Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Kesetaraan Gender Dalam Hadis

Sabtu, 12 Agustus 2023 - 09:50 | 67.74k
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA). (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA). (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Secara tekstual banyak hadis yang mengisyaratkan adanya posisi yang berbeda antara pria dan wanita, dalam hal ini wanita diposisikan sebagai kelompok yang selalu berada di bawah pria baik dalam ranah keluarga, sosial, ekonomi, dan politik.

Akan tetapi, secara kontekstual dan holistic akan ditemukan makna sebaliknya, banyak hadis yang menunjukkan adanya kesamaan kedudukan anatara pria dan wanita dalam sisi martabat dan derajat disisi Allah SWT.

Advertisement

Islam justru mengangkat hak-hak wanita yang sebelumnya terbelenggu dengan budaya-budaya jahiliyyah, bahkan secara jelas Nabi Muhammad Saw memerintahkan ummatnya untuk berlaku baik kepada wanita. Sebagaimana dalam hadis di bawah ini yang menjelaskan tentang penciptaan wanita yang akan menjadi sample yang menunjukkan kesetaraan pria dan wanita.

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda; "Saling berpesanlah kalian untuk berbuat baik kepada wanita, karena wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian paling atas. Jika kamu berusaha meluruskannya, maka kamu akan mematahkannya, dan bilamana kamu membiarkannya apa adanya, maka ia akan tetap dalam keadaan bengkok, maka, saling berpesanlah kalian untuk berbuat baik kepada wanita.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Pemahaman secara tekstual terhadap hadis tersebut, akan menimbulkan kerancauan, karena hadis tersebut diriwayatkan dengan redaksi yang bebeda-beda. Keseluruhan matan tersebut secara garis besar memiliki dua arti, yaitu wanita diciptakan dari tulang rusuk dan wanita seperti tulang rusuk. Perlu mengamati hadis tersebut dari sisi historisitasnya sehingga akan sangat membantu dalam mengurai kerancauan redaksi hadis, secara historis hadis tentang penciptaan wanita berisi anjuran atau bahkan perintah Nabi saw kepada pria pada masa itu untuk berbuat baik kepada istri-istri mereka atau kaum wanita secara umum.

Maksud dan tujuan utama hadis ini berisi anjuran Nabi saw untuk berbuat baik dan bijaksana kepada kaum wanita, bukanlah tentang penciptaan wanita, hal ini bisa dilihat dari salah satu unsur redaksi hadis yang dimulai dan diakhiri dengan kata wastausu bi al-nisai khairan.

Setelah memahami hadis di atas, terdapat sample hadis lain tentang wanita banyak masuk neraka, kurang akal, dan agama yang menunjukkan kesetaraan antara pria dan wanita yang perlu di pahami dari sisi historisitasnya bukan hanya dari sisi tekstualnya sehingga tidak terdapat kerancauan redaksi hadis.

Artinya : "Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri, dia berkata bahwa Nabi saw keluar untuk melakukan shalat hari raya Idul Adha atau Idul Fitri (keraguan dari rawi). Dalam perjalanan, beliau berjumpa dengan beberapa wanita. Kemudian beliau bersabda: "wahai wanita! bersedekahlah, karena aku melihat kamu menjadi sebagian besar penghuni neraka." Mereka bertanya: "apa sebabnya, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "kamu sekalian banyak melaknat dan tidak berterimakasih atas kebaikan suami. Aku tidak mengetahui ada wanita yang kurang akal dan agamanya yang bisa menghilangkan akal pria yang sabar seorang diantara kalian." Mereka bertanya: "wahai selain salah Rasulullah, apa maksud kurangnya akal dan agama kami?!” Beliau menjawab: "tidakkah kesaksian seorang wanita itu sama dengan separoh kesaksian seorang pria?." Mereka menjawab: "aa". Beliau melanjutkan sabdanya; " itulah kekurangan akalnya, tidakkah jika wanita itu menstruasi, dia tidak shalat dan tidak juga berpuasa?." Mereka menjawab; "ya", Beliau melanjutkan sabdanya: "itulah kekurangan agamanya".

Dalam memahami makna hadis di atas jika dipahami secara tekstual maka mengisyaratkan adanya perbedaan kualitas akal dan agama antara pria dan wanita. Namun, dalam memahami hadis tidak cukup dengan pemahaman secara tekstual saja perlu pemahaman secara kontekstual dengan berusaha melacak sisi historis dan antropologisnya.

Konteks hadis tersebut dapat diketahui dengan mencermati redaksi hadis yang dicantumkan di atas sudah dapat dijadikan petunjuk untuk memahami makna hadis tersebut secara kontekstual. Pada bagian awal matan, hadis tersebut menunjukkan konteks yang dimaksudkan. Nabi saw menyampaikan sabdanya tersebut di jalan ketika beliau menuju lapangan untuk melakukan shalat Idul Adha atau Idul Fitri di Madinah.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Jalan di Madinah sebagaimana jalan pada umumnya di pemukiman lain, dulu dan sekarang, biasa digunakan baik oleh laki-laki maupun perempuan untuk duduk-duduk. Nabi saw pernah bermaksud melarangnya, namun banyak yang berkeberatan, sehingga beliau membolehkan para sahabat untuk melakukannya dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh Nabi saw, yaitu memenuhi hak-hak jalan. Hak- hak jalan yang harus dipenuhi oleh orang yang sedang duduk-duduk di pinggirnya adalah menundukkan pandangan mata, tidak menyakiti pihak lain, menjawab salam, dan melakukan amar ma'ruf nahi mungkar.

Terdapat kekosongan informasi tentang perempuan- perempuan yang ditemui Nabi saw di jalan itu, apakah mereka sedang duduk-duduk di pinggir jalan, lewat atau sedang melakukan aktifitas lain. Namun, bila dicermati secara mendalam, terdapat petunjuk dalam frasa redaksi hadis tersebut, yaitu kata "kamu sekalian banyak melaknat". Melihat kebiasaan masyarakat tradisional yang gemar duduk-duduk di pinggir jalan, diketahui bahwa mereka yang sering melakukan kegiatan itu seringkali terbawa oleh situasi, sehingga mereka tidak bisa memenuhi hak-hak jalan yang disebutkan dalam hadis Abu Sa'id al-Khudri itu. Mereka bukannya menahan pandangan mata, melainkan mengumbarnya untuk menggunjing dan menyoraki orang-orang yang lewat.

Paparan di atas, menggambarkan bahwa kurang akal dan agama itu bukan merupakan kodrat perempuan, tetapi merupakan nasehat atau kritik tajam terhadap perempuan- perempuan di zaman Nabi saw yang memiliki perilaku yang telah disebutkan di atas. Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa orang-orang yang pantas mendapatkan vonis kurang akal dan agama, bukan hanya perempuan, melainkan siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan yang mempunyai perbuatan tercela yang seperti tergambar dalam redaksi hadis di atas. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES