Tiga Perkara Yang Paling Baik

TIMESINDONESIA, MALANG – Ketika ditanya tentang hari, bulan dan amal perbuatan yang paling baik, Ibnu Abbas ra. menjawab:
1. Hari yang paling baik adalah jumat (sebab ia tuan semua hari yang Allah anugrahkan kepada umat Muhammad SAW)
Advertisement
2. Bulan yang paling baik adalah Ramadhan (sebab Al-Qur’an diturunkan pada bulan itu, di dalamnya terdapat Lailatul Qadar, pada bulan itu puasa diwajibkan, dan pahala amalan sunah setara dengan amalan wajib)
3. Amalan perbuatan yang paling baik adalah melaksanakan shalat fardhu tepat waktu (sebab ia ibarat pintu utama bagi semua amal saleh. Jika pintu shalat terbuka, terbukalah seluruh pintu amal saleh. Namun, bila pintu shalat tertutup, tertutuplah seluruh pintu amal saleh)
Pada hari dia menjawab pertanyaan ini, yakni pada hari Jum'at di awal Ibnu Abbas ra. wafat setelah tiga hari sejak kematiannya, sampailah berita pada Ali bin Abi Thalib ra, bahwa Ibnu Abbas ra. pernah ditanya begini dan menjawab, sebagaimana disebutkan di atas. Ali ra. berkata, "Apabila para ulama, para hakim, dan para ahli fikih dari timur hingga barat ditanya tentang hal itu, pasti mereka menjawab dengan jawaban yang sama. Namun jika aku ditanya hal tersebut, aku akan menjawab:
1. Amal perbuatan paling baik adalah amal perbuatanmu yang diterima Allah.
2. Bulan paling baik adalah bulan yang di dalamnya kamu bertobat kepada Allah dengan tobat yang tulus (taubah nashuha).
3. Hari paling baik adalah hari saat kamu pergi meninggalkan dunia, kembali pada Allah dalam keadaan beriman.
Ibnu Abbas ra. mengatakan, "Tobat nashuha adalah menyesal dalam hati, memohon ampun dengan lisan, menghentikan raga segala dosa, dan bertekad tidak mengulangi perbuatan yang dilarang Allah."
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Ada pula yang mengatakan bahwa tobat nashuha adalah tobat yang kemudian diikuti dengan tidak mengulangi dosa, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Ada lagi yang mengatakan bahwa tobat nashuha adalah tobat yang mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Seorang pujangga Arab menulis syair tentang tobat. Dalam teks asli bahasa Arabnya diungkap dengan gaya bahr al-basith.
Lihatlah, musibah menimpa kita siang-malam
Sementara kita lalai dalam sembunyi dan terang-terangan
Jangan sekali-kali tergiur dunia dan kemewahannya
Sebab ia bukan tempat hidup yang sesungguhnya
Banyaklah beramal sebelum kematian datang
Jangan teperdaya banyaknya sahabat dan saudara
Ada pula tujuh bait dengan tema yang sama karya Imam al- Ghazali. Dalam teks asli bahasa Arabnya dibuat dengan gaya bahr al-wâfir
Apa kauingin menjadi kaya
ucapanmu didengar semua orang
dicintai setiap perempuan
disenangi setiap pria
Kekayaan datang, lantas kau bahagia
disegani, dimuliakan, dan banyak uang
Terhindar bencana dan tipu daya
baik dari musuh atau teman yang durhaka?
Maka bacalah Ya Hayyu Ya Qayyum seribu kali
pada pagi atau malam
Sungguh nasihatku ini lebih berharga dari apa pun
Jangan lalai atau ditinggalkan
Niscaya kau 'kan raih derajat mulia
***
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibad karya Syekh Nawawi Al-Bantani
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA)
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |