Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Dewasa Sebelum Waktunya

Sabtu, 08 Juli 2023 - 11:24 | 80.68k
Adi Sudrajat, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA)
Adi Sudrajat, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Di dunia yang serba cepat dan terus berkembang saat ini, orang tidak bisa tidak memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan generasi muda yang menakjubkan. Kecepatan mereka memperoleh pengetahuan, beradaptasi dengan teknologi baru, dan matang secara intelektual tidak dapat disangkal sangat mengesankan. Namun, kemajuan pesat ini seringkali harus dibayar dengan pelanggaran norma yang telah lama ditetapkan oleh masyarakat. Kedewasaan generasi muda telah menimbulkan kekhawatiran dan memicu gelombang kritik.

Pertama, akselerasi perkembangan generasi muda menyebabkan kaburnya batas usia tradisional. Anak-anak tampaknya tumbuh lebih cepat dari sebelumnya terlibat dalam aktivitas dan memperoleh pengetahuan yang dulunya diperuntukkan bagi individu yang lebih dewasa. Paparan prematur terhadap konsep orang dewasa ini, baik melalui media atau pengalaman pribadi, membuat mereka kehilangan kepolosan dan sifat riang yang seharusnya menyertai masa kanak-kanak. (Soliman, 2014)

Advertisement

Penekanan pada kesuksesan dan pencapaian awal telah menciptakan generasi yang terpaku pada kepuasan langsung dan hasil instan. Individu muda didorong untuk berprestasi secara akademis, profesional, dan sosial pada usia yang sangat muda. Mengejar kesuksesan tanpa henti ini sering mengorbankan kesejahteraan emosional dan perkembangan mereka secara keseluruhan. Mereka tidak diberi kesempatan untuk mengalami masa kanak-kanak yang riang dan menjelajahi minat mereka dengan santai.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Pesatnya pertumbuhan generasi muda telah menimbulkan kurangnya rasa hormat terhadap otoritas dan norma-norma yang telah ditetapkan. Dengan akses informasi yang mudah dan perspektif yang beragam, mereka mempertanyakan kepercayaan tradisional dan menantang norma-norma masyarakat tanpa sepenuhnya memahami konteks sejarah atau konsekuensinya. Pengabaian terhadap sistem yang mapan ini dapat menyebabkan kekacauan dan erosi stabilitas sosial.

Paparan teknologi dan media sosial yang terus-menerus telah menghasilkan generasi yang sangat bergantung pada interaksi virtual. Dunia digital telah menjadi sumber komunikasi utama mereka, menyebabkan penurunan interaksi tatap muka dan berkurangnya keterampilan sosial yang penting seperti empati, kesabaran, dan komunikasi yang efektif. Mereka mungkin berjuang untuk membentuk koneksi yang bermakna dan menavigasi situasi kehidupan nyata secara efektif.

Pertumbuhan pesat generasi muda telah menciptakan rasa berhak yang mengkhawatirkan. Pujian dan validasi terus-menerus yang mereka terima atas prestasi mereka dari orang tua, guru, dan masyarakat pada umumnya telah menumbuhkan keyakinan bahwa mereka pantas mendapatkan perlakuan dan penghargaan khusus tanpa harus melakukan upaya yang diperlukan. Mentalitas hak ini menghambat kemampuan mereka untuk bertahan melalui tantangan dan mengembangkan etos kerja yang kuat.

Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat dan menyesuaikan diri dengan cetakan yang telah ditentukan telah menghambat perkembangan individualitas dan kreativitas di kalangan generasi muda. Mereka sering didorong untuk mengejar karir yang menjanjikan stabilitas keuangan dan prestise, daripada mengikuti hasrat mereka dan menjelajahi jalur yang tidak konvensional. Ini menghambat bakat unik mereka dan membatasi potensi mereka untuk pemenuhan pribadi.

Pertumbuhan yang cepat dan dewasa sebelum waktunya dari generasi muda telah memperburuk kesenjangan generasi antara mereka dan orang tua mereka. Kesenjangan yang luas dalam pengetahuan, pengalaman, dan nilai sering menyebabkan kurangnya pemahaman dan empati di kedua sisi. Kesenjangan ini mencegah dialog antargenerasi yang bermakna dan menghambat transfer kebijaksanaan dari generasi tua ke generasi muda.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Tekanan dan ekspektasi yang kuat terhadap generasi muda telah mengakibatkan penurunan kesehatan mental dan kesejahteraan. Kecemasan, depresi, dan kelelahan menjadi semakin lazim di kalangan individu muda yang terus-menerus berjuang untuk kesempurnaan dan membandingkan diri mereka dengan teman sebayanya di media sosial. Fokus pada prestasi dan kesuksesan di usia muda dapat memiliki konsekuensi jangka panjang yang parah pada perkembangan emosional dan psikologis mereka.

Terakhir, pesatnya pertumbuhan generasi muda telah menyebabkan pengabaian nilai kesabaran dan kepuasan yang tertunda. Akses instan ke informasi, hiburan, dan harta benda telah menciptakan generasi yang terbiasa dengan hasil instan. Kemampuan untuk menunggu, bertahan, dan bekerja menuju tujuan jangka panjang telah berkurang, menyebabkan kurangnya ketahanan dan ketidakmampuan untuk menangani kemunduran dan kekecewaan.

Sebagai kesimpulan, sementara perkembangan pesat dan kedewasaan generasi muda tidak diragukan lagi mengesankan, adalah penting untuk memeriksa secara kritis konsekuensi dari pertumbuhan tersebut. Pelanggaran norma-norma masyarakat, penurunan kesejahteraan emosional, kurangnya rasa hormat terhadap otoritas, dan erosi nilai-nilai penting adalah beberapa kekhawatiran yang muncul. Sangat penting untuk mencapai keseimbangan antara membiarkan generasi muda berkembang dan menjaga kepolosan, individualitas, dan kesejahteraan jangka panjang yang penting untuk perkembangan mereka secara keseluruhan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Adi Sudrajat, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES