Kopi TIMES Universitas Islam Malang

FOMO (Fear of Missing Out) Mahasiswa

Rabu, 26 Juli 2023 - 14:09 | 151.54k
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Manusiawi jika manusia ingin selalu up to date dengan apa yang sedang terjadi pada dunia setiap waktu. Ada saatnya hal-hal yang sedang terjadi di lingkungan kita atau di dunia ini, kita harus mengetahui, peka, dan ikut bertindak, ada saatnya apa yang sedang terjadi di luaran sana kita cukup tahu dan paham tanpa bertindak, dan ada saatnya apa yang terjadi diluaran sana kita tidak perlu tau, tidak tahu pun tidak berdampak apa-apa untuk diri kita. Untuk poin pertama diambil contoh pandemic covid-19, poin kedua diambil contoh hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan/wawasan, poin ketiga diambil contoh trend video tik tok yang tidak begitu penting untuk ditiru, karena semakin berkembangnya teknologi memang ada beberapa trend vt yang memang bisa dijadikan algoritma untuk meningkatkan performa akun.

Kemudian bagaimana dengan munculnya fenomena FOMO yang semakin tranding di perbincangkan? Di era saat ini berbagai jenis perkembangan sangat laju dan tidak bisa dikendalikan kecuali mengendalikan diri sendiri, terlebih dalam dunianya anak muda dan kalangan mahasiswa. Semakin banyaknya perkembangan diberbagai bidang semakin diikuti munculnya fenoma Fear Of Missing Out atau sering disebut FOMO yang kerap dialami anak muda.

Advertisement

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Fear Of Missing Out disingkat FOMO jika diartikan ke dalam bahasa Indonesai adalah ‘takut tertinggal’. FOMO adalah keadaan dimana seseorang merasa gelisah atau cemas dengan hal-hal yang sedang terjadi atau yang sedang dilakukan orang lain dan menjadi objek yang sedang tranding dan hype. Dikutip dari Wikipedia.org FOMO adalah keadaan dimana seseorang merasa cemas yang timbul karena sesuatu yang menarik dan menyenangkan sedang terjadi, hal ini sering disebabkan karena unggahan di media sosial. Fomo juga didefinisikan sebagai rasa takut tertinggal akan suatu peristiwa, informasi, atau pengalaman, sehingga orang lain mendapat momen berharga dari hal tersebut sedangkan dirinya tidak.

Hal-hal yang menjadi penyebab FOMO seperti berita, trend fashion, trand postingan di media sosial, trend cafeshop, hingga aktivitas yang membuat orang terlihat keren, terlihat lebih smart, dan lebih sukses. Dilansir dari Wikipedia.org kondisi layaknya FOMO ini telah teridentifikasi muali tahun 1996 hingga 2000 sebelum perkembangan internet yang pesat sekarang. Istilah FOMO sendiri diciptakan oleh seorang penulis bernama Patrick J. McGinnis dan mulai dipopulerkan ditahun 2004. 2004 merupakan tahun-tahun perkembangan era 4.0 yaitu perkembangan teknologi informasi yang sangat laju dan kehidupan manusia berbasis teknologi, sehingga istilah FOMO menyebar begitu cepat.

Kemudian bagaimana istilah FOMO ini bisa sampai kepada kalangan anak muda saat ini khususnya pada pembahasan kali ini adalah di kalangan mahasiswa? Anak muda saat ini merupakan generasi kelahiran tahun 2000-an yang menjadi penguasa pengguna teknologi informasi. Mulai perkembangan internet, perkembangan alat elektronik seperti gadget, laptop, computer, dsb, perkembangan sosial media, sehingga memudahkan akses informasi dari berbagai penjuru dunia dan dapat kita terima begitu saja.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Sebagai mahasiswa yang memiliki kebebasan akses teknologi informasi ditambah posisi umur mahasiswa yang sedang berada dijenjang quarter life crisis keadaan FOMO semakin kuat tumbuh pada diri masing-masing mahasiswa. Yang sering menjadi alasannya adalah ketika melihat temannya yang aktif mengikuti organisasi sana-sini, mengadakan berbagai program kerja dan aksi nyata. Ketika liburan semester melihat temannya mulai merintis usaha atau mengikuti magang. Sehingga muncul pertanyaan-pertanyyan ‘Kok bisa ya mereka aktif diberbagai organisasi?’, ‘mereka dapat chanel dari mana ya, kok bisa magang di perusahaan yang waw (misalnya)?’ kemudian timbul pemikiran ‘kok saya gini-gini aja ya..’, ‘kok saya kelihatannya tidak ada usaha apa-apa ya..’ ‘apa saya yang kurang follow informasi-informasi di sosmed...’. Pemikiran-pemikiran seperti itu yang kemudian akan menimbulkan rasa gelisah, cemas, takut tertinggal, dan perasaan FOMO yang hampir dialami semua anak muda yang sedang berada di fase quarter life crisis atau di umur-umur mahasiswa ini ‘kok mereka sudah sukses, sudah bisa melakukan A, B, C, dan lainnya, sedangkan saya belum bisa menjadi apa-apa’. Itu fenomena FOMO yang hampir dialami semua mahasiswa dari segi pengembangan diri.

Tidak hanya itu, di sisi lain sebagai mahasiswa yang memiliki pergaulan bebas dengan anak-anak muda dari berbagai daerah dan berbagai kalangan sosial, memiliki keinginan untuk selalu tampil up to date agar mendapat pengakuan sosial. Seperti trend fashion, trend cafeshop, trend postingan di sosmed, hingga barang-barang, ketika mahasiswa yang suka mengikuti gaya baru maka dirinya akan cemas ketika melihat teman-temannya yang sudah bisa menjamah hal-hal tersebut. Untuk fenomena fomo dibidang ini mungkin lebih berbahaya ketika tidak bisa mengendalikan diri sendiri, karena akan terhubung pada ego, memaksakan untuk punya, dan berakhir pada kebutuhan uang yang lebih.

Fomo yang dialami mahasiswa dari segi pengembangan diri harus kendalikan dengan cara ajukan pertanyaan pada diri sendiri seperti ‘ketika kamu merasa cemas dan ingin melakukan kegiatan seperti teman-teman apakah niat dari diri sendiri atau hanya ingin terlihat seperti temannya?’, ‘kegiatan apa yang bisa kamu lakukan diluar jam kuliah?’, semua membutuhkan proses, magang atau berorganisasi adalah kegiatan yang positif namun tidak semua anak memiliki minat untuk berkecimpung dalam kegiatan tersebut, masih banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan. Untuk menghindari FOMO lakukan kegiatan apaun yang kamu bisa dan yang diminati, disaat kita asyik melakukan kegiatan kita sendiri maka pikiran dan perasaan yang menyebabkan fomo tadi akan teralihkan dan terfokus pada kegiatan masing-masing. Sedangkan untuk menghindari fenomena fomo dari sisi pergaulan tanyakan pada diri sendiri ‘seberapa besar kemampuan ku dalam hal ekonomi?’. Yang menjadi factor utama maraknya fenomena fomo diera sekarang berasal dari sosial median, pabila kita tidak dapat memanajemen diri sendiri atas hal-hal seperti di atas, akan berdampak pada ketidak senangan karena selalu memikirkan hal-hal yang sedang terjadi diluaran sana.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES