
TIMESINDONESIA, MALANG – Indoneia adalah Negara yang memiliki sejarah proses yang panjang untuk mendapatkan kemerdekaan. Indonesia adalah rumah bagi orang-orang terdahulu yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dan rumah bagi anak muda Indonesia saat ini.
Seperti rumah yang kerap kita tempati, apabila merasa rumah itu adalah milik kita yang bisa memberikan rasa aman dan nyaman di dalamnya, maka akan diperjuangkan sedemikian rupa, ingin terus di perbaiki, direnovasi dan merasa memiliki kebebasan untuk melakukan kegiatan apapun.
Advertisement
Rumah tidak selalu berbentuk bangunan, rumah adalah sebuah tempat. Seperti para pahlawan dan masyarakat sebelum kemerdekaan, Indonesia adalah tempat mereka, tempat melakukan segala aktivitas kehidupan.
Kemudian dengan tiba-tiba Indonesia diduduki oleh penjajahan colonial Barat yang menjadikan masyarakat pribumi tidak dapat lagi hidup dan beraktivitas sebagaimana mestinya, padahal sedang berada di tempat milik mereka sendiri. Namun saat itu masyarakat khususnya anak muda tidak menyerah begitu saja, mereka memiliki jiwa demokrasi tinggi.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Melihat semangat para terdahulu dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, ada dua hal yang penting untuk diperhatikan yaitu “perbedaan dan jiwa nasionalisme”. Sejak lama Indonesia menyimpan perbedaan di setiap sudutnya, memiliki beragam suku, bahasa yang berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya, agama, nada berbicara, cara berpakaian, hingga rasa masakan dan masih banyak lagi. Mereka dengan penuh syukur menikmati Indonesia dengan sumber daya alam yang melimpah, hingga mengundang para colonial barat yang ingin menguasai kekayaan Indonesia.
Dengan datangnya penajjah barat di Indonesia, penduduk pribumi merasa tidak terima dengan sikap perpeloncoan yang dilakukan para penjajah. Rasa saling memeiliki tanah Indonesia dari penduduk pribumi (Jiwa nasionalisme), tanpa memandang perbedaan bersatu untuk menumpas penjajahan. Perbedaan menjadi penguat diantara perjuangan penduduk pribumi, seperti menggunakan alat perang yang berbeda dari setiap daerah, bahasa daerah yang tidak dimengerti kelompok penjajah menjadi alat dalam menyusun strategi penumpasan, dan lain sebagainya. Hingga akhirnya di tanggal 17 AGusutus 1945 Pahlawan meraih kemerdekaan, dan mewariskan Indonesia yang merdeka dengan tetap mengedepankan Bhinneka Tunggal Ika hingga saat ini.
Perbedaan suku, budaya, agama, bahasa, ras merupakan sebuah ornament. sebuah rumah pasti memerlukan perbaikan disetiap ornamennya, sama halnya yang terjadi di Indonesia saat ini memerlukan perbaikan jiwa nasionalisme dari masing-masing warga negaranya. Fenomena yang terjadi beberapa waktu lalu, kerap terjadi pertikaian karena adanya perbedaan antara satu kelompok dengan kelompok lain.
Pertikaian sendiri terkadang muncul akibat dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap daerah-daerah yang sulit dijangkau. Seharusnya, apabila Indonesia adalah rumah kita, maka seluruh warga Negara Indonesia berhak mempunyai rasa kepemilikan atas Indonesia, dan berhak mendapatkan fasilitas yang telah dirancang oleh pemerintah. Sehingga kita sebagai warga Negara Indonesia bisa mendapatkan rasa aman dan nyaman untuk berkarya ditempat kita sendiri.
Saat ini warga Indonesia khususnya para pemuda mulai semangat kembali untuk membangun Indonesia maju, salah satu contoh yang mengundang banyak apresiasi akhir-akhir ini yaitu kemenangan sepak bola Indonesia (Timnas) yang menjuarai SEA Games 2023 kemarin yang berlangsung di Kamboja.
Terlepas dari itu, penguatan rasa nasionalisme atau rasa satu jiwa Indonesia baik dari jajaran atas (pemerintah) ataupun dari kalangan masyarakat sendiri penting untuk terus di semarakkan, karena salah satu factor ketidak rukunan antar kelompok atau daerah yang memiliki perbedaan disebabkan rasa ketidakadilan, dan pada dasarnya anggota keluarga dalam satu rumah memiliki hak yang sama untuk menggunakan fasilitas yang ada dirumah tersebut, begitupun dengan Indonesia dan penduduknya. Salah satu cara enguatan rasa nasionalisme dapat melalui pendidikan kewarganegaraan yang bisa diperoleh anak Indonesia sejak dini. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*)Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |
Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.