Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Kontes Kecantikan: Antara Hak dan Nilai Moral

Rabu, 23 Agustus 2023 - 16:01 | 44.09k
Atika Zuhrotus Sufiyana, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA)
Atika Zuhrotus Sufiyana, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Dunia kontes kecantikan berada di persimpangan antara hak-hak perempuan dan nilai-nilai moral yang berlaku, sebuah medan kompleks di mana pemberdayaan, ekspresi diri, dan ekspektasi masyarakat saling bersinggungan. Acara-acara ini memunculkan perdebatan tentang objektifikasi, citra tubuh, dan kesetaraan gender.

Bersinggungan dengan keseimbangan antara hak perempuan untuk mengeksplorasi potensi mereka dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral menimbulkan tantangan dan peluang, sehingga mendorong evaluasi ulang terhadap tujuan dan dampak kontes di kalangan masyarakat.

Advertisement

Di satu sisi, kontes kecantikan dapat dilihat sebagai platform yang memberikan kesempatan kepada perempuan untuk menunjukkan bakat, kecerdasan, dan potensi mereka. Acara-acara ini telah berkembang untuk mencakup berbagai keterampilan lebih dari sekedar penampilan, menawarkan pelatihan kepada peserta dalam berbicara di depan umum, kepemimpinan, dan advokasi. Narasi pemberdayaan ini selaras dengan hak-hak perempuan untuk memilih jalan mereka dan menentukan kesuksesan menurut perspektif mereka. Dengan berpartisipasi dalam kontes-kontes ini, perempuan menantang pandangan masyarakat yang dahulu membatasi peran mereka hanya di ranah domestik, dan menegaskan hak mereka untuk menjadi individu yang menonjol, berprestasi, dan percaya diri.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Namun, di balik pemberdayaan terdapat permasalahan moral berupa objektifikasi dan pelestarian standar kecantikan yang tidak realistis. Kritikus berpendapat bahwa kontes kecantikan melanggengkan penekanan yang tidak sehat pada penampilan fisik, yang berpotensi menyebabkan masalah dismorfia tubuh, rendahnya harga diri, dan bahkan praktik berbahaya untuk menyesuaikan diri dengan cita-cita yang berlaku. Ketegangan antara hak-hak perempuan dan nilai-nilai moral mendorong perlunya tanggung jawab yang lebih besar dalam membentuk narasi peristiwa-peristiwa ini.

Salah satu cara untuk menavigasi keseimbangan yang rumit ini adalah dengan membingkai ulang kontes kecantikan sebagai perayaan keragaman dan keaslian. Mengusung narasi yang menghargai keunikan dibandingkan kesesuaian, acara-acara ini dapat mendorong peserta untuk menerima diri mereka yang alami (apa adanya), melepaskan diri dari norma-norma kecantikan konvensional. Pergeseran ini mempromosikan nilai moral untuk mengenali dan menghormati individu apa adanya, bukan semata-mata karena penampilan mereka. Kontes semacam ini dapat menonjolkan kisah pribadi, pencapaian, dan kontribusi sosial peserta, sehingga kecantikan dapat ditentukan berdasarkan karakter dan integritas serta atribut fisik.

Pemberdayaan pendidikan menawarkan jalan lain untuk menyelaraskan hak-hak perempuan dan nilai-nilai moral dalam kontes kecantikan. Pergeseran fokus terhadap pencapaian intelektual dan pengetahuan peserta menggarisbawahi pentingnya pendidikan dan pengembangan diri, selaras dengan nilai-nilai moral yang berlaku. Acara-acara ini dapat menjadi platform untuk menyoroti kemampuan perempuan, menunjukkan kontribusi mereka di berbagai bidang, dan menginspirasi orang lain untuk mengejar pendidikan dan meningkatkan kualitas diri.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Narasi yang menekankan pedoman etika dalam kontes kecantikan membahas kekhawatiran tentang obyektifikasi dan perlakuan hormat. Menetapkan standar yang jelas yang memprioritaskan otonomi, kesejahteraan, dan kenyamanan peserta akan menumbuhkan lingkungan di mana hak-hak perempuan ditegakkan dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip moral. Dengan menolak praktik-praktik yang mengobjektifikasi kontestan dan menumbuhkan suasana saling menghormati, acara-acara ini dapat mendefinisikan kembali tujuannya sebagai perayaan individualitas dan pemberdayaan.

Dalam pencarian keseimbangan, kontes kecantikan juga dapat mengintegrasikan advokasi kesetaraan gender ke dalam misi inti mereka. Dengan menggunakan platform mereka untuk memperjuangkan isu-isu sosial, para kontestan dapat menggunakan pengaruhnya untuk mengatasi isu-isu seperti keterwakilan yang tidak setara, kekerasan berbasis gender, dan diskriminasi di tempat kerja. Narasi ini menjembatani hak-hak perempuan dengan nilai-nilai moral yang berlaku, memperkuat dampak kontes kecantikan di luar tingkat individu dan menjadi katalisator perubahan masyarakat.

Terkahir, perbincangan seputar kontes kecantikan harus berkembang dan bijak untuk menyelaraskan hak-hak perempuan dengan nilai-nilai moral. Dengan mendorong pemberdayaan melalui keberagaman, merangkul keaslian (natural), mempromosikan pemberdayaan pendidikan, mematuhi pedoman etika, dan mengadvokasi kesetaraan gender, acara-acara ini dapat bermanfaat bagi kontestan dan masyarakat serta dapat menjadi katalisator perubahan positif. Dalam evolusi ini, upaya mengejar prestasi dan pengakuan akan keindahan semakin meluas.

Bukan hanya cerdas intelektual saja yang diunggulkan, memiliki karakter yang kuat, memiliki ide dan perencanaan kerja nyata bagi lingkungan sosial, juga menjadi penilaian komprehensif dalam menentukan pemenang ajang ini. Mampu menginspirasi, menjadi agent of change serta menebarkan manfaat adalah tujuan positif yang harus dicapainya. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Atika Zuhrotus Sufiyana, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES