Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Al-Qur’an & Sains Modern

Rabu, 30 Agustus 2023 - 13:31 | 87.95k
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA). (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA). (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Al Quran adalah kitab suci ummat Islam yang tidak hanya berisi tentang tata cara beribadah tapi al-quran juga berisi banyak ilmu pengetahuan yang telah banyak terbukti kebenarannya melaui penelitian-penelitian keilmuan yang tidak diragukan lagi kebenarannya.

Sains adalah sebuah metodologi yang disusun berdasarkan aktivitas akal manusia dalam Upaya memahami, memprediksi dan menjelaskna fenomena alam semesta. Sains bukanlah kenebaran yang mutlak, sains akan terus berkembang seiring dengan perkembangan akal dan pemahaman manusia. Maka disinilah peran Al Quran di dalam Al Quran terdapat pengetahuan-pengetahuan mengeni saims yamg di kemudian hari dibuktikan kebenrannya oleh para ilmuan.  

Advertisement

Abdussalam seorang ilmuan muslim peraih nobel fisika pada tahun 79 menyatakanbahwa seperdelapan isi al-quran berbicara tentang sains dan teknologi. Berikut ini adalah contoh bukti-bukti keterkaitan antara al-quran dan sains yang telah dikemukakan oleh para ilmuan.  

Dalam hal penciptaan jagad raya alam smesta di dalam Al Quran Qs, Yunus:10  dijelaskan bahwa jagad raya alam semsta diciptakan dalam 6 masa. Hal ini sejalan dengan para ilmuan yang mebuktikan bahwa alam semesta diciptakan dalam waktu yang sangat pamjang yang memungkinkan untuk dibagi menjadi 6 masa.

Di dalam Al Quran dijelakan bahwa lautan dalam sangat gelap. Dan pada era modern saat manusia sudah bisa menyelam di lebih dalam lagi, manusia membuktikan bahwa di kedalaman 200meter atau lebih laut lepas sangatlah gelap hal ini sesuai dengan firman Allah SWT di Qs. An- Nur:40.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Di dalam Al Quran  juga telah dijelaskan dalam QS. An-Naml: 17-18 bahwa semut adalah hewan yang dapat berkomunikasi antara satu sama lain dan pada penelitan para ilmuan di era modern mengkonfirmasi bahwa semut memang bisa berkomunikasi dan memerintahkan semut-semut lainnya secara massal dengan gerakan, getaran, dan secara kimiawi menggunakan antena meraka.

Semut juga memiliki struktur dan jabatan sosial yaitu ada semut petelur, semut pejantan, dan semut pekerja atau semut prajurit, para ilmuan memyebutkan bahawa semut pekerja atau semut prajurit adalah semut betina, Dan Al Quran ketika membahas tentang semut semut pekerja menggunakan istilah قاَلت yaitu kata kerja feminim, seolah-seolah al-quran ingin mengatakan bahawa semut-semut pekerja ini adalah seekor betina.

Sampai detik ini Al Quran masih menjadi perbincangan para ilmuan. Selalu ada ilmu baru yang dapat diambil dari Al Quran, seiring dengan berkembangnya waktu dan teknologi semakin banyak isi kandungan Al Quran yang terbukti kebenarannya. Hal ini menunjukkan bahwa Al Quran memang bukan karangan manusia biasa. Bahkan banyak ilmuan yang masuk islam karena penelitiannya tersebut.

Abdusalam seorang muslim peraih nobel fusika di tahun 79 mengatakan bahwa “I have been asking the ulama why they sermon should not exobt mt of moslem to take up the subject of science and technology” Kenapa para ulama dalam khutbahnya tidak memikat ummat muslim dengan materi-materi mengenai sains dan teknolgi yang berhubungan dengan islam?

Dan ternyata jawabannya adalah karena para ulama atau peneceramah tidak memiliki pengetahuan tentang sains yang memadai. Sains yang diketahui para ulama ialah sains pada masa Ibnu Sina yang tentunya ilmu sains tersebut sudah banyak mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu dan teknologi.

Jika orang-orang barat saja serius memepelajari kandungan ayat-ayat Al Quran, maka sebagai ummat islam sudah sepatutnya lebih giat dan serius lagi dalam menyelami kandungan isi lAl Quran. Sejarah mencatat hanya ada 2 orang muslim yang mampu meraih penghargaan nobel yaitu abdussalam pada tahun 79 dan seseorang dari Mesir bernama Ahmad Hasan Zuhaili.

Hal ini sudah sepatutnya menjadi perhatian para muslim agar tidak tertinggal oleh orang-orang barat dan nonmuslim yang serius mengkaji isi kandungan al-quran dan kaitannya dengan sains dan teknologi. (*)

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES