiden Lembaga Pemenangan Pemilu DPC PKB Kota Malang

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES