Kopi TIMES

Melihat Polri dari Kacamata Agamawi

Senin, 10 Juli 2023 - 18:47 | 92.34k
KH Nawawi Maksum, Pengasuh Pondok Pesantren Nurut Taqwa Cermee Bondowoso.
KH Nawawi Maksum, Pengasuh Pondok Pesantren Nurut Taqwa Cermee Bondowoso.

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – BONDOWOSO - Agama tidak boleh berhenti pada simbol saja. Kehidupan agamawi jangan sampai seolah-olah hanya monopoli para pemukanya belaka. Nilai-nilai agama memang seharusnya melampaui dua kata benda di atas.

Agamawi bukan hanya titel yang pantas disandang seorang kiai yang hidup di lingkungan yang dominan dengan teori (baca: ajaran teks) keagamaan. Tetapi agama milik siapa pun yang berniat menunaikan ajarannya, yang dalam Al Quran disebut beramal saleh. Sebagaimana dalam Surat An Nahl ayat 97 berikut ini.

Advertisement

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Artinya: Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl: 97).

Jadi Tuhan tidak membatasi agama pada simbol dan baju yang dikenakan. Tetapi yang diperhatikan Allah SWT adalah amal saleh. Amal saleh bisa dalam bentuk apa pun dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh sebab itu, agama jangan sampai mengalami stagnasi dan terkungkung dalam aktivitas ritual. Sebab wahyu yang turun dari langit, tidak untuk dikembalikan lagi ke langit (tidak hanya diajarkan menyembah pencipta-Nya), tetapi untuk ditebar di bumi dengan kemasan rahmatan lil alamin.

Tugas menebar nilai-nilai agama ini tidak menjadi tugas tunggal para pemuka agama. Tetapi menjadi tugas setiap individu, setiap kelompok masyarakat, bahkan setiap lembaga dengan menjadikan agama sebagai jalan hidup (way of life).

Oleh karena itu, agama harus menjadi 'roh' dalam segala lini kehidupan sosial. Baik kehidupan sosial terkecil, keluarga, hingga kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagaimana kata Imam Ghazali, bahwa agama dan negara (baca: kekuasaan) ibarat saudara kembar. Agama merupakan pondasi sedangkan kekuasaan adalah penjaganya.

Hidup berbangsa dan bernegara dengan segala peraturannya, salah satu yang dicari adalah rasa aman. Sebab percuma harta melimpah jika kekacauan merajalela. Hanya dengan rasa aman, kita bisa bekerja dengan tenang dan beribadah tanpa dibayangi rasa takut ancaman datang.

Salah satu yang berperan penting dalam keamanan di negara ini adalah institusi Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Tidak hanya memberikan rasa aman dan menjalankan tugas. Tetapi Polri terus berinovasi segala lini kehidupan sosial masyarakat. Bahkan tidak sedikit anggota Polri yang mendedikasikan sebagian waktunya untuk pendidikan dan keagamaan.

Penulis di Bondowoso misalnya, mendapati anggota Polri mengajar di lembaga pendidikan. Belum lagi salah satu anggota Polri mengajar mengaji. Ini tidak mudah bagi mereka. Apalagi harus membagi waktu. Penulis menilai ini sebagai dakwah dan ekspresi agamawi dari seorang polisi yang patut diapresiasi.

Bahkan Propam Polri dibawah nahkoda Irjen. Pol. Syahar Diantono, memberikan perhatian khusus untuk anggota Polri yang mendedikasikan waktunya untuk kegiatan sosial keagamaan.

Misalnya seorang anggota Polri bernama Bripka Heri Prasetyo. Dia bertugas pada Subbid Provos Bidpropam Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bripka Heri mendirikan Taman Kanak-kanak (TK) Bumi Damai Indonesia. Propam Polri bahkan mengunjungi lembaga pendidikan tersebut dan memberikan dukungan dan apresiasi. 

Satu contoh lagi anggota Bidang Propam Polda Jambi, Aiptu Nana Sumarna, yang meluangkan waktunya untuk mengajar bapak-bapak mengaji. Gerakan anggota Polri ini mendapatkan support dan apresiasi Propam Polri, sebagai wujud pengabdian tanpa pamrih.

Dari sisi ini, polisi tidak hanya memberikan keamanan. Tetapi memberikan contoh langsung dengan mendakwahkan ajaran agama di tengah masyarakat. Padahal dengan memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menjalankan kehidupan beragama sebenarnya sudah cukup. Tetapi Polri ingin melakukan lebih dari itu, dengan ikut mensyiarkan agama dan pendidikan.

Sebagai orang yang bergelut di bidang dakwah. Tentu penulis sangat bangga dengan inovasi Polri khususnya Propam Polri ini. Sebab waktu dan kesempatan seorang da'i dan pemuka agama sangatlah terbatas untuk menyampaikan ajaran 'langit' kepada masyarakat di pelosok-pelosok. 

Dan inovasi Polri ini mengejawantahkan bahwa agama dan kegiatan menyampaikan perkara yang haq bukan hanya tugas pemuka agama. Tetapi tugas siapa pun yang berniat beramal saleh sebagaimana dicontohkan sejumlah anggota Propam Polri di atas. Mari berdoa semoga Polri terus memberikan pengabdian dan melekat di hati masyarakat. Semoga Polri kian presisi.  

***

*) Oleh: KH. Nawawi Maksum, Pengasuh Pondok Pesantren Nurut Taqwa Cermee Bondowoso.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES