Kopi TIMES

Nyemil, Why Not? But…

Sabtu, 05 Agustus 2023 - 10:32 | 78.86k
Atika Zuhrotus Sufiyana, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Atika Zuhrotus Sufiyana, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).

TIMESINDONESIA, MALANG – Istilah nyemil biasa digunakan untuk mendefinisikan sebagai kegiatan makan ringan diluar makan berat.  Kegiatan ini banyak digemari oleh hampir semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, tidak jarang ditemui penjual makanan/cemilan dipinggir jalan, di supermarket/mini market, dan sekarang penjualan cemilan pun melalui cara online. 

Preferensi individu terhadap keputusan pembelian cemilan ternyata memiliki dampak tersendiri. Tertu berbeda dampak dari kebiasaan mengkonsumsi rujak manis, gado-gado atau juz buah dengan kebiasaan mengkonsumsi es teh manis, minuman “kekinian” cilok, cireng, sosis, tempura dan sejenisnya. Pangestu (2017) menyatakan bahwa ternyata ada beberapa pertimbangan yang menjadi latar belakang individu memutuskan pilihannya, diantara pertimbangan tersebut adalah produk (jenis cemilan), harga, lokasi/tempat dan status nilai gizi/manfaatnya (baca:thoyyib).

Advertisement

Tidak banyak mikir dan yang penting nyemil adalah keputusan yang biasa diambil ketika dihadapkan dengan makanan di depan mata. Namun ternyata ini adalah suatu keputusan yang berdampak pada banyak hal. Dampak finansial, kesehatan fisik, emosi, pikiran dan sebagainya. Padahal cumak nyemil? Mengapa tidak? Karena sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Contoh kecil saja, setelah sepekan nyemil rujak buah dampaknya tentu berbeda dengan setelah sepekan nyemil bakso. Hal ini yang tidak banyak diperhatikan oleh masyarakat kita. Namun akan menjadi perhatian penuh Ketika dampak tersebut beralih menjadi “penggangu” tubuh apalagi pengganggu isi dompet. Sehingga hal ini harus menjadi perhatian setiap individu untuk memperhatikan setiap jenis dan kuantitas makanan yang masuk ke dalam tubuh kita.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Tidak berhenti sampai disitu, setelah nyemil tentu muncul rasa haus. Saat haus cairan apa yang kemudian dikonsumsi? Air putih, es teh kemasan, juz buah, minuman bersoda, serbuk minuman dengan aneka rasa, air kelapa muda, minuman “kekinian” atau yang lain? Seperti cemilan tadi, minuman ini juga tentu memberikan dampak yang luar biasa bagi tubuh. Kemkes (2022) menyatakan bahwa minuman manis meningkatkan resiko kematian dini akibat penyakit tidak menular seperti serangan jantung dan beberapa tipe kanker. Tentu bukan tidak boleh sama sekali dikonsusmsi, namun resiko tersebut muncul jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini dikarenakan dalam ukuran satu gelas minuman manis, segelas minuman boba misalkan, dapat secara langsung meningkatkan kadar gula dalam darah.

Berbicara tentang resiko mengkonsumsi cemilan ataupun minuman manis, beberapa tahun terakhir ditemukan beberapa kasus pada remaja terkena diabetes tipe II (Dinkes Bandung, 2023). Lebih miris lagi penyakit ini menyerang kalangan anak-anak bahkan jumlahnya semakin meningkat (IDAI, 2023).

Tentu ini bukan hal spele yang dapat diabaikan begitu saja. Jika yang dikonsumsi hanya sekadar makanan pokok (nasi) dengan sayur dan lauk pauknya kemudian dibarengkan dengan cemilan atau minuman yang tergolong tidak terlalu banyak kandungan gula, tentu kejadian demikian tidak akan menyerang kalangan muda.

Sehingga nyemil yang sebelumnya seperti hal kecil yang tidak membutuhkan pembahasan kini menjadi hal serius yang menegangkan. Betapa tidak, jika sudah berdampak menjadi “pengganggu” kesehatan tubuh.

Dalam hal ini terdapat solusi yang dapat ditawarkan untuk dapat nyemil sehat. Back to nature adalah hal simple dan mudah yang dapat diterapkan. Nyemil umbi-umbian, kacang-kacangan, air kelapa muda, juz buah, salad, gado-gado, rujak ulek, rujak manis dan masih banyak lagi ragam makanan dan minuman sehat yang dapat dijadikan selingan dalam beraktivitas. Selain karena sudah kehendak Tuhan, dengan mengkonsumsi makanan minuman yang lebih banyak kandungan nutrisinya, teryata kakek-nenek kita yang jauh dari rasa manis memiliki usia yang lebih panjang, fisik yang lebih bugar, emosi yang stabil, tidak mudah stress dan juga bonus lebih awet muda.

Namun semua itu adalah pilihan individu masing-masing. Karena tidak sedikit yang beranggapan hidup sekali kok tidak dinikmati. Bagi penulis, selama hal itu baik untuk diri sendiri terlebih untuk orang disekitar kita mengapa tidak diupayakan, beralih dari yang baik menuju yang lebih baik lagi. My healty is not only for me but also for my family’s happiness. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Atika Zuhrotus Sufiyana, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES