Kopi TIMES

HIV: Tantangan SDGs dan Upaya Penemuan Obat Penyakit Sistemik

Sabtu, 02 Desember 2023 - 10:30 | 129.11k
Vita Meylani, Dosen Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Siliwangi dan Mahasiswa Program Doktoral, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada.
Vita Meylani, Dosen Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Siliwangi dan Mahasiswa Program Doktoral, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tanggal 1 Desember secara rutin diperingati sebagai Hari AIDS sedunia (HAS). Dilansir laman resmi WHO, Tema Hari AIDS Sedunia tahun ini mengangkat tema “Let Communities Lead”. Makna dari tema ini adalah kesempatan untuk merefleksikan kemajuan yang telah dicapai hingga saat ini. Selain itu, juga untuk meningkatkan kesadaran akan tantangan yang masih ada untuk mencapai tujuan.

Sosialisasi tentang bahaya HIV dan AIDS sebenarnya sudah sering dilakukan, akan tetapi harapan untuk mengurangi penderitanya belum sesuai yang diinginkan. Hal ini yang menginisiasi seluruh negara di dunia ini melakukan peringatan HIV dan AIDS. Dilaksanakan setiap 1 Desember sebagai hari HIV dan AIDS sedunia agar masyarakatnya semakin peduli untuk memerangi virus dan penyakit mematikan ini.

Advertisement

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) masih menjadi permasalahan global sampai saat ini yang penderitanya semakin bertambah. Sehingga, HIV menjadi salah satu bagian penting yang disasar dalam Sustainable Development Goals (SDGs) baik secara global maupun nasional.

Hal tersebut disebabkan karena, Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah infeksi HIV yang semakin meningkat di duni dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini tercatat ada kurang lebih 640.000 orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan kasus HIV di Indonesia meningkat di tahun 2023, dengan jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV mencapai 35%.

Angka ini sangat mengkhawatirkan, mengingat kemungkinan risiko penularan, terutama dari ibu ke anak. Hal yang lebih miris lagi, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kasus HIV pada kelompok lainnya seperti suami pekerja seks dan kelompok man sex with man (MSM). Salah satu penyebab tingginya penularan HIV pada ibu rumah tangga adalah karena pengetahuan akan pencegahan dan dampak penyakit yang rendah serta memiliki pasangan dengan perilaku sex berisiko.

Secara umum, penularan HIV melalui jalur ibu ke anak menyumbang sebesar 20-45% dari seluruh sumber penularan HIV lainnya seperti melalui sex, jarum suntik, dan transfuse darah yang tidak aman. Hal tersebut berdampak pada bayi yang lahir dari ibu yang positif HIV akan lahir dengan HIV dan menyandang status tersebut sepanjang hayat. Menurut data Kementerian Kesehatan telah ditemukan sebanyak 45% bayi lahir dengan status positif HIV.

Penderita HIV yang sudah sampai pada fase AIDS memiliki potensi yang cukup besar terkena penyakit sistemik, salah satunya candidiasis oral. Candidiasis oral merupakan infeksi oportunistik yang paling umum diantara ODHA dan merupakan lesi yang paling umum pada pasien yang terinfeksi HIV, dan dianggap sebagai indikaor awal defisiensi imun terkait HIV.

Kejadian infeksi pada rongga mulut disebabkan oleh fungi Candida spp. meningkat terutama pada pasien immunocompromised (pasien terinfeksi HIV), prevalensinya berkisar antara 62 sampai 93%. C. albicans teridentifikasi sebagai spesies yang paling bertanggung jawab untuk 90% infeksi fungi invasif di seluruh dunia termasuk candidiasis oral yang terjadi ketika imun tubuh melemah. 

Kondisi ini tentu saja semakin menambah parah penderita HIV, sehingga perlu penanganan yang lebih komprehensif untuk menangani kasus teresbut. Selain pengobatan yang berfokus pada virus penyebab penyakit HIV juga penting dilakukan pengobatan pada penyebab penyakit sistemik salah satunya yang disebabkan oleh C. albicans.

Obat terapetik untuk infeksi Candida saat ini terbatas pada lima senyawa, yaitu: poliena, allylamine, azole, fluoropyrimidine, dan echinocandin. Namun, obat-obatan tersebut cenderung tidak berhasil jika infeksi C. albicans telah membentuk biofilm. Penggunaan antifungi yang sering dan bersifat profilaksis telah menyebabkan pengembangan resistensi yang kuat pada banyak spesies Candida. 

Hal ini menyebabkan pengobatan terhadap infeksi yang disebabkan oleh C. albicans perlu dikembangkan. Akan tetapi, pengembangan agen antifungi berjalan lambat karena sifat eukariotik sel fungi. Tantangan utamanya adalah permeabilitas senyawa dalam melintasi dinding sel dan membran fungi, serta terbatasnya minat industri farmasi dalam mengembangkan antifungi baru.

Ancaman lebih lanjut terhadap terbatasnya antifungi yang relevan secara klinis adalah meningkatnya prevalensi strain fungi dengan resistensi intrinsik atau didapat pada satu atau lebih kelompok obat  termasuk C. albicans. Sehingga, pengobatan candidiasis menggunakan berbagai antifungi seperti amphotericin B, echinocandin, dan flucytosine (terapi invasif candidiasis), beserta azole (terapi mucocutaneous candidiasis) menjadi kurang efektif. Kondisi tersebut mendorong pentingnya penemuan dan pengembangan antifungi baru untuk dapat digunakan dalam pengobatan infeksi.

Produk alami mewakili beragam entitas kimia yang diproduksi secara alami oleh berbagai organisme dengan beragam aktivitas biologis dan efek farmakologis yang khas. Produk alami adalah senyawa yang diisolasi dari sumber tumbuhan bakteri, fungi, dan hewan laut. Produk alami memiliki beragam aplikasi pada berbagai sektor seperti makanan, pertanian, farmasi, pengemasan, kosmetik, dan sering digunakan sebagai penyedap rasa, minuman, wewangian serta untuk tujuan pengobatan.

Sejumlah produk alami dipelajari potensi medis atau terapeutiknya seperti misalnya Cinnamomum zeylanicum yang sudah dikenal sebagai tumbuhan obat sejak lama. Produk alami yang bersumber dari tumbuhan banyak diteliti dalam bentuk minyak atsiri yang diproses melalui proses fisika-kimia seperti distilasi kering. Selain produk alami yang bersumber dari tumbuhan juga terdapat produk yang diisolasi dari hewan terutama cangkang hewan laut yang mengandung kitin dengan turunannya berupa kitosan.

Kitosan adalah bahan yang tidak beracun, mudah terurai, dan biokompatibel produk alami. Senyawa ini secara alami terdapat pada bagian tertentu pada berbagai jenis makanan laut seperti udang, dengan kandungan cangkang yang sangat tinggi. Kitosan memiliki banyak kegunaan medis, diantaranya sebagai drug delivery.

Ekstrak alami umumnya menyajikan komposisi kimia yang kompleks, yang bergantung pada metode ekstraksi (suhu, waktu, dan pelarut) dan tanaman itu sendiri (genus, spesies dan bagian yang digunakan). Oleh karena itu, pengembangan obat antifungi alternatif berbahan dasar alam masih perlu dikembangkan.

Berkaitan dengan tema Hari AIDS sedunia tahun ini, selain pengembangan obat untuk HIV dan juga penyakit sistemiknya, peran masyarakat sangat penting. Untuk melindungi lingkungan dari bahaya HIV dan AIDS perlu dilakukan kerja sama yang baik oleh masyarakat, terutama melakukan pencegahan dan perlindungan mulai pada diri sendiri, keluarga, sampai masyarakat sekitar agar jangan sampai terkena HIV dan menderita AIDS dengan penuh kesadaran. Sehingga perlindungan terhadap hak asasi yang melekat pada diri sendiri, keluarga dan masyarakat dapat diakui sebagaimana mestinya.

Penting bagi diri sendiri, mengetahui dan memperbanyak informasi terkait virus yang membunuh kekebalan secara perlahan, termasuk informasi penyebarannya dan upaya pencegahannya. Bila diri sendiri sudah memiliki informasi yang benar terkait virus tersebut, kemudian digunakan untuk membekali keluarga, dan selanjutnya disampaikan kepada masyarakat sekitar.

Perlindungan terhadap HIV dan AIDS di lingkungan masyarakat, pemahaman tentang penyakit dan virus mematikan ini lebih ditekankan agar upaya pencegahan dan perlindungan terhadap HIV dan AIDS dapat berjalan secara maksimal dengan tidak meninggalkan nilai-nilai agama serta budaya. Selain itu, apapun bentuk kegiatan dalam pencegahan dan perlindungan terhadap HIV dan AIDS utamanya adalah mempertahankan dan membuat ketahanan dan kesejahteraan pribadi masing-masing masyarakat, keluarga maupun dukungan sosial yang telah mengakar dalam masyarakat.

Cara lain yang dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi virus mematikan ini adalah melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE). KIE dapat dilakukan melalui berbagai aksi maupun penyuluhan yang bertujuan untuk memantapkan sikap dan perilaku serta upaya menjauhkan dari penularan terhadap infeksi HIV dan AIDS. Disamping itu bila di lingkungan masyarakat terdapat ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) sebaiknya diberi dukungan dan motivasi agar tetap memiliki semangat menjalani kehidupan.

Peran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan ini juga memerlukan dukungan Pemerintah. Untuk melakukan mencegah dan melindungi dari HIV dan AIDS, pemerintah memiliki kebijakan, program, pelayanan sampai kegiatan yang matang dan terencana sehingga apa yang diharapkan dapat mencapai sasaran.

Meskipun demikian kebijakan yang dilakukan, program yang direncanakan, pelayanan yang diterapkan serta kegiatan yang dilaksanakan hendaknya harus tetap berbasis masyarakat yang menghormati harkat dan martabat individu.

Meskipun sampai saat ini belum ditemukan obat yang benar-benar dapat menyembuhkan penyakit ini. Namun, tidak ada kata terlambat untuk bergerak dan mencegah penyakit ini. Mulai memproteksi diri sendiri dan menjauhkan dari perilaku beresiko yang sangat berbahaya, membekali dan mendampingi keluarga agar jangan sampai terkena dan tidak melakukan perilaku beresiko serta memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa HIV dan AIDS sangat perlu dicegah dan tidak perlu menunggu untuk upaya penanggulangannya.

Upaya yang dilakukan tersebut tidak lain untuk menjadikan Indonesia terbebas dari penyakit HIV dan AIDS. Selain melakukan pencegahan bersama dengan masyarakat, sebagai masyarakat akademis perlu juga kiranya berkontribusi untuk mengembangkan obat bagi penyakit sistemik yang muncul akibat HIV yang juga dapat berimplikasi pada Sustainable Development Goals (SDGs).

***

*) Oleh : Vita Meylani, Dosen Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Siliwangi dan Mahasiswa Program Doktoral, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES