Kopi TIMES

Kita Harus Bersyukur, Negara Kita Merdeka Bukan Hadiah, Tapi Karena Mengusir Penjajah

Minggu, 13 Agustus 2023 - 21:17 | 121.93k
H.Imam Kusnin Ahmad SH. Ketua PC ISNU Kab. Blitar juga Kepala Corps Provost Banser Nasional.
H.Imam Kusnin Ahmad SH. Ketua PC ISNU Kab. Blitar juga Kepala Corps Provost Banser Nasional.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ketika para pemimpin nasional berhasil meletakkan dasar-dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tak ada yang lebih mereka kenang melebihi nostalgia akan masa-masa perjuangan merebut kemerdekaan. Inilah anugerah Allah SWT yang tiada ternilai yang harus kita syukuri bersama. 

Kita patut bersyukur dan banga.Karena Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang merdeka karena mengusir penjajah. Yang sebelumnya dilalui dengan lika-liku yang panjang tentang presesnya kemerdekaan Indonesia. Mulai dari perang Diponegoro, Perang Aceh dll. 

Advertisement

Lalu kesepakatan dengan Jepang, penculikan hingga proklamasi.

Tidak ada negara lain didunia yang merdeka karena berhasil mengusir penjajah. India merdeka karena diberi hadiah oleh Inggris.Begitu juga negara tetangga kita Malaysia dan Brunai Darussalam diberi hadiah oleh Inggris.

Amerika dan Australian merdeka mengusir penduduk asli. 

Dalam sejarahnya, Indonesia yang diwakili oleh Bung Karno, Bung Hatta dan Radjiman Widyodiningrat sudah memiliki kesepakatan dengan Jepang perihal kemerdekaan Indonesia.

Jepang berjanji kepada mereka bertiga akan memberikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945. Bung Karno, Bung Hatta dan Radjiman setuju, tapi pulang ke Indonesia dicegat oleh para pemuda. Kata para pemuda bilang. "Bung kalau tidak merdeka sekarang Indonesia tidak akan merdeka. Sebab menurut Konvensi Wina, bekas suatu negara jajahan yang penjajahnya kalah perang harus mengembalikan negara jajahannya ke penjajah sebelumnya.Itu sebabnya Belanda tahun 1946 masuk menyerang ke sini.

sebelum ada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia harus dikembalikan kepada Belanda karena Jepang kalah perang dengan Sekutu.

Lantaran itulah, para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.

Di situlah kemudian para pemuda bersama generasi tua angkatan Bung Karno merumuskan kemerdekaan Indonesia.

Ketika akhirnya Bung Karno didampingi Bung Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, bergemuruhlah takbir, berguguran sekat pemisah dan egoisme kedaerahan, mencairlah fanatisme sempit keagamaan, dan menyatu dalam kesyukuran. Dengan proklamasi, bangsa dan rakyat Indonesia berada pada akhir era penjajahan. Berdiri berderet-deret di depan gerbang kebebasan dan kemerdekaan.

Kemerdekaan itulah yang menjadi isyarat terlepasnya belenggu yang selama ratusan tahun menempatkan bangsa Indonesia di jurang kenistaan, membuat mereka hidup dalam kenestapaan, hingga dapat kembali menghirup udara segar setelah tak terkira lamanya berada dalam hampa oksigen kehidupan. Dengan kemerdekaan itulah, bangsa Indonesia bisa bernapas lega, membuka dada, dan menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan.

Ya, dengan kemerdekaan, kita semua bebas. Bebas melakukan apa yang terbaik untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan demi masa depan anak-anak cucu. Maka, begitu tanggal itu datang setiap Agustus pada setiap tahun, gemuruh nostalgia perjuangan menuju kemerdekaan itu datang mengharu biru. Inilah momentum kita bersyukur bagi semua rakyat Indonesia. Bersyukur bagi semua untuk kebahagiaan semua. 

Dengan proklamasi, bangsa dan rakyat Indonesia berada pada akhir era penjajahan. Dalam terminologi agama Islam, bersyukur merupakan ibadah inti. Ia tak tergantikan dan perintah melakukan syukur adalah qath'iyyun. Ibadah syukur tak bisa dibatalkan dengan dalih dan alasan apa pun. Bersyukur adalah inti dari penciptaan anak manusia. Karena bersifat ibadah inti dan tidak mudah, bersyukur tak gampang dilakukan semua orang dengan penuh sukacita. Syukur dalam term ini adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Demikian tidak mudahnya melakukan syukur dengan sepenuh-penuhnya syukur sehingga Baginda Rasul pernah berdoa dengan munajat yang agak "aneh" di telinga beberapa sahabat. Beliau bermohon kepada Allah agar sekiranya dapat dimasukkan ke dalam kelompok yang sedikit. Siapa gerangan yang sedikit itu? Saat ditanya demikian, Rasul mengutip firman Allah yang berbunyi "wa qalilun min 'ibaadiyas syakuur."

"Dan, sungguh sedikit di antara hamba-Ku yang sangat bersyukur." Karena tidak banyak yang mampu melakukan ibadah syukur, hingga Rasul pun berharap dapat dimasukkan ke dalam kelompok yang sedikit ini. Siapakah mereka? Mereka adalah hamba-hamba Allah yang istiqamah melaksanakan ibadah syukur dan menikmatinya sebagai sebuah anugerah dari Allah. Karena hanya sedikit, tentu tak banyak yang memperoleh kesempatan ini.

Dalam keyakinan Nabi Sulaiman AS, bersyukur bukanlah persoalan main-main. Demikian bernilainya ibadah syukur hingga ketika ditanya, Nabi yang Raja Diraja ini menjawab pendek. "Bagaimana aku tidak bersyukur, sementara bersyukur itu sendiri adalah anugerah dan karunia Allah." Dalam pandangan Nabi Sulaiman, mereka yang bersyukur berarti mereka telah memperoleh nikmat dari Allah. 

Maka, bersyukurlah mereka yang telah nendapat nikmat kemerdekaan dengan berhasil mengusir pejajah.Karen bersyukur  telah diajarkan Rasul. Memang tidak banyak yang bisa bersyukur. Begitu tak mudahnya kita menemukan mereka yang gemar bersyukur sehingga Rasul mengajarkan kita untuk bermohon dan berdoa agar Allah memasukkan kita ke dalam kelompok yang sedikit itu.

Bangsa Indonesia, semoga disadarkan sesadar-sadarnya bahwa 17 Agustus adalah momentum kita berdiri berderet-deret di depan gerbang kemerdekaan untuk berucap syukur kepada Allah karena anugerah kemerdekaan. Mensyukuri kemerdekaan bermakna menempatkan kemerdekaan pada tempatnya. Apa tempatnya? Menyadari diri sebagai hamba yang makhluk dan Allah sebagai pencipta alias al-Khaliq.

Sebagai ciptaan, kita mesti menyadari hak dan kewajiban sebagai seorang hamba. Dalam salah satu firman-Nya, Allah mengingatkan bahwa kita--demikian juga jin--diciptakan semata untuk beribadah kepada-Nya. Beribadah dalam makna mengabdi hanya kepada-Nya. Menjadikan Allah sebagai tujuan dari segala tujuan hidup kita. Termasuk, dalam kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat, muaranya haruslah Allah SWT.

Ketika perayaan kemerdekaan diisi hanya dengan kegiatan  berkaitan dengan kebaikan karena rasa syukur, di situlah kita tengah berada di jalan menuju keridhaan Allah SWT. Allah selalu menyediakan jalan paralel--wa hadaynaa hunnajdayn bagi semua, tetapi hanya satu jalan lurus--as-shirothol mustaqiim yang menuju kepada-Nya. Jalan lurus itulah yang sekurang-kurangnya lima kali dalam sehari kita mohonkan kepada-Nya.

Maka  kita akan memasuki 17 Agustus lagi. Kalau sejak tahun pertama merdeka kita lupa bersyukur kepada-Nya, karena kita berhasil mengusir penjajah inilah kali ke-78 Allah memberi kita kesempatan bersyukur,  agar kita dapat bergabung dengan  rombongan yang berangkat menuju Allah SWT,  yang dipimpin oleh akhirul ambiya' war mursalin Nabi  Muhammad SAW.

Lalu dalam mewujudkan rasa syukur atas kemerdekaan RI, Kita Harus Bagaimana ? Kita bisa melakukan beberapa hal, seperti mensyukuri nikmat kemerdekaan dengan jalan mengisi kemerdekaan sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan keterampilan masing-masing. Menghormati dan menghargai jasa-jasa para pahlawan pejuang bangsa dengan cara meneruskan amanat cita-cita perjuangan bangsa. Memelihara dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan jalan meningkatkan sikap toleran dan kerja sama antar warga masyarakat. Menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa dengan cara rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara serta kesiapan dalam rangka bela negara.Dan meningkatkan kemandirian bangsa dengan jalan memperkuat sendi-sendi peri kehidupan bangsa di segala bidang.

*) Penulis, H.Imam Kusnin Ahmad SH. Ketua PC ISNU Kab. Blitar juga Kepala Corps Provost Banser Nasional.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES