
TIMESINDONESIA, MALANG – Akademisi Rocky Gerung kembali meramaikan jagat maya dengan stetmen kritisnya terhadap kebijakan Presiden Jokowi, pada saat konsolidasi akbar aliansi buruh di Bekasi. Statemennya mengandung pro dan kontra dikalangan masyarakat, sehingga mengundang reaksi represif.
Rocky Gerung sendiri memang dikenal sebagai seorang akademisi yang kritis dan ahli logika. Perdebatan yang dilakoninya di banyak platform digital selalu menjadi perhatian publik, terkhusus mahasiswa. Rocky mampu memberikan perlawanan debat yang konstruktif, sebab selalu menghadirkan paradigma kritis yang susah untuk dipahami oleh lawan-lawan debatnya.
Advertisement
Ia juga cukup konsisten atas sikapnya sebagai oposisi kritis pemerintah. Pemikirannya yang kritis dengan tutur bahasa yang khas darinya, sering membuat publik "marah". Namun, Rocky menganggap hal itu hak bagi publik untuk menilai dan merespon. Akan tetapi nalar berpikir kita tidak akan pernah maju, sebab mengkerdilkan pemikiran dan nuansa diskusi.
Tercatat sebanyak 12 kali Rocky Gerung dilaporkan dengan kasus yang berbeda. Namun, hingga saat ini Rocky tidak terbukti bersalah. Karenanya, publik berspekulasi bahwa Rocky Gerung kebal terhadap hukum. Kasus yang menjeratnya selalu mentah meskipun dilaporkan oleh para ahli hukum.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Terlepas dari motif bagaimana Rocky Gerung memposisikan dirinya sebagai seorang Intelektual yang merdeka. Bebas dalam berpendapat dan kritis terhadap kebijakan pemerintahan. Hemat penulis, menyampaikan bahwa kebenaran merupakan esensi ideal dan tanggung jawab sebagai manusia yang beradab.
Kita tidak boleh tutup mata terhadap peristiwa yang terjadi. Peran kita semua sangat berarti untuk masa depan bangsa. Sejatinya sistem demokrasi telah tegas mengatakan merdeka dalam berpendapat demi mewujudkan satu tujuan bersama. Saling menjaga dan menghormati sebuah perbedaan dengan toleransi dan menjunjung tinggi kerukunan sebagai satu bangsa.
Kita memang sering menyadari esensi kebangsaan. Tetapi, sering pula kita melakukan upaya adu domba oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah kerukunan. Sebagai bangsa besar dengan sejuta pengalaman perjuangan kemerdekaan, seyogyanya menjadi pijakan reflektif menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara.
Dalam kasus Rocky Gerung ini, sebenarnya banyak pembelajaran berharga bagaimana kita bisa memahami dengan cermat status berbeda pendapat, persoalan personal dan publik serta dampak sosial yang akan terjadi. Itu semua mesti kita perhitungkan dengan baik, agar kita memiliki penilaian yang objektif tidak justru dengan sentimen negatif.
Ketika banyak orang mengatakan bahwa stetmen Rocky tidak bermoral sebagai seorang akademisi saat mengatakan "Presiden Dungu" dan "Presiden bajingan tolol" itu semua Rocky sampaikan dalam hemat penulis tidak bertujuan terhadap personal melainkan terhadap jabatan publik sebagai seorang presiden.
Artinya bahwa sah-sah saja presiden di kritik meskipun tidak menggunakan sikap sopan santun dari tuturnya. Menjadi pejabat publik harus sudah siap di kritik. Manakala, sekali salah dalam mengambil kebijakan dampaknya akan dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Penulis tidak dalam kapasitas berpihak terhadap Rocky Gerung. Melainkan mencoba untuk memberikan paradigma konstruktif mengenai tafsir ide yang cenderung membawa kita ke dalam perseteruan. Mari kita gunakan konstitusi sebagai langkah taktis menyelesaikan segala problem, sebagaimana telah banyak ahli katakan. Kita negara hukum, kita harus taat terhadap proses peradilan dan menghentikan argumen liar yang dapat memprovokasi publik.
Jangan sepihak kita mengadili, kita sudah hidup di era reformasi. Mengabaikan bagaimana peristiwa order baru yang mencekam kebebasan berekpresi. Oleh karenanya, kita harus merubah menset statis kita menjadi beradab dengan kecerdasan berpikir konstruktif. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Hainor Rahman, Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |