Kopi TIMES

Hardiness Personality Ebesius Pomat

Jumat, 21 Juli 2023 - 18:27 | 79.10k
Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Suku Asmat tersohor karena seni pahat dan ukir. Melalui tangan-tangan terampil seniman lokal. Membikin karya unik. Dan memiliki ciri tersendiri. Tak heran. Karya estetis suku Asmat amat diminati oleh wisatawan di berbagai daerah tanah air. Terbukti banyak pusat destinasi wisata menampilkan replika karya seni dari suku Asmat. Bukan hanya di kalangan domestik. Cinderamata  suku Asmat digemari oleh turis manca negara.

Suku Asmat bermukim di wilayah Papua Selatan. Tepatnya di Pesisir Pantai Arafuru dan Pegunungan Jayawijaya. Berasal dari daerah ini, Ebesius Pomat lahir. Tumbuh dan berkembang di kawasan yang mempunyai cita rasa seni dan budaya yang kental.

Advertisement

Seiring dengan berjalannya waktu. Ebesius Pomat memilih langkah berbeda. Dirinya tidak meneruskan tradisi leluhur sebagai pemahat patung atau hiasan dinding. Namun dirinya ingin mewujudkan mimpi sebagai individu mempunyai sumber daya unggul. Tujuannya, dengan kemampuan sumber daya berkualitas. Dirinya bisa membawa kemajuan bagi kampung halamannya.

Cara yang dia lakukan merealisasikan cita-citanya dengan menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Strategi ini dipilih karena melakoni pendidikan sampai puncak merupakan tumpuan agar dambaannya memperjuangkan daerah asal lebih sejahtera dan makmur menjadi kenyataan. 

Pertimbangannya adalah pendidikan membentuk dirinya menghimpun pengalaman, pengetahuan dan kerangka berpikir ilmiah. Akumulasi dari kemampuan akademik dan intelektualitas yang dikuasai mengantarkan dirinya terampil menemukan berbagai persolan. 

Terang benderang menjelaskan kerangka konseptual. Mencari metode efektif memecahkan masalah. Menemukan solusi.  Berikutnya mengambil langkah-langkah kongkrit sebagai implementasi  menerapkan solusi yang sudah berhasil diformulasikan oleh dirinya. Melalui proses tersebut Pomat mengantongi keyakinan membawa kebaikan bagi daerahnya.

Untuk merajut angan-angan bisa belajar sampai pendidikan tinggi. Dia harus merantau. Jauh dari tempat tinggalnya. Dia bertekad meninggalkan tumpah darahnya untuk menuntut ilmu. 

Sampai lah pada waktunya. Setelah menamatkan gelar sarjana. Dia melanjutkan pendidikan pasca sarjana. Atas jerih payahnya. Ebesius Pomat berhasil mendapatkan bea siswa sebagai mahasiswa pasca sarjana. 

Ternyata bea siswa yang diperoleh sebatas biaya studi. Ebesius Pomat harus bekerja keras menopang kebutuhan selama menempuh pasca sarjana. Dia bersedia melakoni berbagai pekerjaan di sela-sela kuliah. 

Sementara tempat tinggalnya menumpang di salah satu lembaga yang bersedia menaungi dirinya. Kuliah, bekerja dan bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan lembaga tersebut adalah aktivitas keseharian selama mengikuti proses pembelajaran di pasca sarjana.

Tentu tidak banyak waktu tersisa buat Ebesius Pomat berleha-leha. Sehari-hari penuh aktifitas. Kuliah, mengerjakan tugas, bekerja dan membantu tugas lembaga sebagai konsekuensi sudah diberi hunian. 

Tapi Ebesius Pomat tak mengeluh. Melaksanakan pekerjaan menumpuk dengan sepenuh hati. Menjaga ketekunan. Mengobarkan api semangat dan istiqomah menyelesaikan kuliah. Unsur soft skills ini menjadi kekuatan penting dirinya menyelesaikan studi pasca sarjana sehingga meraih gelar Magister Psikologi.

Setelah menamatkan pendidikan S2. Gelora motivasi meneruskan pendidikan ke jenjang lebih tinggi tak padam. Malah dorongannya menyambung studi lanjut semakin menyala-nyala. Buktinya. Tak perlu istirahat lama. Ebesius Pomat segera mencari berbagai peluang bea siswa program doktor.

Sambil menunggu bea siswa S3. Ebesius Pomat mempersiapkan proposal disertasi. Saat mengerjakan proposal disertasi. Dirinya berinteraksi secara intensif dengan saya. Paling tidak seminggu sekali. Dia meminta saya menjadi teman diskusi selama mengerjakan proposal. Tentu saja ajakan darinya. Saya sambut dengan gembira. Mengingat semangat belajar yang tinggi Ebesius Pomat untuk kuliah  pada program doktor.

Di sela-sela diskusi. Ada pengakuan mengejutkan. Dia menderita sakit cukup serius. Sudah lama dialaminya. Penyakit yang menimpa Ebesius Pomat adalah gagal ginjal. Dampaknya harus rutin cuci darah. 

Atas kondisi fisik yang melemah. Pernah ditawari pulang. Ada pekerjaan menanti di sana. Namun Ebesius Pomat teguh pendirian. Cita-citanya memperoleh pendidikan setinggi-tingginya tak pernah pudar. Sekali layar terkembang. Pantang biduk surut ke pantai. 

Dorongan kuat untuk belajar ditunjukkan ketika sakit parah menderanya. Tak berhenti mencari bea siswa. Dia juga fokus melakukan literature review. Memperkaya referensi. Lalu mendiskusikan arah research dengan saya. Selain menulis proposal. Dia masih harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Intensitas yang padat bertemu dengan Ebesius Pomat menjadikan saya paham. Dia ternyata mampu menghadapi tantangan berat. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari penyakitnya. Tidak menjadi hambatan terus belajar. 

Kekuatan Ebesius Pomat tidak mau menyerah pada keadaan fisiknya yang bermasalah bersumber pada kepribadian hardiness. Kepribadian ini mengandung karakteristik sebagai individu yang ulet, tahan banting dan kuat, sehingga bisa  mengelola badai problematika kehidupan yang tak gampang untuk diselesaikannya.

Lebih jauh dapat dijelaskan hardiness personality yang berada dalam diri Ebesius Pomat sebagai ketahanan psikologis menghadapi tekanan hidup bertubi-tubi.  Realitas ini memberi manfaat tidak mudah mengalami stres ketika memperoleh serangan masalah seperti penyakit gagal ginjal yang sedang menjangkiti. Kemampuan meredam situasi psikologis yang menekan tersebut lantaran dapat mengolah stres negative menjadi tantangan positif.

Ada aspek yang merajut Ebesius Pomat tumbuh ketahanan psikologi yaitu komitmen berupa keyakinan melewati rintangan yang menghadangnya. Aspek lain adalah kontrol berwujud kekuatan mengendalikan masalah. Dan aspek selanjutnya yaitu tantangan melalui kemampuan menghadapi masalah berfokus pada pengkondisian emosi diri sendiri agar tetap tenang, tabah dan tak menyerah saat ditimpa sederet problem. Rupannya, tiga aspek tersebut menjadi kekuatan Ebesius Pomat tetap menanamkan rasa optimisme meraih pendidikan setinggi-tingginya. 

Namun ternyata takdir menentukan lain. Sebelum berhasil mewujudkan cita-citanya. Allah SWT sayang padanya. Saat perjalanan menggunakan jasa transportasi bis ke luar kota. Belum sampai tujuan. Penyakitnya kambuh. Sempat ditolong oleh tukang becak di antar ke rumah sakit. Tak lama sampai ke rumah sakit. Ebesius Pomat meneruskan perjalanan menuju keabadian. Allah SWT telah memanggilnya. 

Selamat jalan kawan. Semoga rekam jejak kehidupan mu. Menginspirasi. Keinginan melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya. Tak boleh dibendung hanya karena keterbatasan fisik atau ekonomi.

***

*) Oleh: Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES