Kopi TIMES

Gotong Royong: Saatnya Merevitalisasi Lagi Ekonomi Barter

Sabtu, 07 Oktober 2023 - 15:44 | 66.83k
Ilustrasi sistem barter (FOTO: freepik.com)
Ilustrasi sistem barter (FOTO: freepik.com)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Pertukaran barang dan jasa (barter) adalah akar terbentuknya perekonomian.

Sebelum uang, barter sudah ada. Uang muncul sebagai alat untuk memudahkan pertukaran barang atau jasa. Tak lebih.

Advertisement

Namun dalam perkembangannya, uang bukan lagi sebagai alat tukar. Uang sudah jadi barang atau komoditas yang bisa diperdagangkan. Bahkan bisa barter.

Pergeseran fungsi uang tersebut, dinilai menjadi salah satu problem mendasar perekonomian global saat ini. Nilai uang bisa naik turun tak pasti. Apalagi saat terjadi inflasi atau deflasi yang sulit dikontrol. Inflasi dalam beberapa kasus, mampu mengubah wajahnya menjadi rudal dan bom mematikan.

Barter sebagai alternatif

Barter adalah cara paling mudah dan sederhana untuk keluar dari lilitan ketergantungan dengan uang sebagai alat tukar.

Barter antara produsen dan konsumen di tingkat lokal, akan menumbuhkan kembali geliat perekonomian yang terhenti atau sempat terhenti. Pada gilirannya, barter akan menghidupkan lagi perekonomian tingkat lokal dalam skala tertentu.

Barter mampu menguatkan lagi hubungan bisnis lokal. Mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Dan memperkuat ketahanan dan kemandirian ekonomi lokal. Yang jauh lebih penting, barter berpotensi besar untuk mempererat lagi hubungan antarmanusia.

Bila pondasi ekonomi barter sudah kuat dan tunjang, barter bisa menyiptakan jaringan sosial dan mengembangkan ikatan komunitas yang lebih erat. Simbiosis mutualisme, saling menguatkan, saling mendukung dan saling bergantung akan terwujud dalam komunitas. Ada hakikat gotong royong di sana.

Merevitalisasi sistem ekonomi barter

Harus diakui, banyak sekali keterbatasan dalam sistem ekonomi barter. Sistem barter tak bisa sepenuhnya mampu meng-cover kebutuhan manusia yang sangat kompleks dan beragam dalam masyarakat ekonomi modern.

Ada masalah penentuan nilai barang dan jasa di sana. Dan, terutama, soal fleksibilitas dalam perdagangan.

Adakah peluang untuk sistem barter? Jawabannya: cukup besar   

Dalam banyak kasus, teknologi mampu mengurangi banyak keterbatasan dalam sistem perdagangan. Pun keterbatasan dalam perdagangan barter.

Contohnya. Salah satu keterbatasan sistem barter adalah mempertemukan antara produsen dan konsumen. Lewat teknologi barter online, mereka bisa bertemu kapan saja. 24 jam penuh.

Mereka bisa melihat daftar barang atau jasa yang tersedia untuk dibarter, melakukan penawaran, dan mengatur pertukaran. Mirip dengan aplikasi e-commerce yang ada.

Dan masih banyak lagi yang bisa ditawarkan teknologi untuk mengurangi sejumlah keterbatasan sistem barter.

Barter untuk ketahanan dan kemandirian pangan

Tantangan sangat krusial geopolitik global ke depan, salah satunya, adalah soal ketahanan dan kemandirian pangan.

Tekanan akibat konflik geopolitik global saat ini cenderung untuk melumpuhkan sistem produksi dan distribusi pangan di tingkat global. Sistem barter sangat memungkinkan untuk mengurangi tekanan global tersebut dengan memperkuat lagi sistem produksi dan distribusi pangan tingkat lokal.

Meskipun tidak bisa sepenuhnya bisa menggantikan sistem yang ada, minimal sistem barter bisa membantu mengamankan perekonomian di tingkat lokal. Minimal, dalam ketahanan pangan.

Langkah awal untuk memulai sistem barter adalah pertukaran komoditas pangan antardaerah. Bawang merah ditukar cabe. Beras ditukar telor. tomat ditukar lele. tongkol ditukar sagu. Dan masih banyak lagi peluangnya.

Intinya, potensi sumber daya alam yang melimpah di daerah tertentu tetap bisa dimanfaatkan, diproduksi dan didistribusikan ke daerah lain. Pada gilirannya, perekonomian lokal akan tetap berjalan dalam skala tertentu. Peran pemerintah daerah sangat penting dalam hal ini.

Pondasi awal menghidupkan sistem barter adalah untuk ketahanan dan kemandirian pangan. Bila ini sudah terjadi, negara bisa saja mengembangkan sistem barter ke arah yang lebih advance lagi: barter antara jasa dengan komoditas.

Memang, masih banyak pertanyaan soal teknis pertukaran dalam sistem barter bila diterapkan. Namun, sebagai alternatif, sistem barter masih besar peluangnya.

Wallahu a’lam bishawab...

                                                                                 ***

*) Oleh: Faizal Rizki Arief

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: opini@timesindonesia.co.id

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES