Kopi TIMES

Memanusiakan Manusia untuk Menjadi Manusia Berharga

Senin, 04 September 2023 - 08:53 | 69.20k
Muhammad Dzunnurain, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang.
Muhammad Dzunnurain, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Menjadi manusia dalam pandangan orang lain melibatkan kompleksitas sosial, emosional, dan moral. Kadangkala, perasaan memvalidasi sebagai "manusia sejati" bisa membuat seseorang merasa tertekan. 

Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki pengalaman dan jalan hidup yang unik. Keberhasilan sebagai manusia tak selalu bergantung pada pandangan orang lain. Konsep identitas manusia telah lama menjadi pusat perhatian dalam berbagai bidang ilmu, budaya, dan agama. 

Advertisement

Manusia sebagai makhluk kompleks memiliki beragam dimensi yang membentuk identitasnya, baik dari segi fisik, psikologis, maupun sosial. Seperti yang diungkapkan oleh Erik Erikson seorang psikolog Jerman terkenal "Identitas mempengaruhi cara seseorang melihat dirinya sendiri dan bagaimana dia berinteraksi dengan dunia di sekitarnya". 

Apa yang sebenarnya menjadikan seseorang dianggap sebagai manusia oleh masyarakat?

Dalam perspektif sosial, identitas manusia memiliki konstruksi yang bervariasi di berbagai budaya dan sejarah. Dalam Buku Decolonizing Methodologies: Research and Indigenous Peoples Faktor agama dan lingkungan sosial turut memainkan peran penting dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap manusia. 

Selain itu, stereotipe dan prasangka yang muncul dalam interaksi sosial dapat memengaruhi cara manusia dinilai.
Pentingnya memahami konstruksi identitas manusia dalam pandangan masyarakat tidak hanya terbatas pada ranah akademis, tetapi juga memiliki implikasi yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari. 

Hal ini dapat memberikan wawasan baru tentang bagaimana persepsi manusia terhadap dirinya sendiri dan orang lain dalam membentuk hubungan sosial, budaya, dan etika. 

Seperti yang diungkapkan oleh Martha Nussbaum seorang filsuf terkemuka "Identitas manusia yang sejati terbentuk melalui pemahaman akan kebebasan, martabat, dan nilai-nilai universal yang kita bagikan”. 

Pemahaman yang lebih mendalam tentang pandangan masyarakat terhadap identitas manusia dapat membantu merumuskan pendekatan yang lebih inklusif dan mengurangi diskriminasi serta prasangka.
Identitas manusia sering kali dibentuk dan dipengaruhi oleh persepsi, pandangan, serta interaksi dengan manusia lain. 

Faktor-faktor sosial, budaya, dan lingkungan menjadi peran penting dalam proses menjadi manusia dalam pengembangan identitas individu. Ini melibatkan pemahaman diri, nilai-nilai personal, serta tujuan hidup. Melalui refleksi dan pengalaman, seseorang merumuskan prinsip-prinsip yang akan membentuk dasar interaksi dengan manusia lain.

Interaksi sosial memainkan peran sentral dalam memvalidasi status manusia. Melalui komunikasi dan koneksi dengan orang lain, akan membangun relasi dan memahami dinamika masyarakat dengan baik. 

Kemampuan berempati, memahami perspektif orang lain, dan menghormati perbedaan menjadi elemen penting dalam menjadi manusia yang dihargai oleh sesama. Menjadi individu yang memberikan manfaat bagi sesama melalui pekerjaan, sukarela, atau inovasi adalah cara untuk dianggap sebagai manusia yang berharga. 

Hal ini manusia akan diakui oleh manusia lain karena telah memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Makna hidup inilah yang akan mengembangkan bakat dan kemampuan untuk kepentingan bersaman.

Salah satu komponen penting dalam menjadi manusia adalah empati. Kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain memungkinkan kita untuk berhubungan secara lebih mendalam dan menghargai pengalaman mereka. 

Dengan merasakan emosi orang lain, kita dapat memberikan dukungan, mengatasi konflik, dan membangun hubungan yang lebih kuat. Empati juga mendorong kita untuk bertindak secara bijaksana, menghindari menyakiti orang lain, dan mempromosikan kesejahteraan bersama.

Selain itu, etika dan moral juga memainkan peran penting dalam pembentukan citra manusia. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral dalam hubungan dengan orang lain dan menjaga integritas pribadi adalah langkah krusial dalam menjadi manusia yang dihormati. 

Manusia dianggap manusia oleh sesama manusia ketika mereka menginternalisasi prinsip-prinsip moral seperti kejujuran, rasa hormat, dan empati. Ini memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab dan mempertimbangkan dampak tindakan mereka pada orang lain dan lingkungan.

Perlu diingat bahwa definisi "menjadi manusia" dapat bervariasi di berbagai budaya dan sosial. Pandangan tentang atribut dan kualitas yang membuat seseorang menjadi manusia yang dihargai dapat berbeda diantara berbagai kelompok sosial. 

Oleh karena itu, proses menjadi manusia yang dianggap manusia oleh manusia melibatkan penyesuaian dengan norma dan nilai yang berlaku dalam lingkungan sosial. Tentu, pandangan bahwa seseorang perlu dianggap sebagai "manusia" oleh orang lain untuk merasa valid atau berharga bisa menjadi beban yang berat. 

Memang, kita hidup dalam masyarakat dengan norma dan nilai-nilai tertentu. Tetapi makna dan identitas seseorang seharusnya lebih dari pada persepsi luar. 

Terpenting adalah bagaimana kita merasa tentang diri kita sendiri dan bagaimana kita berkontribusi dalam hidup kita dan hubungan dengan orang lain. Menghargai diri sendiri tanpa terlalu banyak mengandalkan validasi eksternal dapat membantu mengurangi tekanan dan meraih kebahagiaan yang lebih dalam.

***

*) Oleh: Muhammad Dzunnurain, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNISMA.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainor Rahman
Publisher : Rochmat Shobirin

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES