Kopi TIMES

Duet Airlangga Hartarto-Rhoma Irama, Mengapa Tidak?

Sabtu, 10 Juni 2023 - 16:33 | 126.98k
Didik P Wicaksono, Pemerhati Dinamika Politik Lokal dan Nasional. Aktivis Community of Critical Social Research Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton Probolinggo.
Didik P Wicaksono, Pemerhati Dinamika Politik Lokal dan Nasional. Aktivis Community of Critical Social Research Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton Probolinggo.

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Koalisi partai politik (parpol) menyongsong pilpres 2024 belum pasti dan bisa berubah selama tidak ada deklarasi capres dan cawapres dan kemudian didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). 

Sejauh ini (sampai opini ditulis, 10/6/2023), belum ada berita koalisi bergeser dari (1) NaSdem, Demokrat dan PKS (KPP) yang mengusung capres Anies Baswedan, (2) Gerindra-PKB dengan jagonya Prabowo Subianto (KIR) dan (3) PDIP dan PPP yang mengusung Ganjar Pranowo.

Advertisement

Kebetulan dari tempat obrolan warung kopi, biasa kami ngobrol, urutan elektabilitas teratas dari lima responden, dimiliki Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Responden pemilih Ganjar Pranowo sejumlah tiga orang, Prabowo Subianto dua orang dan satu orang Anies Baswedan. 

Beda tempat obrolan beda pula urutan elektabilitas mereka. Survei tingkat nasional, dari beberapa lembaga survei menempatkan Ganjar Pranowo teratas disusul Prabowo Subianto dan beberapa lembaga survei lainnya teratas Prabowo Subianto, disusul Ganjar Pranowo. 

Sampai hari ini, Anies Baswedan selalu berada pada posisi ketiga, dari hasil semua survei. Anies Baswedan mengakuinya. "Anies Tak Pusing Selalu Nomor 3 di Survei, "Flashback" Kemenangan di Pilkada DKI Jakarta" (kompas.com, 7/5/2023). Optimis memenangkan kontestasi pilpres 2024, meskipun hasil survei masih menempatkannya di urutan ketiga. 

Hasil survei, tidak selalu berbanding lurus dengan hasil yang real. Kasus paling aktual adalah terpilihnya kembali Recep Tayyip Erdogan (Presiden Turki) pada pemilu beberapa waktu yang lalu (29/5/2023). Padahal banyak hasil survei sebelum pilpres  Recep Tayyip Erdogan kalah.

Di tengah obrolan peluang ketiga capres (Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan), muncul penilaian parpol pengekor parpol lain karena tidak memiliki inisiatif mencalonkan capres cawapresnya sendiri dari koalisi yang dibangunnya. Penilaian itu ditujukan kepada parpol Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), yang terdiri dari Golkar, PAN dan PPP. Koalisi ini muncul paling awal (5/12/2022) dan paling awal pula terancam bubar. PPP sudah memberi dukungan ke Ganjar Pranowo, calon dari PDIP. Sedangkan Golkar belum menawarkan calon dan sikap arah koalisi dukungan.

Uniknya, PAN menyodorkan nama Erick Thohir untuk disandingkan, baik dengan Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto. Artinya PAN bisa merapat berkoalisi dengan PDI juga bisa dengan Gerindra. KIB yang terdiri dari Golkar, PAN dan PPP sejak awal memang diprediksi kecil kemungkinannya mencalonkan capres dan cawapres dari bangunan koalisinya sendiri. 

Belakangan muncul desakan publik yang mendorong adanya poros keempat yang seharusnya diinisiasi oleh Golkar dan PAN. Kedua parpol tersebut akhirnya merespons, mempertimbangkan dan mengkalkulasi untung rugi membentuk poros keempat. "Golkar dan PAN bersiap membentuk poros keempat" (Koran.tempo.co, 6/6/2023).

Pilpres 2024 serentak dengan pemilihan legislatif (pileg)nya. Pilihan koalisi parpol dalam mencalonkan capres dan cawapresnya berpengaruh pada elektabilitas parpol. PAN atau Golkar apakah merapat ke Ganjar Pranowo (PDIP dan PPP), Prabowo Subianto (Gerindra dan PKB) atau Anies Baswedan (NaSdem, PKS dan Demokrat), selama kader atau orangnya (dari Golkar atau PAN) tidak menjadi cawapresnya, tentu kurang menguntungkan dalam hal elektabilitas kepartaian. 

Cara rakyat berbeda antara memilih presiden dan legislatif. Baik presiden maupun legislatif, pemilih lebih melihat sosok figur dibandingkan dengan gambar parpol. Itulah sebabnya, beberapa parpol ingin sistem pemilu proporsional tertutup daripada proporsional terbuka. Tujuannya jelas, memperkuat kapasitas partai. 

Golkar dan PAN apabila membentuk poros keempat, maka elektabilitas parpol cenderung bakal meningkat dan sekaligus kedepan lebih mudah memperkuat kapasitas parpol.  Sementara itu, berbagai spekulasi liar pasangan cawapres bermunculan, diantaranya Puan Maharani yang tidak mempersoalkan bersanding dengan Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) atau Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mendampingi Ganjar Pranowo dan Habib KH. Said Aqil Siradj bersama Prabowo Subianto.  

Seumpama terbuka peluang pilpres melalui jalur independen, sebagaimana di Amerika Serikat (AS), tentu bertambah ramai pasangan calon (paslon) yang bertanding di pilpres 2024. Namun, berdasarkan regulasi Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017, hanya parpol dan gabungan parpol dengan batas minimal 20 persen perolehan legislatif (jumlah kursi DPR) dan 25 persen perolehan suara sah secara nasional yang bisa mendaftarkan capres dan cawapresnya.

Bagaimana poros keempat? Peluang poros keempat dapat muncul dari koalisi Golkar dan PAN. Gabungan suara Golkar dan PAN cukup memenuhi syarat. Kemunculan poros keempat bagi Golkar dan PAN dapat mengukur kekuatan elektabilitas dan elektoral parpolnya masing-masing. 

Setidaknya, poros keempat dapat mengerucut pada ketua umum parpol masing-masing, yaitu Airlangga Hartarto dan Zulkifli Hasan. "Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan masih ada kemungkinan pembentukan poros keempat di Pilpres 2024 (CNN Indonesia, 6/6/2023)

Namun apabila bertujuan memenangkan kontestasi dan menaikkan elektabilitas parpol -dalam obrolan kecil kami- justru lebih menarik menduetkan Airlangga Hartarto dengan Rhoma Irama. 

Rakyat ingin melihat tampilnya Rhoma Irama dalam panggung politik yang lebih besar. Pertimbangannya, popularitas Rhoma Irama mengungguli semua calon yang ada. Rhoma Irama matang dalam dunia politik dan memahami spektrum politik di Indonesia. Banyak pengamat yang sekaligus penggemarnya, menilai kapasitas Rhoma Irama layak disebut bapak bangsa. Sosok berjiwa besar dan pemaaf kepada orang yang telah menyakitinya dan dapat diterima oleh semua kalangan. Pancasilais sejati. Beberapa lirik lagunya mengajak pada penguatan nilai-nilai Pancasila. "Terapkan demokrasi Pancasila Sebagai landasan negara" (Hak Azazi, 1978) dan "Selaraskanlah dengan Pancasila" (Pembaharuan, 1987). Rhoma Irama paham betul cita-cita bangsa. "Bukankah cita-cita bangsa Mencapai negeri makmur sentosa" (Indonesia, 1980).

Pandangan politik Rhoma Irama lebih jauh dapat dilihat dari podcast kanal YouTube dengan nama Rhoma Irama Official dengan tajuk "Bisikan Rhoma"  yang tayang seminggu sekali dan tayangan wawancara yang ditayangkan kanal elektronik lainnya. Kapasitas kebangsaan dan popularitas Rhoma Irama apabila dipasangkan menjadi cawapres sangat potensial sebagai “vote getter” elektabilitas parpol yang dahsyat dan sekaligus membuka peluang untuk menang. 

Hubungan Rhoma Irama sebagai penggagas Partai Idaman, yang gagal lolos verifikasi dari KPU dengan Zulkifli Hasan sebagai Ketua Umum PAN telah bekerjasama dengan membawa gerbong partai idaman ke PAN pada pemilu 2019. 

Rhoma Irama, boleh dikata representasi dari PAN. PAN, dibandingkan parpol lain, banyak diisi artis. Obrolan warung kopi, mengakronimkan PAN sebagai Partai Artis Nasional. PAN juga dekat dengan pemilih akar rumput berbasis Islam tradisionalis (NU) yang membuat disematkan guyonan "Partai Akan NU". Sedangkan kapasitas kepemimpinan Airlangga Hartarto, tidak ada yang meragukan dan didukung modalitas jaringan yang dimilikinya itu sangat potensial terpilih sebagai presiden.

Di akhir ngobrolan warung kopi, ada yang mengingatkan “prototype” bagian kepala (head) gitar yang terbuat dari gift diberikan oleh Airlangga Hartarto kepada Rhoma Irama, yang gitarnya terkenal buntung atau tidak memiliki bagian kepala adalah simbol chemistry mereka. 

***

*) Oleh: Didik P Wicaksono, Pemerhati Dinamika Politik Lokal dan Nasional. Aktivis Community of Critical Social Research Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton Probolinggo.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES