
TIMESINDONESIA, MALANG – Sebagai manusia, menjadi pribadi yang universal adalah suatu tujuan mulia yang melibatkan proses perkembangan diri yang mendalam dan kompleks. Universal di sini mengacu pada kesadaran yang mendalam tentang kedirian sebagai bagian dari keseluruhan dunia dan keterhubungan dengan semua kehidupan. Proses ini melibatkan penerimaan, pemahaman, dan pengintegrasian berbagai aspek dari diri kita, serta kemampuan untuk melampaui batasan-batasan dan perbedaan yang terkadang membatasi kita.
Terutama kita sebagai masyarakat Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi harus memiliki pribadi yang universal. Sebagai bangsa yang multi, yaitu multi-etnis, multiiman, dan multi-ekspresi kultural dan politik, dibutuhkan strategi yang tepat dalam mengelola keanekaragaman tersebut. Keanekaragaman yang dikelola secara bijak, cerdas, dan jujur akan menjadikan keanekaragaman sebagai kekayaan kultural yang hebat. Kekayaan kultural harus dibela dan diperjuangkan dengan sungguhsungguh, sabar, dan lapang dada. (Syafi’i Ma’arif: 2009)
Advertisement
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Untuk menjadi pribadi yang universal, langkah pertama adalah mengembangkan rasa empati yang mendalam terhadap sesama makhluk hidup. Kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan, kebutuhan, dan perspektif orang lain atau bahkan makhluk hidup lainnya adalah kunci dalam memahami keterhubungan kita dengan dunia di sekitar kita. Dengan empati, kita akan cenderung merespons secara lebih bijaksana terhadap tantangan, konflik, dan perbedaan yang mungkin kita hadapi.
Selain itu, menjadi pribadi yang universal melibatkan peningkatan kesadaran akan lingkungan di sekitar kita. Dalam dunia yang semakin terglobalisasi, kita seringkali terjebak dalam pola pikir egois dan konsumtif. Namun, menjadi pribadi yang universal berarti berusaha untuk hidup secara berkelanjutan, menghormati dan menjaga keseimbangan alam, dan bertanggung jawab terhadap dampak yang kita berikan pada planet ini.
Penting juga untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang beragam budaya, agama, dan keyakinan. Dengan belajar tentang perbedaan dan mencari kesamaan di antara kita, kita dapat merangkul keanekaragaman sebagai kekayaan yang memperkuat manusia sebagai spesies. Melalui pendidikan dan dialog terbuka, kita dapat menghindari presepsi sempit dan membangun jembatan pemahaman antara budaya-budaya yang berbeda.
Mengembangkan jiwa yang universal juga membutuhkan ketekunan dalam mencari pengetahuan dan kebijaksanaan. Membaca, belajar, dan mengeksplorasi berbagai bidang pengetahuan membuka pikiran kita ke berbagai perspektif dan memungkinkan kita untuk melihat dunia dengan lebih luas. Selain itu, mencari kesadaran spiritual juga merupakan bagian penting dari proses ini, karena membantu kita mencari makna dalam kehidupan dan menghubungkan diri dengan sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Kesadaran diri juga menjadi kunci dalam menjadi pribadi yang universal. Mengenali kelebihan dan kelemahan kita, mengeksplorasi nilai-nilai inti yang membimbing tindakan kita, dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik adalah langkah-langkah penting dalam perjalanan ini. Dengan mengetahui diri sendiri, kita akan lebih mampu menerima orang lain sebagaimana adanya dan bekerja bersama untuk mencapai kedamaian dan kemajuan bersama.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Tentu saja, menjadi pribadi yang universal bukanlah proses yang instan atau mudah. Ini adalah perjalanan seumur hidup yang penuh dengan tantangan, kemunduran, dan kegembiraan. Namun, ketika kita berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih universal, kita berkontribusi pada pembentukan dunia yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan harmonis.
Akhirnya, menjadi pribadi yang universal tidak hanya berdampak pada diri kita sendiri, tetapi juga pada orang-orang di sekitar kita dan dunia secara keseluruhan. Ketika kita mencoba menjadi agen perubahan positif, kita akan mengilhami orang lain untuk mengikuti jejak kita dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan, empati, dan keterhubungan.
Dalam perjalanan menjadi pribadi yang universal, kesadaran akan keterbatasan dan kelalaian kita adalah hal yang wajar. Namun, dengan tekad yang kuat, kesediaan untuk belajar, dan kemauan untuk berubah, kita dapat menjadi pribadi yang lebih inklusif, bijaksana, dan menyeluruh. Semoga perjalanan ini membawa kedamaian dalam diri kita dan kontribusi positif bagi dunia di sekitar kita.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Adi Sudrajat M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |