Kopi TIMES

Bubarkan Organisasi Mahasiswa?

Selasa, 13 Juni 2023 - 17:21 | 145.51k
Isa ismail, Pengurus Pusat Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia 2023, Mahasiswa STAIPIQ Sumatera Barat.
Isa ismail, Pengurus Pusat Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia 2023, Mahasiswa STAIPIQ Sumatera Barat.

TIMESINDONESIA, SUMATERA – Saya sudah lama diyakinkan, dinamika organisasi mahasiswa sering diwarnai dengan berbagai konsep tertentu yang senantiasa bersifat membangun, mengoreksi dan dapat menata ulang perjalanan hidup seorang kadernya.

Tidak hanya itu, dengan pengalaman-pengalaman berorganisasi yang berharga, seorang kader akan dapat menentukan apa yang harus dilakukan untuk kemaslahatan rakyat dan apa yang harus dihindari agar tidak menjadi kemudaratan.

Advertisement

Idealnya organisasi mahasiswa selalu mampu melihat secara kritis sengkarut masalah zamannya, dan secara aktif menangani realitas. Organisasi mahasiswa secara sadar melihat arus perubahan zaman, akan tetapi mereka tetap tidak tenggelam dalam perubahan dan memaknai perubahan tersebut. Tentu dengan konsistensi bergerak dari satu kurun ke kurun yang lain, dengan persiapan diri yang telah ditempa dan dibina oleh organisasi.

Secara umum, Organisasi mahasiswa dikategorikan menjadi 2 jenis, yakni: organisasi mahasiswa eksternal (OMEK), dan organisasi mahasiswa internal (OMIK). OMIK ialah organisasi mahasiswa yang melekat pada tubuh kampus, contohnya Senat Mahasiswa, Dewan Eksekutif Mahasiwa, Himpunan Mahasiswa Jurusan dan lain sebagainya.

Sedangkan OMEK ialah organisasi mahasiswa yang tidak melekat pada kampus atau berada di luar kampus, contohnya, KAMMI, HMI, PMII, GMNI dan lain sebagainya. Namun, terlepas apapun jenis organisasi mahasiswa (OMEK ataupun OMIK), yang dijadikan tempat menempa diri seorang mahasiswa, yang jelas tujuannya pasti untuk peningkatan potensi diri. Lebih jauh lagi, organisasi mahasiswa juga menjadi wadah perjuangan mahasiswa untuk menuju kesejahteraan rakyat.

Bubarkan Organisasi Mahasiswa?

Barangkali kita boleh saja berspekulasi tentang kebenaran manfaat berorganisasi.  Namun, keyakinan semacam itu dapat saja diruntuhkan oleh kebenaran tulisan ini. Belakangan ini, dapat kita amati secara mendalam, bahwa organisasi mahasiswa minim peminat. Barangkali ada beberapa yang ramai peminat, namun minim secara kualitas. Pertanyaannya, kenapa organisasi mahasiswa OMEK ataupun OMIK minim peminat dan juga minim kualitas kader?

Saya beranggapan hal-hal berikut bisa dikatakan menjadi faktor utama kenapa organisasi mahasiswa tidak banyak peminat dan kurang berkualitas. Pertama, organisasi tidak mampu memenuhi kebutuhan kadernya, artinya ialah setiap kader pasti mempunyai need basic (kebutuhan dasar) maupun intrest basic (minat dasar). Akan tetapi, organisasi tidak lagi mampu mewadahi itu.

Misalnya, setiap mahasiswa ingin hidup di tataran ideal masyarakat, yang dimulai dengan pemenuhan cakrawala pandangan dan bekal teoritis dalam pemecahan problematika. Salah satu cara menggodok pengetahuan itu ialah dengan diskusi yang diadakan kader organisasi, namun realitanya organisasi-organisasi lebih sering digerakan dengan nongkrong hura-hura yang jauh dari kata bermanfaat.

Kedua, pengkaderan organisasi yang rusak, artinya berapa banyak organisasi mahasiswa dibangun dengan mental jatuh-menjatuhkan, menjatuhkan organisasi lain, menjatuhkan kelompok-kelompok lain. Ironisnya, mental dendam berkesumat demikian sudah dibangun semasa Basic Training (pengkaderan awal), yang disuguhkan oleh instruktur-instruktur munafik. Dengan tujuan dendam senior organisasi kepada organisasi lain, kelompok-kelompok lain diwariskan kepada junior-junior yang baru bergabung.

Ketiga, organisasi sebagai kendaraan politik, maksudnya ialah seringkali kita mendengar “Dalam PEMIRA hari ini kader organisasi kita harus menang!” Sebetulnya ungkapan demikian ialah salah. Sebab, beberapa orang hanya akan berpikir bahwa berorganisasi hanya untuk meraih jabatan strategis di kampus saja (kendaraan politik kampus). Biasanya ini dipraktekan oleh oknum-oknum OMEK.

Anggap saja ungkapan demikian tidak terlalu mengkhawatirkan, dengan catatan penting, kader yang diusung untuk dimenangkan ialah kader yang berkualitas yang akan membawa perubahan. Jangan sampai demi ego dan eksistensi organisasi semata, malah mengusung kader yang bermental apatis.

Sebetulnya, bukan masalah golongan mana dia berasal, tapi apa yang bisa dia perbuat. Namun, realita hari ini organisasi-organisasi memaksakan dengan menghalalkan segala cara, agar kadernya menang walaupun nihil kualitas. Tentu ini akan memperburuk citra organisasi.

Keempat, organisasi underbow partai politik, maksudnya ialah berapa banyak organisasi yang menjadi sayap partai politik. Organisasi seperti ini, bergerak untuk masyarakat dengan membawa kepentingan politis suatu partai politik, mereka ditunggangi oleh partai politik untuk meraup suara-suara rakyat. Padahal, pada intinya mahasiswa tidak boleh ikut bermain api dengan partai politik.

Kelima, organisasi dimonopoli senior, maksudnya ialah banyak organisasi memiliki permasalahan dimana antara senior dan junior memiliki hubungan yang ironis dalam berorganisasi. Tidak sedikit senior yang selalu mengintimidasi juniornya, selalu mengatur junior, memberi perintah, mendikte gerakan, dan selalu mendoktrin junior untuk selalu patuh arahan senior . Tentu hal demikian, mematikan daya kritis junior dan menghambat kebebasan berekspresinya.

Sebetulnya, setiap organisasi selayaknya memiliki dasar dan tujuan dalam bergerak. Akan tetapi, tidak semua organisasi yang mampu bertahan dalam arus perubahan yang deras ini. Jika seandainya, organisasi-organisasi mahasiswa masih terbelenggu oleh faktor-faktor yang menjadi kurangnya peminat dan kurangnya kualitas kader tersebut.

Maka selama itu pula organisasi tidak lagi mampu menjawab tantangan zaman, tidak lagi mampu memberi nilai positif kepada kadernya serta tidak lagi mampu menuntaskan permasalahan masyarakat. Tentu tidak berguna jika organisasi terus hidup, namun hanya menjadi tempat tumbuh kembangnya orang-orang yang membawa kemudaratan. Maka, solusi terbaik untuk organisasi seperti itu ialah BUBARKAN!

Penutup

Saya menyadari, tidak semua orang yang dapat mengamati penyakit yang menggerogoti organisasi sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya. Barangkali, mereka yang mendalami organisasi secara komprehensif pasti akan menyadari itu. Kemudian, saya yakin dan percaya tulisan ini akan menuai pro-konta. Akan tetapi, saya yakinkan tulisan ini bukannlah suatu upaya menyebarkan kebencian terhadap organisasi. Tulisan ini, merupakan bentuk refleksi selama saya menghibahkan diri ke beberapa organisasi.

Harapannya, organisasi-organisasi OMEK ataupun OMIK dapat merefleksikan ini, sudah saatnya berkemas meninggalkan kebiasaan buruk tersebut. Penyakit-penyakit yang telah kita bahas sebelumnya dapat dijadikan bahan evaluasi. Tidak ada kata terlambat dalam perubahan. Sebab, bagaimanapun organisasi mahasiswa masih sangat dibutuhkan oleh rakyat sebagai kelompok yang berjuang untuk dan atas nama rakyat.

Mari tinggalkan kebiasaan lama, organisasi harus memikirkan kualitas kadernya agar mampu memikirkan apa-apa yang akan menimbulkan kemaslahatan rakyat. Sudah tidak saatnya lagi, kita dimonopoli oleh senior, bermain api dengan partai politik, saling jatuh-menjatuhkan organisasi lain. Kita akan bahu-membahu terhadap apa yang kita sepakati, dan kita akan jatuh-menjatuhkan terhadap apa yang yang kita pertentangkan.

Oleh sebab itu, organisasi mahasiswa harus menyepakati, bahwa apapun jenis organisasinya, OMEK ataupun OMIK, apapun warna benderanya, apapun warna almamaternya, yang jelas organisasi mahasiswa dibentuk sebagai alat perjuangan kepentingan  rakyat, maka tentu kita harus bahu-membahu.

Akan tetapi, jika seandainya organisasi mahasiswa tidak dapat keluar dari zona tersebut. Apakah perlu BUBARKAN ORGANISASI MAHASISWA?

***

*) Oleh : Isa ismail, Pengurus Pusat Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia 2023, Mahasiswa STAIPIQ Sumatera Barat.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES