Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Pendidikan Tidak Membedakan Status Sosial

Jumat, 21 Juli 2023 - 07:53 | 59.07k
Hainor Rahman, Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Malang (UNISMA).
Hainor Rahman, Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Persoalan pendidikan di Indonesia sangat begitu kompleks, sehingga perkembangannya cenderung mengalami pasang surat. Para ahli banyak mengemukakan bahwa pendidikan di Indonesia kurang memperhatikan peraktik dilapangan. Langkah untuk membangun pertumbuhan SDM kurang begitu masif dilakukan. Sebab masih banyak terlihat anak bangsa tidak memiliki pengalaman pendidikan yang cukup. Sejatinya pendidikan merupakan sarana untuk mensejahterakan kehidupan manusia.

Pendidikan sendiri memiliki arti yang sangat luas, dimana hal itu tertuang dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat."

Advertisement

Komoditi masyarakat pinggiran dengan kelas ekonomi menengah kebawah, kerap kali mengadu persoalan keinginannya untuk bisa mengenyam pendidikan. Pasalnya amanah konstitusi untuk memberikan pemerataan pendidikan kepada anak bangsa dianggap buayan belaka. Ironisnya, anak bangsa yang diharapkan menjadi tonggak masa depan bangsa yang gemilang kian klise sebagai retorika.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Para patriot bangsa telah sepakat bahwa menjamin mutu pendidikan merupakan tugas utama membangun piramida bangsa yang besar. Pemerintah memang telah membangun konstruksi pendidikan yang mengakar hingga ke pelosok desa di seluruh daerah Indonesia. Namun persoalan yang mencekik masyarakat dan keenggananya untuk berpendidikan adalah biaya yang begitu besar dan tidak bisa mengimbangi perekonomian masyarakat.

Pasca kemerdekaan rakyat berharap pada negara untuk merubah nasibnya, berharap pada partai politik untuk memikirkan kepentingan konstituennya, berharap pada DPR untuk menyuarakan aspirasi rakyat dan berharap pada kata "reformasi" untuk menjadi bahasa bersama bagi sebuah perubahan, kini rakyat berharap hanya pada hasil kerja kerasnya. Maka dari itu, pengalaman hidup menjadi pendidikan terbaiknya.

Yang penting untuk kita garis bawahi dalam persoalan ini adalah banyak masyarakat yang tidak bisa mengenyam pendidikan, bukan karena tidak mau untuk berpendidikan melainkan karena takut tidak mampu membayarnya. Banyak pula dilapangan yang justru berpendidikan sebab menganggap tuntutan untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Sehingga substansi pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa diabaikan.

Kita menyadari dengan tingkat kesadaran kritis bahwa proses menimbah ilmu butuh yang namanya modal, sebagai biaya selama menempuh pendidikan. Namun kita juga kritis terhadap lapangan pendidikan yang kerap kali mengkomersialisasi pendidikan.

Jangan salahkan kemudian jika pendidikan kita semakin mundur. Komersialisasi pendidikan problem yang mendasarinya. Oleh karena itu kita berharap pemerintah dapat mengejawantah keinginan akan pemertaan mengeyam pendidikan bagi anak bangsa tanpa membedakan status sosial. Pendidikan untuk kita semua, bukan untuk segelintir orang saja.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Hainor Rahman, Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES