Kopi TIMES

Sukses Lewat Jalur Bersyukur

Rabu, 30 Agustus 2023 - 11:25 | 90.89k
Sri Wahyuni (Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia Institut Agama Islam Darussalam)
Sri Wahyuni (Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia Institut Agama Islam Darussalam)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Definisi sukses setiap orang memiliki perbedaan. Ada yang beranggapan bahwa sukses merupakan status yang menunjukkan bahwa telah tercapainya sesuatu tertentu. Ada pula yang beranggapan bahwa sukses adalah gambaran kebahagiaan atas keberhasilan yang diraihnya. 

Sejatinya tidak ada yang bisa mengetahui keberhasilan apa yang dimaksud dan keberuntungan yang akan didapatkan kedepannya. Entah itu kebahagiaan ataupun sebaliknya. Setiap kita melihat orang sukses pasti kita bangga dan salut atas pencapaiannya. 

Jarang kita bertanya, hal apa yang sudah dilakukannya untuk bisa meraih kesuksesan. Sebagian besar orang percaya bahwa menyebut dirinya sukses jika memiliki mobil mewah, jabatan tinggi, rumah besar, banyak uang, mendapatkan gelar, dimuliakan dan menganggap bahwa itu semua merupakan makna kesuksesan yang sebenarnya. Ternyata itu tidak selalu benar.

Sebenarnya kesuksesan sejatinya tidak hanya dapat diukur dengan faktor tersebut. Melainkan seseorang yang mampu bersyukur menjalani kehidupan yang lebih baik dan bisa bermanfaat untuk orang lain. Andai kita tahu bahwa bersyukur adalah kunci awal dari kesuksesan yang menentukan langkah dalam menggapai kesuksesan yang sebenarnya. 

Rasa bersyukurlah yang bisa membuat seorang bisa menikmati rasa ketenangan, kebahagiaan, dan kemudahan dalam menjalankan setiap apa yang diinginkannya. Tanpa adanya rasa syukur pada diri kita. Maka kita tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki dan terus akan selalu merasa kurang. Maka pentingnya menanamkan rasa syukur di dalam hati kita, agar tidak menjadi manusia yang kufur nikmat.

Seorang tokoh ilmuan Bill Gates berkata “Menilai kesuksesan tidak melulu mengenai tahta atau harta karena ada hal yang tampak sederhana, tetapi sangat bernilai dan tidak dapat dibeli dengan uang."  Bukan harta yang melimpah atau ketenaran yang menjadi tolak ukur setiap pencapaiannya, tetapi kebahagiaan. 

Salah satu orang terkaya di dunia menganggap bahwa kebahagiaan dalam hati mampu mendatangkan kekayaan. 
Sebagaimana kita ketahui, tidak ada kesuksesan yang datang secara instan. Bahkan, proses mencapai kesuksesan terkadang amat melelahkan dan butuh diperjuangkan. 

Kita yang sedang berada di fase ini harus benar-benar bisa menetapkan tujuan utama yang ingin kita ambil. Agar lebih fokus dan tepat sasaran. Utamakan tujuan utama untuk selalu optimis, berpikir positif, disiplin dan tentunya tidak mudah menyerah ataupun putus asa. Dan yang paling penting dari kunci utamanya adalah niat. Apa yang kita lakukan tanpa didasari landasan niat semua akan sia-sia.

Ingin menjadi siapa pun dan ingin melakukan usaha apa pun, kita harus menetapkan niat yang tulus dalam hati. Karena niat yang kita tangguhkan merupakan suatu keyakinan yang kita tanamkan dihadapan Tuhan. Niat merupakan cerminan dari apa yang akan kita lakukan. 

Jika ingin menjadi sorang yang sukses maka tanamkan niat yang tulus bahwa benar-benar ingin bersungguh-sungguh untuk menjalankannya. Umar bin Khattab r.a berkata "Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, bahwa sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas berdasarkan apa yang dia niatkan."

Memiliki harapan atau ekspektasi tinggi sedangkan Tuhan berkehendak lain atas apa yang sudah di harapkan itu merupakan hal yang biasa. Manusia boleh memiliki harapan dan cita-cita yang tinggi, tetapi perlu diingat suatu keinginan yang kuat tanpa didasari usaha yang hebat tidak akan berhasil secara cepat. 

Sejatinya kita tidak akan pernah bisa menduga apa yang direncanakan Tuhan untuk hidup kita kedepannya, entah itu hidup bahagia ataupun sebaliknya. Kita sebagai manusia hanya bisa berdo’a dan berusaha semaksimal mungkin dan tentunya jangan lupa untuk tetap selalu bersyukur dan menerima dengan ikhlas atas apa pun yang diberikan. 

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).

***

*) Oleh: Sri Wahyuni (Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia Institut Agama Islam Darussalam)

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES