
TIMESINDONESIA, MALANG – Dalam masyarakat saat ini, sungguh memprihatinkan menyaksikan fenomena maraknya gaya hidup tidak sehat yang terkesan mengabaikan aturan baku dalam kesehatan. Banyak orang yang menyerah pada kenyamanan dan kepuasan instan yang ditawarkan oleh makanan cepat saji, menikmati konsumsinya tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjangnya. Dampak dari pilihan tersebut menjadi semakin nyata, dengan tingkat obesitas yang meroket dan penyakit kronis menjangkiti masyarakat kita.
Makanan cepat saji, dengan kadar lemak tidak sehat, natrium, dan aditif buatan yang tinggi, telah menjadi makanan pokok dalam pola makan modern. Itu telah menyusup ke dalam hidup kita, menggantikan makanan rumahan yang bergizi yang dulu dihargai dan dihormati. Daya pikat makanan cepat dan mudah telah menutupi pentingnya nutrisi yang tepat, yang mengarah ke penurunan kesejahteraan kolektif kita.
Advertisement
Selain itu, konsumsi gula yang berlebihan telah menjadi hal yang mengkhawatirkan. Minuman ringan dan minuman manis telah menyusup ke rutinitas harian kita, memuaskan dahaga kita sambil diam-diam mendatangkan malapetaka pada tubuh kita. seperti yang disampaikan oleh margater (2016) sifat gula yang membuat ketagihan telah menjebak individu, mengarah ke siklus keinginan dan kesenangan, yang semakin memperburuk gaya hidup yang tidak sehat.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Konsekuensi dari tren masyarakat ini sangat mengerikan. Tingkat obesitas berlipat ganda telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya (Unicef Indonesia, 2021) dan risiko kesehatan terkait berlipat ganda. Penyakit jantung, diabetes, dan penyakit kronis lainnya telah merajalela, membebani individu dan membebani sistem perawatan kesehatan. Namun, di hadapan banyak sekali bukti yang menghubungkan pola makan yang buruk dengan penderitaan ini, sebagian besar masyarakat tetap acuh tak acuh, melanggengkan budaya mengabaikan kesejahteraan kita sendiri.
Apa yang mungkin paling memprihatinkan adalah kurangnya penekanan pada pendidikan dan kesadaran mengenai pilihan yang sehat. Sekolah, keluarga, dan masyarakat harus berperan aktif dalam menanamkan rasa tanggung jawab dan pengetahuan tentang gizi. Sayangnya, norma yang berlaku tampaknya adalah ketidaktahuan atau sikap apatis, melanggengkan siklus pilihan kesehatan yang buruk dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Kepentingan perusahaan juga berkontribusi signifikan terhadap gaya hidup tidak sehat ini. Industri makanan cepat saji, dengan kampanye pemasaran yang agresif dan penempatan strategis di dekat sekolah dan pemukiman, memanfaatkan kerentanan dan ketidaktahuan masyarakat. Keuntungan lebih diutamakan daripada kesehatan masyarakat, dan konsekuensinya mengerikan bagi individu yang menjadi mangsa taktik ini.
Sungguh menyedihkan menyaksikan erosi bertahap dari nilai-nilai tradisional yang terkait dengan kesehatan dan gizi. Penghormatan terhadap bahan-bahan segar bersumber lokal dan praktik memasak yang cermat telah digantikan oleh budaya kenyamanan dan kepuasan instan. Kami telah menjadi masyarakat yang memprioritaskan kecepatan dan efisiensi di atas fondasi kesejahteraan kami.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Untuk membalikkan tren yang membingungkan ini, diperlukan upaya kolektif. Pemerintah harus meningkatkan langkah-langkah pengaturan mereka, memberlakukan pedoman dan pembatasan yang lebih ketat pada industri makanan cepat saji. Selain itu, sistem pendidikan harus memprioritaskan nutrisi dan kebiasaan sehat sebagai komponen penting dari kurikulum yang menyeluruh. Ini akan memberdayakan individu dengan pengetahuan dan alat yang dibutuhkan untuk membuat keputusan tentang kesehatan mereka.
Kita, sebagai individu, juga harus bertanggung jawab atas pilihan kita. Sangat penting untuk memprioritaskan kesejahteraan kita, baik secara fisik maupun mental, dan mendapatkan kembali kendali atas gaya hidup kita. Dengan menerapkan kebiasaan yang lebih sehat, dalam Islam diajarkan bukan hanya mengkonsusmsi makanan halal semata tetapi juga thoyyib, (Marfuah, 2020), seperti memasak makanan bergizi di rumah, mengurangi asupan gula, makanan alami dan membuat pilihan makanan secara sadar, kita dapat memberikan contoh positif bagi orang lain dan berkontribusi pada masyarakat yang lebih sehat.
Kesimpulannya, fenomena masyarakat saat ini yang menganut gaya hidup tidak sehat, mengabaikan aturan standar kesehatan, dan mengonsumsi makanan cepat saji, gula berlebih, dan soda dalam jumlah berlebihan sangat memprihatinkan. Konsekuensi dari pilihan-pilihan ini terbukti dengan meningkatnya tingkat obesitas dan penyakit kronis.
Sangat penting bagi kami untuk menyadari keseriusan masalah ini dan mengambil tindakan untuk membalikkan tren. Pendidikan, regulasi, dan akuntabilitas pribadi merupakan pilar penting dalam membangun masa depan yang lebih sehat bagi diri kita sendiri dan generasi yang akan datang. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*)Penulis: Adi Sudrajat, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |