Kopi TIMES

Belajar Soal Sampah dari Pandawara; Dari Sungai Kotor Hingga Eksis di Media Sosial

Jumat, 26 Mei 2023 - 05:12 | 132.06k
Nur Faizza Tunnisa, Mahasiswi Sosiologi Universitas Bangka Belitung.
Nur Faizza Tunnisa, Mahasiswi Sosiologi Universitas Bangka Belitung.

TIMESINDONESIA, BANGKA BELITUNG – Permasalahan sampah beserta dampak yang ditimbulkannnya masih menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia. Dimulai dari tata kelola sampah yang kurang baik, penimbunan sampah di TPA, hingga tersumbatnya aliran air sungai telah menyebabkan berbagai fenomena kerusakan lingkungan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

Salah satu dampak akibat permasalahan sampah yang sering mengancam kelestarian lingkungan adalah banjir. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (dibi.bnpb.go.id, 22/03/23) selama periode 2014-2023 telah terjadi 8.037 kasus banjir di Indonesia. Selain itu, berdasarkan data statistik BNPB, total jumlah korban akibat banjir adalah 41,468,815 jiwa (2022). 

Untuk bisa menangani permasalahan sampah, tentu tidak cukup dilakukan oleh lembaga pemerintah atau lembaga kemasyarakatan saja, tetapi perlu adanya dukungan langsung dari masyarakat. Bentuk dukungan yang dilakukan bisa dengan berbagai cara, dimulai dari membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, membawa tempat belanja dari rumah, melakukan gotong royong membersihkan wilayah sekitar rumah, dan lain-lain. 

Namun, dalam praktiknya masih banyak masyarakat yang belum bergerak dalam mencegah dan membantu menangani permasalahan sampah di lingkungan sekitar. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya motivasi masyarakat karena tidak adanya role model atau contoh nyata yang bisa menginspirasi semua kalangan untuk peduli terhadap lingkungan.

Munculnya Pandawara Group

Akhir-akhir ini dunia maya dihebohkan dengan aksi lima anak muda yang mendokumentasikan kegiatan mereka saat sedang membersihkan tumpukan sampah di sungai yang sangat kotor dan tercemar di wilayah Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Mereka dikenal dengan sebutan Pandawara Group. Aksi mereka dilatarbelakangi karena keresahan terhadap wilayah tempat tinggal yang kerap dilanda banjir. 

Layaknya anak muda yang selalu penasaran terhadap sesuatu, mereka mencari tahu kenapa wilayah tempat tinggal mereka selalu langganan banjir setiap tahun. Oleh karena rasa penasaran yang dilatarbelakangi keresahan terhadap fenomena banjir, akhirnya mereka menemukan kesimpulan bahwa sampah yang menumpuk di sungai menjadi salah satu penyebab banjir. Banyaknya sungai di sekitar wilayah tempat tinggal yang kotor, tersumbat sampah hingga airnya tidak bisa mengalir menjadi bukti bahwa sampah merupakan penyebab utama banjir yang selalu melanda wilayah tempat tinggal mereka setiap tahun. 

Waste4change (waste4change.com, 6/2/23) mencatat, setelah satu tahun Pandawara Group melakukan aksi bersih-bersih sungai yang tercemar, total sampah yang berhasil dikumpulkan adalah 27.066 kilogram sampah dan diangkut dalam 4.511 kantong sampah di 78 saluran air, termasuk sungai besar, sungai kecil dan septic tank di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Aksi bersih-bersih sampah itu cukup sering dilakukan. Hal ini dituturkan oleh salah seorang anggota Pandawara yang menyatakan bahwa waktu kerja mereka lima hari dalam satu pekan dan hanya dilakukan oleh mereka berlima saja.

Sejak tulisan ini ditulis, Pandawara Group sudah diikuti oleh 1,1 jt pengikut di akun Instagram dan enam juta pengikut di akun TikTok. Hal ini mengindikasikan bahwa aksi bersih-bersih sungai yang tercemar sampah mendapat perhatian sangat besar dari para netizen baik dalam negeri maupun luar negeri.

Pandawara Group telah membuat netizen antusias dengan setiap konten video yang mereka upload di media sosial. Hal ini dibuktikan dengan adanya kerjasama antara Pandawara Group dengan BRI Peduli untuk membersihkan sampah di pasar, berkolaborasi dengan ratusan relawan untuk membersihkan tumpukan sampah di pantai Lombok dan juga sungai kecil di Kabupaten Bandung, serta mendapatkan penghargaan Indonesia Green Awards 2023. Oleh karena itu, untuk menangani permasalahan sampah yang mencemari lingkungan adalah dengan aksi nyata yang dilakukan secara bersama-sama, karena kelestarian lingkungan adalah tanggung jawab bersama. 

Potensi Komunitas Lokal Peduli Lingkungan di Bangka Belitung

Sebagai salah satu Provinsi di Indonesia, Bangka Belitung tentu harus bisa mengatur, menjaga, dan melestrasikan lingkungan wilayah daerah secara berkelanjutan. Permasalahan sampah secara nasional tentu dimotori oleh permasalahan sampah di tingkat daerah. Oleh karena penyebab utama permasalahan sampah secara nasional bermula dari tingkat daerah, tentu Provinsi Bangka Belitung perlu bergerak dan bersatu untuk menjaga dan memperbaiki kelestarian lingkungan yang sudah tercemar oleh sampah. Hal ini dibuktikan dengan adanya salah satu komunitas di Kabupaten Bangka yang peduli terhadap lingkungan terutama mengenai permasalahan sampah.

Salah satu komunitas peduli lingkungan yang ada di Bangka Belitung adalah Bangka Environment Creative Activist of "KAWA" atau yang lebih dikenal dengan BECAK BABEL. Komunitas ini diinisiasikan oleh sekumpulan remaja (mahasiswa dan pelajar) di Sungailiat yang peduli terhadap lingkungan hidup khususnya mengenai permasalahan sampah yang dibentuk pada 2015.

Mongabay Indonesia (mongabay.co.id, 21/02/20) mengungkap, Komunitas BECAK aktif membersihkan tumpukan sampah yang berserakan dipesisir pantai pulau Bangka.  Pada saat melakukan kegiatan bersih-bersih pantai, terkhusus di pesisir pantai timur pulau Bangka, jumlah minimum sampah yang berhasil dikumpulkan mencapai 1,3 ton. Sebagian besar sampah yang ditemukan berasal dari limbah rumah tangga, nelayan, dan wisatawan. 

Selain kegiatan bersih-bersih sampah di pesisir pantai, komunitas BECAK juga mendirikan bank sampah di beberapa wilayah kabupaten Bangka. Komunitas BECAK ini terus berkembang dan telah memiliki mesin pencacah sampah yang digunakan untuk membuat ecobrik dan paving block serta budidaya belatung manggot untuk mengelola sampah makanan dengan cara kompos bio konversi BSF (Black Soldier Fly).

Selain komunitas BECAK, tentu masih banyak organisasi maupun komunitas peduli lingkungan yang dimotori oleh para pemuda (mahasiwa dan remaja) serta masyarakat setempat untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan di Bangka Belitung. Namun, berdasarkan pengamatan penulis terhadap informasi di media online dan diskusi penulis dengan teman-teman yang bergabung dengan organisasi atau komunitas peduli lingkungan di Bangka Belitung, tingkat partisipasi masyarkat dalam melakukan kegiatan bersih-bersih sampah secara bersama-sama sangat antusias, namun tidak dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari secara individu.

Oleh karena tingkat motivasi masyarakat dalam melakukan kegiatan peduli lingkungan sangat aktif dan antusias jika dilakukan secara bersama-sama, maka sangat bagus apabila setiap kegiatan bersih-bersih tersebut di dokumentasikan dan dijadikan konten edukasi menarik lewat media sosial seperti yang telah dilakukan oleh Pandawara Group. Hal ini mampu menjangkau lebih banyak individu maupun masyrakat untuk tahu, peduli, dan lebih termotivasi agar selalu menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan dari tumpukan dan pencemaran lingkungan akibat sampah.

Mari kawan-kawan, kita satukan visi dan misi dalam menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan dari pencemaran sampah serta saling memotivasi satu sama lain dengan berbagi pengalaman dan keseruan ketika melakukan aksi bersih-bersih lewat media sosial ke khalayak ramai. Bergeraklah Rakyatku, Bersihlah Negeriku.

***

*) Oleh: Nur Faizza Tunnisa, Mahasiswi Sosiologi Universitas Bangka Belitung.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES