
TIMESINDONESIA, SUMATERA – Tujuan artikel ini adalah untuk melihat bagaimana struktur patriarki membatasi keterlibatan laki-laki dalam pengasuhan anak. Pentingnya mengetahui topik ini adalah untuk membuka wawasan dan kesadaran tentang pentingnya keterlibatan laki-laki dalam pengasuhan dan pengasuhan anak
Apa Itu Struktur Patriarki dan Krisis Kebapakan?
Menurut (Mackey, 2001) krisis kebapakan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan peran antara laki-laki dan perempuan dalam pengasuhan anak yang terjadi karena adanya perubahan sosial dan budaya yang mempengaruhi peran laki-laki dalam keluarga.
Advertisement
Sedangkan struktur patriarki menurut (Nur, et al, 2022) adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi, jika dalam keluarga, sosok yang disebut ayah memiliki peran yang lebih dominan dibandingkan ibu.
Faktor yang Membatasi Keterlibatan Laki-Laki dalam Pengasuhan Anak Sehingga Muncul Krisis Kebapakan
1. Stereotip Gender; stereotip gender yang dimana secara tradisional dengan menganggap perempuan bertanggung jawab atas pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga, sementara laki-laki diharapkan fokus pada pekerjaan yang menghasilkan pendapatan sehingga menyebabkan keterbatasan dalam peran laki-laki dalam pengasuhan anak dan pada akhirnya menyebabkan keterlibatan dan kualitas hubungan antara ayah dan anak terganggu.
2. Peran Tradisional Laki-laki dan Perempuan dalam Keluarga; peran tradisional laki-laki dan perempuan dalam keluarga cenderung terbagi secara konvensional, dimana laki-laki sering diharapkan menjadi penopang finansial keluarga sementara perempuan dianggap bertanggung jawab atas tugas-tugas pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga.
3. Stigma; adanya stigma peran seorang ayah yang aktif dalam pengasuhan anak seringkali dianggap tidak konvensional atau dianggap sebagai peran yang tidak sesuai dengan norma sosial.
Selanjutnya, krisis kebapakan menurut (Mutiah, 2019) menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti, sehingga peran laki-laki dalam keluarga menjadi lebih dominan dibandingkan perempuan yang pada akhirnya dapat membatasi keterlibatan laki-laki dalam pengasuhan anak dan memperkuat peran wanita dalam pengasuhan anak.
Selanjutnya menurut (Soerdawo, et al, 2019) melihat dari sistem utama seksual di mana laki-laki lebih memiliki kekuasaan yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga, sehingga peran laki-laki dalam pengasuhan anak menjadi kurang dihargai.
Negara dengan Krisis Kebapakan
Pada dasarnya tidak ada informasi spesifik mengenai negara yang mengalami krisis kebapakan, namun dapat diasumsikan bahwa negara-negara yang memiliki struktur sosial patriarki yang kuat dan masih memegang teguh norma-norma gender tradisional cenderung lebih rentan mengalami krisis kebapakan. Negara dengan struktur sosial patriarki yang kuat itu seperti;
1. India, yang dikenal dengan negara yang sangat menjunjung tinggi patriarki. Sistem kepercayaan seperti patrilineality dan patrilocality dalam mengembangkan pola pikir anak.
2. Negara-negara di Timur Tengah, (Mutiah, 2019)
3. Indonesia adalah salah satu negara yang mengalami krisis kebapakan yang disebabkan oleh perubahan sosial dan budaya yang mempengaruhi peran laki-laki dalam keluarga, seperti meningkatnya jumlah ibu tunggal, perubahan dalam tuntutan pekerjaan dan perubahan dalam norma-norma gender, (Mackey, 2001)
Dampak Krisis Kebapakan
Krisis kebapakan dapat memiliki dampak yang signifikan, baik pada keluarga maupun masyarakat, dampak pada keluarga antara lain seperti memengaruhi perkembangan anak dan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan, peningkatan perceraian dan memperburuk ketahanan keluarga.
Sedangkan dampak pada masyarakat seperti memperkuatnya stereotip gender dan memperburuk kesenjangan gender, mempengaruhi stabilitas keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
Mengatasi Stres dan Kecemasan
Ada beberapa cara mengatasi stres dan kecemasan yang dialami oleh keluarga dan masyarakat selama krisis kebapakan berdasarkan bdkjakarta.kemenag.go.id yaitu:
- Menjaga kesehatan fisik dan mental dengan cara berolahraga, makan makanan sehat, dan tidur yang cukup
- Membuat jadwal harian yang teratur dan memprioritaskan kegiatan yang penting
- Menghindari konsumsi berita yang berlebihan dan memilih sumber informasi yang terpercaya.
- Membuat waktu untuk bersantai dan melakukan hobi yang disukai.
- Membuat jaringan dukungan sosial dengan keluarga, teman, atau profesional kesehatan mental.
- Menghindari stereotip gender dan memperkuat kesetaraan gender dalam keluarga dan masyarakat.
Solusi untuk Mengatasi Krisis Kebapakan
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran ayah dalam pengasuhan dan pengasuhan anak dengan cara akses dan kualitas pendidikan untuk ayah dan calon ayah terutama dalam hal pengasuhan anak, memperkuat hubungan antara ayah dan anak, meningkatkan akses dan kualitas layanan konseling dan dukungan untuk ayah dan keluarga terutama dalam hal pengasuhan anak, memperkuat hubungan antara ayah dan ibu dalam keluarga, meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan mental untuk ayah dan keluarga, terutama dalam hal pengasuhan anak, memperkuat hubungan antara ayah dan anak melalui kampanye dan program sosial.
Peran Media Massa dalam Penekanan Krisis Kebapakan dan Struktur Patriarki
- Mengadakan kampanye dan program sosial melalui media massa yang menekankan pentingnya peran ayah dalam keluarga dan pengasuhan anak, (Hidayati, 2011).
- Mengadakan talk show atau diskusi di media massa tentang pentingnya peran ayah dalam keluarga dan pengasuhan anak (Sa’adah, et al, 2023)
- Mempublikasikan buku atau materi edukasi tentang pentingnya peran ayah dalam keluarga dan pengasuhan anak
- menyebarkan informasi tentang pentingnya kesetaraan gender dan peran ayah dalam keluarga dan pengasuhan anak,
- dll.
Krisis kebapakan adalah ketidakseimbangan peran antara laki-laki dan perempuan dalam pengasuhan anak, terjadi karena perubahan sosial dan budaya yang mempengaruhi peran laki-laki dalam keluarga. Beberapa faktor yang membatasi keterlibatan laki-laki dalam pengasuhan anak adalah stereotip gender, peran tradisional laki-laki dan perempuan dalam keluarga, dan stigma terhadap peran ayah yang aktif dalam pengasuhan anak.
Krisis kebapakan memiliki dampak yang signifikan, baik pada keluarga maupun masyarakat, termasuk memengaruhi perkembangan anak, meningkatkan perceraian, dan memperburuk kesenjangan gender. Untuk mengatasi krisis kebapakan, perlu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak, memperkuat hubungan antara ayah dan anak, dan meningkatkan akses dan kualitas layanan dukungan untuk ayah dan keluarga. Media massa memiliki peran penting dalam menekankan krisis kebapakan dan struktur patriarki.
Melalui kampanye, talk show, dan publikasi, media massa dapat menyebarkan informasi tentang pentingnya peran ayah dalam keluarga dan pengasuhan anak, serta mempromosikan kesetaraan gender. Solusi ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif krisis kebapakan dan mendorong perubahan sosial yang lebih inklusif dalam peran gender dalam keluarga. (*)
***
*) Oleh: Puput Rusmawati, Mahasiswa Universitas Andalas.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |