Strategi Guru dalam Mengatasi Kejenuhan Belajar Siswa

TIMESINDONESIA, MALANG – >Pengertian Strategi Pembelajaran
Dikutip dari pendapat para ahli bahwa strategi pembelajaran adalah alat yang membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu pada saat proses pembelajaran bersama para murid melalui beberapa cara yang dipilih. Dalam prosesnya guru harus bisa memilih strategi yang tepat untuk melaksanakan pembelajaran di kelas. Karena setiap strategi pembelajaran memiliki fungsinya masing-masing dalam mencapai tujuan.
Menerapkan strategi pembelajaran ada prinsip-prinsip yang perlu dipenuhi dalam arti ada hal-hal yang perlu diperhatikan didalam menerapkannya. Setiap strategi memiliki keunikannya sendiri. Maka dari itu tidak semua strategi pembelajaran cocok diterapkan dalam semua keadaan dan untuk mencapai tujuan.
Advertisement
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Killen, bahwa seorang guru dituntut untuk bisa menentukan strategi mana yang cocok dengan keadaan. Maka dari itu ada beberapa prinsip-prinsip umum strategi pembelajaran yang perlu guru ketahui, sebagai berikut:
Pertama, Berorientasi pada tujuan. Ada hal yang seringkali dilupakan oleh guru bahwa tujuan pembelajaran itu dapat menjadi penentu strategi apa yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran. Karena suksesnya strategi pembelajaran dinilai berdasarkan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Kedua, Aktivitas. Strategi pembelajaran harus bisa mendorong aktivitas peserta didik tidak terbatas pada aktivitas fisik saja melainkan aktivitas mental pun diperhatikan. Karena belajar bukan sekedar menghafalkan informasi. Tetapi belajar adalah aktivitas yang menjadikan peserta didik mendapatkan pengalaman tertentu yang selaras dengan tujuan yang diinginkan.
Ketiga, Individualistis. Guru dalam mengajar berharap ada perubahan perilaku dari peserta didiknya. Mengajar adalah upaya memaksimalkan setiap individu peserta didik. Berkualitasnya proses pembelajaran dinilai dari tingginya standar keberhasilan. Seorang guru dinyatakan berhasil tatkala dia dapat mengantarkan siswanya mencapai pada tujuan pembelajaran.
Keempat, Integritas. Mengajar tidak terbatas pada pengoptimalan satu aspek kemampuan siswa saja. Melainkan seluruh aspek harus terintegrasi secara sempurna baik dalam aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik.
Demi tercapainya kesuksesan dalam mengajar peserta didik, seorang guru dituntut untuk bisa memilih dan menentukan strategi apa yang tepat dalam pelaksanaan pembelajarannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alexander dan Davis bahwa dalam menentukan strategi pembelajaran guru harus meninjau empat hal, yaitu:
Pertama, Mengetahui tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kedua, Memperhatikan kondisi peserta didik. Ketiga, Ketersediaan sumber dan fasilitas. Keempat, Metode penyajian atau karakteristik tehnik.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka strategi pembelajaran dapat bermanfaat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Made Wena bahwa manfaat strategi dalam proses pembelajaran bagi guru bisa dijadikan sebagai pedoman dalam bertindak saat proses pembelajaran berlangsung.
Dengan strategi yang jelas tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal dan proses pembelajaran berlangsung secara terarah, efektif, dan efisien.

Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran yang Dapat Mengatasi Kelelahan Fisik dan Mental Siswa
Dikutip dari buku yang berjudul “Strategi Pembelajaran” karya Wahyudin Nur Nasution dijelaskan ada beberapa jenis strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, sebagai berikut:
Pertama, Strategi Pembelajaran Ekspositori. Sebagaimana yang dikutip dari teorinya Sanjaya bahwa strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang bertujuan agar para siswa mampu menguasai materi pembelajaran secara maksimal melalui penyampaian materi dari seorang guru kepada sekelompok siswa secara verbal.
Sedangkan dari teorinya Jarolimek dan Foster, menjelaskan bahwa dalam strategi ini, guru menjadi komponen penting selama berjalannya proses pembelajaran. Artinya guru yang mengarahkan program pembelajaran siswa.
Guru yang menentukan referensi-referensi mana yang perlu dipakai oleh siswa dalam materi pembelajaran. Pemahaman materi oleh murid bergantung dari baiknya penjelasan guru.
Kedua, Strategi Pembelajaran Inkuiri. Berdasarkan kutipan dari penjelasan Sanjaya, bahwa Strategi inkuiri adalah strategi yang dalam proses pembelajarannya dituntut untuk mencari dan menjawab sendiri suatu persoalan yang dipertanyakan berdasar pada proses berpikir secara kritis dan analitis. Sanjaya juga menjelaskan ada beberapa ciri utama strategi pembelajaran inkuiri:
Pertama, Murid menjadi subjek belajar. Artinya para murid dimaksimalkan untuk aktif dalam mencari dan menemukan sendiri inti dari materi pelajaran. Tentunya mereka juga tak lepas dari mendengarkan penjelasan guru secara verbal.
Kedua, Strategi ini memiliki tujuan yaitu menumbuhkan sikap percaya diri terhadap peserta didik. Artinya dalam proses pembelajaran peserta didik dibimbing untuk mencari dan menjawab sendiri sesuatu yang dipertanyakan. Ketiga, pengembangan kemampuan berpikir secara kritis, logis dan sistematis.
Sebagai bagian dari proses mental adalah tujuan dari penerapan strategi pembelajaran inkuiri. Sehingga dalam strategi pembelajaran ini siswa dituntut untuk menggunakan potensi yang dimilikinya bukan hanya sekedar dituntut untuk menguasai materi pelajaran.
Ketiga, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah strategi yang dalam proses pembelajarannya diisi dengan aktivitas yang terfokus pada penyelesaian masalah secara ilmiah. Permasalahan tersebut bisa diambil dari sumber-sumber seperti peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat, keluarga, lingkungan sekitar atau juga bisa diambil dari referensi buku teks.
Keempat, Strategi pembelajaran kooperatif. Reinhartz dan Beach menjelaskan bahwa strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang berjalan dengan konsep para murid dibentuk menjadi beberapa kelompok untuk bekerja sama dalam mempelajarimateri.
Kemudian Henson dan Eller juga memberikan penjelasan tentang strategi pembelajaran kooperatif dimana dalam prosesnya strategi ini mengarahkan para murid untuk mencapai tujuan bersama melalui kerjasama tim.
Pembelajaran kooperatif memiliki empat ciri utama. Sebagaimana penjelasan Cruichshank dkk yaitu; Tim dibentuk secara tercampur baik dari suku, kemampuan akademis, maupun jenis kelaminnya. Biasa disebut dengan istilah heterogenitas.
Kemudian Al- Rasyidin dan Nasution juga memberi penjelasa terkait ciri berikutnya yaitu; Tugas yang diberikan kepada peserta didik disajikan dalam bentuk tugas kelompok dengan cara seperti ini menuntut peserta didik untuk bekerja sama dengan kelompoknya dalam mempelajari materi yang telah disampaikan guru.
Strategi ini menekankan pada sikap tanggung jawab baik itu tanggungjawab kepada diri sendiri maupun kepada kelompok dengan cara saling membantu dan memotivasi anggota kelompok lainnya. Serta untuk mengoptimalkan pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik maka strategi ini memiliki sistem penghargaan, dimana sistem ini akan memotivasi para siswa untuk saling berkompetisi satu sama lain baik di dalam kelompoknya maupun di luar kelompoknya melalui pengumpulan skor prestasi.
Kelima, Strategi pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL). Strategi pembelajaran yang memiliki tujuan memotivasi siswa dalam menerapkan pelajaran yang ia dapatkan dengan situasi kehidupan nyata mereka berdasarkan materi yang telah mereka pelajari.
Ada beberapa karakteristik strategi pembelajaran kontekstual. Yaitu; Pembelajaran terintegrasi, belajar dengan bergairah, tidak membosankan, menyenangkan, saling menunjang dan kerjasama.

Kejenuhan Belajar
Kejenuhan secara bahasa diartikan sebagai ketidakmampuan untuk memuat apapun atau biasa disebut dengan padat, penuh, jemu atau bosan. Dalam istilah psikologi fenomena jenuh belajar yang dialami oleh siswa ini disebut dengan learning plateau. Efek yang timbul jika kejenuhan muncul pada diri siswa mereka merasa usahanya (dalam belajar) sia-sia.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Reber bahwa kejenuhan belajar adalah aktivitas belajar yang dilakukan dalam rentang waktu tertentu akan tetapi tidak memberikan hasil. Dan biasanya kejenuhan belajar ini tidak berlangsung lama, akan tetapi bagi beberapa siswa hal ini bisa berlangsung terus menerus.
Kejenuhan belajar hadir tatkala seorang siswa kehilangan motivasi belajarnya. Jika dianalogikan dengan sebuah kurva maka garis kurva tersebut membentuk garis datar yang ini mengandung makna bahwa sistem kerja akalnya tidak bekerja maksimal sehingga dengan itu perkembangan belajarnya seolah-olah jalan di tempat.
Faktor-Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar
Pada umumnya kejenuhan belajar yang dialami oleh siswa itu disebabkan dari kondisi lelah tubuhnya, dengan tubuh yang sudah tak sesegar sebelumnya menjadikan siswa bosan dalam kegiatan pembelajaran. Ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Chaplin bahwa ketika peserta didik kehilangan motivasi dalam dirinya dan belum bisa menyatukan satu keterampilan tertentu kepada keterampilan berikutnya mereka akan mengalami kejenuhan belajar.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Cross bahwa kelelahan siswa itu terbagi menjadi tiga jenis; Kelelahan siswa secara indera, kelelahan siswa secara fisik, kelelahan siswa secara mental.
Beberapa kondisi diatas seperti lelahnya indera dan fisik dapat dipulihkan dengan mengonsumsi makanan dan minuman bergizi. Selain itu dengan tidur yang cukup juga bisa memulihkan kondisi tubuh yang lelah. Akan tetapi berbeda halnya dengan kelelahan mental atau psikologis dimana dalam pemulihannya tidak semudah memulihkan lelahnya fisik.
Inilah mengapa kejenuhan belajar faktor utamanya adalah kelelahan dalam hal mental atau psikologis. Lelahnya mental atau psikologis ini disebabkan oleh beberapa faktor, sebagai berikut: Pertama, Keletihan yang berdampak negatif itu sendiri yang menimbulkan kecemasan terhadap diri siswa.
Kedua, Ketika siswa pada berada pada kondisi jenuh dalam mempelajari bidang-bidang tertentu, mereka mendapati standar keberhasilan pada tiap-tiap bidang cukup tinggi yang dengan itu menjadikannya cemas. Ketiga, Siswa dituntut lebih banyak kerja intelek yang berat karena berada di tengah-tengah suasana kompetitif yang ketat.
Kiat-Kiat Mengatasi Kejenuhan Belajar
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelelahan mental atau psikologis yang berdampak pada kejenuhan belajar nantinya, yaitu sebagai berikut: Pertama, Mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan porsi yang cukup dan beristirahat. Kedua, Mencari waktu yang kiranya siswa dapat belajar lebih giat dengan mengubah jam di hari-hari tertentu.
Ketiga, Agar memperoleh kenyamanan dalam belajar maka dilakukan penataan ulang pada lingkungan belajar siswa diantaranya seperti memindahkan posisi rak buku, lemari, meja dan perlengkapan belajar lainnya yang dengan itu menjadikan siswa berada di suasana baru.
Keempat, Agar siswa lebih giat belajarnya dibanding dengan sebelumnya maka mereka diberikan motivasi dan rangsangan baru. Kelima, Siswa harus terus bergerak dan praktek dari materi yang diajarkan dengan cara terus mencoba pantang menyerah dan tidak banyak diam.
***
*) Oleh: Abdul Lathif Anshori, Guru PAI SMKN 2 Malang dan Mahasiswa PJJ IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rochmat Shobirin |