Kopi TIMES

Madiun Raya dan Kekesatriaan Jawa

Senin, 17 Juli 2023 - 15:14 | 86.23k
Ali Makhrus, S.Pd.I., M.A; Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMAN 1 Dagangan Kabupaten Madiun.
Ali Makhrus, S.Pd.I., M.A; Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMAN 1 Dagangan Kabupaten Madiun.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MADIUN – Madiun sebuah wilayah yang tidak cukup padat di Jawa  Timur. Baik kabupaten maupun kota tidak lebih dari 1 juta Jiwa. Namun, kontribusi Madiun terhadap kesenian tradisional Jawa terkhusus pada kesenian “pencak silat” sangatlah besar.  Pada era kerajaan Islam, Madiun, dikenal dengan sebutan “Mancanegoro Timur” atau “Bang Wetan”. Karena khususan ini, barangkali, Madiun sampai hari ini tetap memainkan peran strategis baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial maupun kebudayaan.

Pada awal abad 20 an, dari Madiun pula lahirlah cikal bakal perguruan atau ‘peguron’ tempat yang mengajarkan kepada masyarakat dan anak-anak muda untuk tumbuh sehat dan kuat dengan bekal keterampilan membela diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Seiring berjalannya waktu, perkumpulan para pesilat itu memiliki identitas dan penanda  sebagai bagian dari kelompok tertentu, hingga sampai pendirian “tugu pencak silat”.

Advertisement

“Tugu pencak silat” sedang tidak aman, dan perlu mendapat sikap bijaksana oleh masing-masing organisasi. Sebab dengan kehadiran Surat Edaran Bakesbangpol Provinsi Jawa Timur tertanggal 26 Juni 2023 dengan nomor 300/5984/209.5/2023, dengan keputusan yang pada intinya “merobohkan seluruh Tugu Pencak Silat di Jawa Timur” oleh masing-masing pihak perguruan silat.

Identitas sangatlah penting, namun diantara yang penting ada yang paling penting, yaitu kokohnya karakter “kesatria”. Semua ajaran, secara umum mengajarkan seluruh anak didiknya menjadi pribadi yang berbudi luhur, cakap dan mampu menegakkan kebenaran dan mencegah kebathilan. Apalagi jika di seorang pendekar identik dengan mental ksatria yang menjunjung tinggi nilai-nilai Jawa, atau dibuat singkat dengan sebutan “ksatria Jawa”. Dan hemat saya, sebutan “ksatria Jawa”, bisa jadi alternatif untuk menyegarkan identitas budaya wilayah Madiun raya.

Sebagai bentuk instrospeksi, memang semesta selalu memiliki cara untuk membangunkan kesadaran manusia. Disadari atau tidak, dari ribuan bahkan ratusan anggota yang ‘digembleng’ agar tumbuh berkembang serta berjiwa kesatria, tetap saja ada ada yang “pecundang”. Ibarat jutaan bulir padi yang diharapkan ‘mentes’ berisi, ada saja yang ‘kopong’ tidak berisi. Sebab, baik-buruk (al-khoir wa al syarr) itu sudah kehendap Pencipta (masyi’ah). Lagi, sistem semesta (sunnatullah) memiliki cara yang unik memberi. Hanya Allah, Tuhan Maha Bijaksana. Bagaimana menurut kalian?

 

***

*) Oleh: Ali Makhrus, S.Pd.I., M.A; Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMAN 1 Dagangan Kabupaten Madiun.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES