Kopi TIMES

Jember Darurat Sampah Popok Bayi

Kamis, 09 November 2023 - 18:06 | 70.65k
Anik Sajawi (Alumnus Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Kiai Haji Achmad Siddiq (Khas) Jember.
Anik Sajawi (Alumnus Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Kiai Haji Achmad Siddiq (Khas) Jember.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JEMBER – Kabupaten Jember memiliki masalah sampah popok bayi yang membutuhkan perhatian serius dari pemerintah. Ini utamanya berkaitan sampah popok bayi satu kali pakai yang telah menjadi darurat lingkungan yang memprihatinkan di Kota Seribu Gumuk. 

Beberapa waktu lalu perusahaan sosial asal Inggris, Common Seas sempat merilis data temuan yang mencengangkan. Temuan itu merupakan penelitian yang menyajikan data bahwa setiap harinya terdapat kurang lebih 576 ribu sampah popok bayi yang menyumbang jumlah besar komoditas sampah di daerah Jember. 

Advertisement

Tampaknya upaya edukasi yang sering dilakukan tidaklah cukup. Kenyataannya langkah itu belum mampu mengatasi permasalahan lingkungan. Diperlukan upaya serius dan komprehensif untuk menghadapi darurat sampah popok bayi ini agar masyarakat di Jember tidak dirugikan.

Tingginya Konsumsi dan Dampak Implikasinya pada Lingkungan

Penyebab darurat sampah popok bayi satu kali pakai di Kabupaten Jember sebagian besar berkaitan dengan tingginya tingkat konsumsi. Popok bayi satu kali pakai telah menjadi pilihan utama bagi banyak orang tua karena praktis dan mudah digunakan. Namun, sisi praktis ini memiliki dampak yang serius terhadap lingkungan.

Sampah popok bayi yang tidak terurai dan akan mencemari lingkungan, terutama ketika akhirnya berakhir di aliran sungai. Saat mengalami proses dekomposisi yang lama, sampah popok bayi dapat melepaskan berbagai bahan kimia berbahaya yang berpotensi mencemari air tanah dan sumber air lainnya. 

Membuang popok di sungai menghasilkan pencemaran air yang berbahaya. Proses penguraian material popok yang ada di air akan melepaskan zat beracun dan partikel berbahaya ke sungai yang dapat merugikan kesehatan manusia jika digunakan sebagai bahan baku air di rumah-rumah penduduk. Anak-anak yang terpapar polutan ini lebih rentan terhadap masalah penyakit yang berbahaya.

Tak Cukup Hanya Edukasi, Tanpa Kesadaran dari Diri Sendiri

Langkah edukasi tentang pentingnya pengelolaan sampah popok bayi yang bertanggung jawab telah dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah kesadaran masyarakat terkait pentingnya mengurangi penggunaan popok bayi satu kali pakai dan melakukan upaya daur ulang yang lebih berkelanjutan.

Kebiasaan menggunakan popok bayi satu kali pakai sudah menjadi bagian dari kehidupan banyak keluarga, sehingga mengubah pola pikir dan perilaku tersebut memerlukan waktu dan keseriusan. Selain itu, juga perlu adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat, untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengelolaan sampah popok bayi yang lebih berkelanjutan.

Penyadaran tentang limbah popok bayi yang dibuang di sungai akan menghasilkan senyawa beracun yang dapat mencemari tanah dan air perlu diungkapkan. Bahan kimia berbahaya dari popok ini nantinya akan merusak ekosistem sungai dan dapat menciptakan masalah serius bagi lingkungan, termasuk kerusakan pada tumbuhan dan hewan air di masa depan.

Perlunya Upaya Serius dari Pemerintah agar Pencemaran Tidak Kian Parah

Untuk mengatasi darurat sampah popok bayi di Kabupaten Jember, diperlukan upaya serius. Pemkab juga dapat menyelenggarakan kolaborasi dari berbagai pihak dengan berbagai langkah yang dapat diambil.  

Mulai dari kampanye edukasi yang berkesinambungan, ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak lingkungan dari penggunaan popok bayi satu kali pakai dan pentingnya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab.

Pemkab juga bisa mempromosikan popok bayi ramah lingkungan yang tentunya akan berdampak pada lingkungan dengan dapat mempromosikan dan mendukung penggunaan popok bayi popok kain modern atau popok yang bisa dicuci sehingga lebih ramah lingkungan. Disamping membangun infrastruktur pengelolaan sampah yang tepat, untuk pengelolaan sampah popok bayi yang lebih baik, termasuk fasilitas daur ulang dan pengelolaan sampah organik.

Inisiatif penyadaran masyarakat harus menggabungkan pendekatan yang ramah budaya dan berbasis bukti. Beberapa langkah yang dapat diambil mulai dari memberikan penjelasan tentang dampak buruk membuang limbah popok bayi di sungai pada lingkungan. Masyarakat juga dapat diajarkan bagaimana cara mengelola limbah popok dengan aman tanpa membuang ke Sungai, seperti dengan menggunakan limbah tersebut sebagai media tanam untuk bunga di rumah.

Menangkal Mitos tentang Limbah Popok Bayi yang Dipercayai

Di banyak masyarakat Jember tidak sedikit yang memiliki kepercayaan akan mitos yang masih kuat di tengah kehidupannya. Salah satunya adalah keyakinan bahwa dengan tidak membakar limbah bekas popok bayi ini akan memiliki dampak positif pada kesehatan dan pertumbuhan anak. Masifnya keyakinan ini telah berdampak negatif pada lingkungan, terutama melalui perilaku pembuangan sampah popok bayi yang tidak ramah lingkungan ke aliran sungai.

Penting untuk menyadari bahwa mitos ini tidak hanya salah, tetapi juga merugikan. Pemerintah perlu mewadahi untuk mengurai masalah ini dan mengapa penting untuk mengubah paradigma masyarakat. Mitos bahwa tidak membakar popok bayi dapat memberikan manfaat pada kesehatan anak telah berkembang pesat membuat sungai menjadi alternatif lokasi pembuangan. Mitos ini mungkin berasal dari pemahaman yang salah atau tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. 

Masyarakat yang mempercayai mitos ini mungkin percaya bahwa tidak membakar popok bayi dapat membantu memberikan perlindungan magis pada bayi. Salah satu dampak paling nyata dari keyakinan ini ialah dengan banyaknya temuan popok bayi yang sering dibuang di aliran sungai seperti yang telah saya singgung di atas seperti data Common Seas.  

Dukungan dan Regulasi jadi Bukti Menghadapi Tantangan Pencemaran

Pemerintah perlu memberikan dukungan dan regulasi yang jelas terkait pengelolaan sampah popok bayi, termasuk penggunaan label ramah lingkungan untuk produk popok bayi. Hal ini bisa dilakukan dengan menjadikan upaya serius dan kolaborasi menggandeng berbagai pihak agar darurat sampah popok bayi di Kabupaten Jember dapat diatasi dan lingkungan dapat terjaga dengan lebih baik. 

Selain itu perlu juga kesadaran dan tindakan bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang. Yah, itulah beberapa harapan saya untuk Pemkab Jember khususnya untuk DLH Kabupaten Jember bisa membantu masyarakat di Kota Seribu Gumuk yang sedang dilanda darurat sampah popok bayi.

Tentu DLH tidak bisa sendirian, perlu penguatan peran serta masyarakat dengan mendorong warga untuk menyadari bahayanya membuang limbah popok bayi di aliran sungai. Kerja sama dengan berbagai lembaga bersama pemerintah bisa jadi kunci. Pemerintah Kabupaten Jember bisa memulai dengan melakukan mengembangkan program penyadaran dan mendukung perubahan perilaku dari masyarakatnya yang kurang tepat tentang penanganan limbah popok bayi.

***

*) Oleh : Anik Sajawi (Alumnus Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Kiai Haji Achmad Siddiq (Khas) Jember.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES