
TIMESINDONESIA, MALANG – Beberapa waktu lalu, Founder Distrik Berisik Rian Fahardhi singgah di Kota Malang. Dia menggaungkan tagline “Generasi Cemas”, menurutnya pemuda sekarang harus peka terhadap kecemasan akibat isu-isu yang terjadi di tingkat lokal maupun nasional. Baginya suara pemuda adalah kekuatan, sebab dengan adanya satu suara akan membentuk suatu peradaban.
Apalagi mayoritas pemuda di era sekarang telah menempuh pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Al hasil, sebuah pergerakan akan mengantarkan pada keniscayaan. Seperti kata Chico Mendes, “100 orang tanpa pendidikan itu pemberontakan, satu orang berpendidikan adalah awal sari sebuah pergerakan”.
Advertisement
Jika di telisik, kata-kata tersebut kini sudah menjadi kenyataan. Sebab pembangunan yang terjadi di negeri ini adalah buah dari proses pendidikan.
Maka dari itu, sebagai pemuda yang telah di berikan previllage mengeyam dunia pendidikan seharusnya menjadi penggerak dalam mengentaskan permasalahan yang terjadi di negeri ini. Mungkin berawal dari satu suara akan berakhir menjadi keniscayaan. Oleh karena itu, dengan menggaungkan tagline “Generasi Cemas” maka akan mengantarkan pada penyelesaian suatu permasalahan.
Akan tetapi suara yang seperti apa untuk memaksimalkan tujuan dengan adanya tagline “Generasi Cemas”?, yakni suara-suara pemuda yang memiliki keresahan, kepekaan, kekritisan, keberanian speak up di dalam forum, di dalam diskusi, di atas mimbar, dan dimana pun pemuda itu berada. Bahkan di media sosial pun pemuda bisa memanfaatkan sebagai wadah untuk menyebarluaskan suara sampai pelosok negeri.
Kerena pada dasarnya generasi cemas merupakan akar dari generasi z. Sehingga apapun medianya generasi Z harus adaptif terhadap perkembangannya.
Disisi lain, generasi cemas harus memiliki karakter dan intelektual yang open mainded untuk menyuarakan pendapatnya. Hal ini di lakukan supaya generasi cemas tersebut bisa terhindar dari julukan generasi latah, generasi fomo, generasi hedonisme, generasi materialisme, dan lain-lainnya.
Sebab julukan-julukan tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai dasar negara Indonesia yang tertuang di dalam UUD 1945. Oleh karena itu, sebagai pemuda generasi cemas harus memiliki pondasi dasar yang berupa karakter dan intelektual.
Membaca dan sering ikut diskusi terhadap isu-isu sosial merupakan salah satu cara untuk mendapatkan intelektual. Maka dari itu, pemuda di era kini harus banyak-banyak membaca buku dan berdiskusi. Sebab dengan melakukan dua hal tersebut, maka akan memantik keresahan-keresahan berdasarkan teori dan fakta sosial.
Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi perilaku formalistik pragmatis. Dimana para pemudanya berorientasi terhadap hal-hal yang sifatnya hanya sementara.
Selain terbentuknya sebuah pergerakan, generasi cemas harus menyuarakan suaranya untuk menghasilkan dampak. Sebab dengan adanya dampak inilah, suatu pergerakan akan dikatakan berhasil.
Maka dari itu, Founder Distrik Berisik Rian Fahardhi juga membentuk perkumpulan pemuda yang menjadi perwakilan di setiap daerah. Perkumpulan tersebut dinamakan “Dewan Perwakilan Daerah” yang terdiri dari sepuluh pemuda di setiap daerah. Perkumpulan tersebut terinspirasi dari perkataan Bung Karno, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan ku cabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia”.
Oleh karena itu, dengan adanya “Dewan Perwakilan Daerah” maka tinggi harapan Founder Distrik Berisik Rian Fahardhi terhadap pemuda yang ikut serta dalam “Dewan Perwakilan Daerah” tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwa tagline “Generasi Cemas” dengan kondisi pemuda di era sekarang sangatlah relevan.
Hal ini bisa dilihat dari banyaknya pemuda-pemuda yang speak up terhadap isu-isu sosial. Seperti Founder Distrik Berisik Rian Fahardhi yang merupakan salah satu contoh pemuda yang berani untuk speak up terhadap isu-isu sosial-politik yang terjadi di negari ini.
Dengan demikian, sebagai pemuda yang cemas maka tidak akan ada kata terlambat untuk menyuarakan suaranya demi sebuah perubahan atau perbaikan. Sehingga menjadi pemuda generasi cemas adalah sebuah previllage, sebab suara generasi mudalah yang akan menentukan negeri ini harus bagaimana dimasa yang akan datang.
Berikut ini merupakan narasi singkat yang disampaikan Founder Distrik Berisik Rian Fahardhi sebelum beranjak pulang dari Kota Malang, “Kepemimpinan adalah keteladanan yang mampu memberi inspirasi yang menggerakkan. Rakyat tak butuh pemimpin yang terlalu banyak retorika atau terlalu maksa ikut trend sosial media hanya untuk mendapatkan suara anak muda.
Rakyat hanya ingin pemimpin yang bekerja menuntaskan persoalan yang nyata, pemimpin yang tak berjarak sehingga manunggal dengan rakyat. Berkarya untuk kebutuhan warga bukan memperkaya keluarga, menghadapi persoalan rakyat-rakyat kecil lewat kriya kerja yang detail dengan hasil yang amat riil. Bekerja sepenuh hati menjauhi korupsi, rajin blusukan setiap hari walau tanpa publikasi, pemimpin seperti ini akan jadi harapan.
Bahwa Indonesia masih punya masa depan serta pejabat masa kini harus siap hadapi kritik dan cercaan sana sini karna arus informasi mengalir kencang, interaksi menjadi lebih gampang.
Persoalan riil bisa langsung ditanggapi, birokrasi di paksa sigap memberi solusi, jangan malah menodong rakyatmu sendiri yang mengkritisi untuk mewajibkan harus ada solusi, syukur ada rakyat yang mau peduli berani mengambil resiko melalui suara yang mungkin tidak digubris sama sekali. Justru yang harus dirawat adalah mereka yang berani mengkritisi bukan para penjilat diri sendiri.
***
*) Oleh : Indah Mawaddah Rahmasita, Mahasiswa PAI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rochmat Shobirin |