Kopi TIMES Hari Santri 2023

Refleksi Hari Santri dalam Mendekontruksi Santri Menuju Negara Adidaya

Kamis, 19 Oktober 2023 - 21:55 | 58.20k
IKWAN EFENDI, S.Pd.I, M.Pd, Pemerhati Pesantren dan Alumni Santri Pondok Pesantren Darul Falah Ramban Kulon Cermee Bondowoso
IKWAN EFENDI, S.Pd.I, M.Pd, Pemerhati Pesantren dan Alumni Santri Pondok Pesantren Darul Falah Ramban Kulon Cermee Bondowoso
FOKUS

Hari Santri 2023

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Perayaan Hari Santri sudah tidak asing di telinga kita, dimana perayaan ini meruapakan hasil ketetapan Presiden yang tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri. Dirayakan setiap Tanggal 22 Oktober menjadi bentuk pengakuan Bangsa bahwa Kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari para Santri yang memperjuangkan Bangsa ini dari Penjajah.
Pada tahun ini Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengambil tema “Jihad Santri Jayakan Negeri” menjadi sebuah proses perjalanan panjang untuk Bangsa Indonesia. Kalau dulu para Santri telah berhasil mengentaskan Indonesia dari tangan Penjajah, sekarang tantangan Santri yang harus dilakukan untuk meneruskan perjuangan mampu mengeluarkan para pemuda khususnya kalangan Santri keluar dari Zaman Kebodohan. 

Seorang pejuang bukan hanya orang yang berperang melawan Penjajah, tetapi orang yang menjaga serta melestarikan nilai-nilai keislaman, mencetak generasi mudah dalam mengembangkan intelektualnya dan membentuk pribadi berkarakter adalah seorang Pejuang. Sebaimana yang disampaikan oleh KH. Zaini Mun’im Pendiri dan Pengasuh Pertama Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, menjelaskan orang yang tidak mau berjuang, maka ia telah bermaksiat, begitu pun dengan orang yang hanya memikirkan ekonominya sendiri juga sudah bermaksiat.

Advertisement

Dekontruksi Santri Nasionalis

Hakikat Santri bukan hanya sebuah identitas orang yang menimba ilmu di Pesantren, makna Santri secara mendalam bahwa disaat seseorang menjalankan sebuah kebaikan dan mempunyai sanad keilmuan jelas ia juga layak dikatakan sebagai Santri. Ada makna yang melekat pada identitas Santri, pencari ilmu Agama atau Umum, penerus ajaran Rasulullah dan menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai anjuran dalam Umat beragama. Santri tidak hanya mampu menjadi orang yang berintelektual saja, tetapi harus mampu juga menjadi power dalam mewujudkan empat pilar kebangsaan.

Santri selalu siap dalam hal dan kondisi apapun, apalgi hanya bersaing dalam pengembangan keilmuannya di era tranformasi digital. Era digital menjadi sangat urgen dikalangan Santri, namun hal itu jangan menjadi sebuah alasan rapuhnya jiwa Santri dalam mewujudkan empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Peran santri dalam era tranformasi digital juga penting, begitu juga peran Santri dalam menuntaskan kemiskinan, ketidakadilan, kebodohan, pengangguran dan kesenjangan sosial menjadi hal yang lebih penting untuk diprioritaskan bersama.

Santri yang senantiasa berjuang melalui kepeduliaannya pada sesama menjadi jembatan perjuangan mereka di masa yang akan datang. Regenerasi Santri selanjutnya akan diwarnai dengan semangat jihad melawan kondisi Bangsa dari kesengsaraan yang akan menimpa Warganya. Mungkin merupakan hal yang mustahil jika kita akan menghilangkan segala macam problem yang di alami oleh Bangsa Ini, karena sangat menentang dengan hukum alam. Langkah pasti yang dapat dilakukan para Santri adalah meringankan beban Pemerintah dalam mewujudkan empat pilar kebangsaan.

Indonesia Menuju Negara Adidaya

Negara Indonesia merupakan Negara yang banyak dilirik oleh Negara tetangga karena mempunyai banyak kekayaan yang ada di dalamnya. Kekayaan Indonesia kalau dikelola oleh para Santri dari kalangan Pemuda yang intelektualnya mempuni di berbagai keilmuan, tentu akan menjadikan Negara adidaya, karena Santri (Generasi Muda Berintelektual dan Beradab) akan mampu mewujudkan keberhasilan Bangsa lebih baik dari sebelumnya.

Sangat disayangkan sekali dikala generasi bangsa khususnya kalangan Santri apabila tidak mampu mengambil peran sedikitpun untuk menjadikan Indonesia menjadi Negara adidaya. Karena Negara adidaya bukan hanya sekedar aspek sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan informasi, militer, hingga aspek stabilitas politik pemerintahan, melainkan jiwa Santri perlu dibangun sejak awal yang menjadi pondasi utama demi kelasungan hidupnya.

Mewujudkan Negara adidaya melalui peningkatan berbagai aspek belum cukup, paling utama serta menjamin Negara adidaya adalah kesiapan jiwa Santri yang mayoritas di Indonesia beragama Islam. Adanya kesiapan para generasi bangsa akan menumbuhkan semangat baru dalam menyongsong perubahan Indonesia yang lebih maju mencapai perubahan Indonesia Emas 2045.

Momentum perayaan hari Santri 2023 ini, kita jadikan sebuah refleksi meningkatkan intelektualitas Santri, penguasaan akan teknologi, dan mampu memberikan karya-karya yang bermanfaat di masa yang akan datang. Sebagai Santri kita harus mampu mengambil dan meneladani para Pemikir Islam terdahulu, para Ulama yang sudah mendedikasikan hidupnya untuk kemaslahatan Umat. Adanya peranan, tumpukan karya-karya beliau yang sampai sekarang masih kita pelajari sepanjang sejarah. Padahal sudah berabad-abad lamanya namun karya itu tidak pernah sirna dan eksis sampai sekarang menjadi rujukan kajian dikalangan para Santri.

Tumpukan karya para Pemikir Islam mewarnai kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, padahal saat itu belum ada fasilitas berupa Komputer, Laptop, Media cetak dan Internet, namun mereka mampu membuat karya-karya terbaiknya yang terus dipelajari sampai detik ini, hal ini menjadi renungan kita bersama bahwa kelengkapan segala perkembangan belum tentu menjamin seseorang menghasilkan karya-karya, malah menjadi penyebab hilangnya semangat mengasah diri, mengembangkan keterampilan terutama kebiasaan para Pemikir terdahulu yang menekuni untuk menghasilkan sebuah karya.

Disaat Santri semangat tetapi jiwanya sudah rapuh, maka keberadaan bangsa Indonesia juga terancam dalam mewujudkan empat pilar kebangsaan. Akankah sebuah cita-cita bangsa akan terwujud bilamana generasi penerus bangsa jiwanya masih tidur dan tidak terangsang untuk membangun bangsanya menjadi sebuah Negara Adidaya.

*) IKWAN EFENDI, S.Pd.I, M.Pd, Pemerhati Pesantren dan Alumni Santri Pondok Pesantren Darul Falah Ramban Kulon Cermee Bondowoso

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES