Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Haji dan Kesalihan Sosial

Selasa, 27 Juni 2023 - 13:37 | 81.94k
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA). (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA). (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Pertengahan bulan juni hingga juli ditahun 2023 merupakan periode haji yang kedua setelah adanya wabah Covid-19 2 tahun silam. Antusiasme umat muslim diseluruh penjuru dunia tentu semakin tinggi sebab setelah adanya delay dimana Ibadah haji ditiadakan selama 2 periode.

Ibadah haji merupakan ibadah yang dilakukan untuk individulis dalam membangun hubungan dengan Allah (hablumminallah). Membangun hubungan dengan Sang pencipta diharapkan juga memberikan efek kesadaran terhadap nilai-nilai agama Islam, di mana agama Islam dimaksudkan sebagai agama Rahmatalillalamin sehingga bagaimana bagi mereka orang-orang yang telah diberikan kesempatan untuk menjalin hubungan dengan Allah melalui berhaji memiliki kesadaran akan kemaslahahtan sesama makhluk hidup dan menjadi bukti keshalehan seorang muslim yang sebenarnya.

Advertisement

Dalam Islam kesalehan seorang muslim tidak hanya dinilai dari ibadah ritualnya saja atau ibadah yang dipresepsikan sebagai media berinteraksi dengan Allah SWT. Namun penilaian atas keshalehan muslim 50% bahkan lebih dilihat dari akhlaknya kepada sesama makhluk hidup yang dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu ada yang dinamakan dengan keshalihan sosial dan keshalehan terhadap alam.

Keshalihan sosial dapat dipahami sebagai sikap dalam membangun hubungan antar manusia, sedangkan keshalehan terhadap alam dapat dipahami sebagai sikap manusia dalam memperlakukan lingkungan alam.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Pada pembahasan kali ini lebih focus pada hubungan ibadah haji dengan tingkat keshalehan sosial pada orang-orang yang berkesempatan melaksanakan ibadah Haji. Ibadah haji dengan keshalehan sosial merupakan dua hal yang memiliki system pelaksanaan yang berbeda namun memiliki korelasi besar dari  tindakan yang dilakukan masing-masing individu

Dikutip dari artikel yang berjudul “Keshalehan individu dan keshalehan sosial” Dr. Hj. Helmiati, menyatakan bahwa keshalehan individu/ibadah ritual dengan keshalehan sosial seakan dipisahkan secara dikotomis, padahal yang menjadi indicator seorang muslim dikatakan sholeh apabila dua hal tersebut dilakukan dalam satu kesatuan.

Ibadah haji adalah rukun kelima dalam Islam, meskipun rukun haji seperti Ihram, Wuquf Arafah, Tawaf, Sa’I, Tahallul, dan tertib yang lebih ke arah ritual, namun nilai-nilai dibalik ibadah haji merupakan aftereffect yang menjadi tolak ukur kemabruran seorang haji. Seorang muslim yang telah melaksanakan ibadah haji syarat dengan akhlakul karimahnya yang dijadikan sebagai panutan. Yang mana menandakan bagaimana seseorang yang sudah berhaji tersebut dapat bersikap sosialisme dan orang jawa mengatakan seseorang itu harus memilki sikap “Nguwongke” (memanusiakan manusia) atau menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang menjadi benang merah dalam ajaran agama Islam.

Orang yang hanya taat dalam perkara ibadah ritual namun dari segi perilaku sosialnya tidak mencerminkan nilai-nilai Islam dapat dikatakan rugi, namun sebaliknya meskipun tidak dibenarkan, orang yang memiliki perilaku sosial yang baik namun kurang taat dalam hal ibadah ritual itu lebih enak dipandang, insyaallah Allah memberikan hidayah.

Dalam suatu hadis ada sebuah kisah dimana seorang sahabat memuji kehslaehan seseorang yang khusyuk dan lama saat sholat dan berdoa, kemudia nabi bertanya “lalu siapa yang memberinya makan dan minum?”, “kakaknya” jawab dari sahabat dan Nabi berkata “Kakaknya itulah yang layak disebut saleh”. Dari kisah ini menjadi dasar seberapapun tinggi ibadah kita terhadap Allah SWT, jika tidak memiliki kesalehan sosial adalah percuma.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Fenomenanya seseorang yang telah mencapai tingkat ibadah haji masih terjadi ketimpangan dalam mengimplementasikan nilai-nilai Islam yang bersifat sosial, masih kurangnya rasa empati, menghargai hak-hak orang lain, terlebih dalam hal memikirkan masalah-masalah atau fenomena yang dihadapi umat muslim. seharusnya sebagai orang yang telah berkesempatan menunaikan ibadah haji dan satu tingkat lebih lengkap ibadahnya bisa menjadi panutan dalam meningkatkan kesalehan umat muslim lainnya.

Niat yang besar dalam menunaikan ibadah haji seperti di tahun ini seharusnya menjadi pondasi bagi mereka untuk mencapai tingkat kesalehan yang sebenarnya dengan menyeimbangkan antara ketaatan beribadah secara ritual dengan ibadah via perilaku bersosial yang baik. Karena bagi orang-orang yang telah merasakan ibadah haji diharapkan juga bisa merasakan dan memiliki mindset segala hal yang ditunaikan dalam hidup ini hanya untuk mencapai ridho Allah SWT.

Ridho Allah SWT dapat dilihat dari ridho orang-orang disekitar kita atau disegani oleh orang-orang dilingkungan kita dan bisa menjadi rolemodel bagi orang-orang disekitar untuk beribadah kepada Allah SWT. 

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES