
TIMESINDONESIA, PAMULANG – Tidak semua diam adalah emas. Bahkan ada bentuk diam yang mematikan. Perlakuan diam yang mematikan yang dimaksud adalah silent treatment. Silent treatment adalah salah satu bentuk diam yang mematikan. Silent treatment dapat menyebabkan seseorang dapat merasa tidak dihargai, tidak diakui, tidak aman dalam suatu hubungan dan silent treatment dapat membuat seseorang menjadi stres, cemas, bahkan depresi.
Silent treatment adalah metode untuk memberi hukuman pada seseorang secara psikologis dengan cara mengabaikan orang lain baik dalam hubungan pacaran, keluarga, maupun pertemanan. Kebiasaan Silent Treatment biasanya muncul lantaran pelaku tidak mampu mengungkapkan pendapatnya dengan tepat. Mereka merasa bingung harus mulai dari mana.
Advertisement
Silent treatment merupakan pola komunikasi pasif-agresif yang dialami oleh orang-orang ketika ia tidak percaya diri dalam menyelesaikan konflik, tidak terbiasa memegang tanggung jawab yang berat, takut menghadapi kenyataan, sehingga lebih banyak menghindar.
Secara garis besar, perilaku mendiamkan ini adalah respons akan suatu konflik atau perasaan terluka. Tetapi, motivasinya dapat bervariasi. Bagi beberapa orang, sikap ini diambil untuk menghindari konflik karena mereka tidak tahu bagaimana merespons sesuatu. Situasi ini seharusnya akan cepat mereda setelah semuanya terkendali.
Banyak yang menganggap silent treatment sebagai jalan pintas agar masalah cepat selesai, yang dilakukan dengan harapan saat seseorang merasa diabaikan, ia akan mengakui kesalahan dan meminta maaf atas kesalahan yang telah ia perbuat. Padahal, silent treatment akan membuat seseorang merasa tersakiti secara psikis.
Silent treatment dapat menyebabkan stres dan depresi. Hal ini terjadi karena orang yang didiamkan akan merasa depresi, marah, frustasi, yang dapat menimbulkan perasaan gelisah, ditolak, bersalah, dan kesepian. Orang yang didiamkan akan terus menerus memikirkan atas tindakan yang diberikan dengan rasa bingung atas pengabaian yang telah dilakukan.
Selain kesehatan mental, silent treatment pun dapat mempengaruhi kesehatan fisik seseorang. Ketika kamu menyakiti seseorang dengan silent treatment, secara tidak langsung kamu mengaktifkan fungsi otak tersebut sehingga orang tersebut merasakan sakit secara fisik.
Seorang Psikolog, Analisa Widyaningrum dalam kanal Youtube Analisa Channel menyebutkan bahwa silent treatment ini merupakan kondisi yang jika dikaji kembali akan mengaktifkan anterior singlet korteks yaitu bagian otak yang mendeteksi sebuah kenyerian secara fisik.
Silent treatment dapat berdampak pada kesehatan suatu hubungan, bahkan jika orang yang diam tersebut sebenarnya hanya berusaha menghindari konflik. Seseorang yang kerap melakukan silent treatment biasanya lebih cenderung melanjutkan perselisihan karena mereka belum memiliki kesempatan untuk membahas keluhan mereka lebih dalam.
Biasanya, seseorang yang melakukan silent treatment adalah orang yang berpikir bahwa silent treatment lebih mudah daripada berargumen dan pelaku silent treatment biasanya tidak mempunyai contoh komunikasi yang baik sehingga tidak menemukan cara yang tepat dan bingung untuk mengungkapkan apa yang sedang dirasa.
Ada beberapa tanda-tanda apabila seseorang sedang melakukan silent treatment, misalnya diawali dengan sikap dingin dan memilih untuk tidak peduli, memutuskan komunikasi verbal dan non verbal dan menghindar dari orang yang sedang konflik dengannya bahkan secara terang-terangan mengabaikan lawan bicaranya.
Menghindari pembicaraan secara langsung dengan seseorang atau Mengabaikan pesan dari orang lain dengan sengaja merupakan salah satu contoh seseorang telah melakukan silent treatment.
Cara mengatasi silent treatment yang pertama adalah mencari penyebab masalah.
Dalam mengatasi silent treatment, kita harus mengetahui apa yang menyebabkan silent treatment itu terjadi. Setelah mengetahui apa akar dari permasalahan kita harus mencoba mengkomunikasikan perasaan Cobalah untuk mengajak bicara dengan orang yang memberikan silent treatment dengan tenang dan terbuka.
Cara mengomunikasikan perasaan bisa dengan cara menanyakan apa yang salah dan klarifikasi agar korban tidak menerka nerka kesalahan yang telah ia lakukan dan hal ini bertujuan agar korban tidak merasa bingung. Namun ketika sedang mengomunikasikan suatu permasalahan hindarilah sikap menyerang atau defensive.
Dalam kompleksitas, kita juga harus mengakui bahwa setiap hubungan memiliki tantangan masing-masing baik itu hubungan antara pasangan,keluarga, ataupun petremanan. Membangun fondasi yang kokoh memerlukan kerja sama, pengertian, dan menghadapi konflik dengan kepala dingin.
***
*) Oleh : Syifa Nada Salsabila, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rochmat Shobirin |