Sekolah Unggulan Bukan Satu-satunya Faktor Kesuksesan

TIMESINDONESIA, SIDOARJO – Masuk sekolah favorit atau unggulan adalah idaman bagi semua masyarakat, baik bagi siswa maupun orang tua. Banyak masyarakat beranggapan bahwa anak yang masuk sekolah favorit akan memiliki masa depan yang lebih cerah menjadi salah satu alasan utama mengapa banyak orang tua yang berlomba-lomba untuk memasukkan anaknya ke sekolah favorit.
Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa banyak orang tua beranggapan bahwa anak yang masuk sekolah favorit atau unggulan akan memiliki masa depan yang lebih cerah. Pertama, sekolah favorit atau unggulan biasanya memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan memadai. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat menunjang proses belajar mengajar dan pengembangan potensi siswa.
Advertisement
Kedua, sekolah favorit atau unggulan biasanya memiliki tenaga pendidik yang lebih berkualitas dan profesional. Tenaga pendidik yang berkualitas dapat memberikan pengajaran yang terbaik bagi siswa.
Ketiga, sekolah favorit atau unggulan biasanya memiliki kurikulum yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Kurikulum yang baik dapat mempersiapkan siswa untuk menghadapi persaingan di dunia kerja.
Pakar parenting Harvard, Jennifer Breheny Wallace berpendapat tidak ada yang namanya sekolah bagus untuk anak.
Sebaliknya, tekanan sejak usia muda untuk masuk ke sekolah yang bagus dan perguruan tinggi bergengsi bisa memicu krisis kesehatan mental pada anak, seperti yang dialami banyak anak di Amerika Serikat saat ini.
“Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah menyadari bahwa ada yang namanya 'perguruan tinggi yang bagus',” kata Wallace, dikutip dari CNBC. Bisa jadi, pendidikan yang dianggap orang tua jalan menunju kehidupan yang sukses untuk anaknya di masa dewasa malah memperburuk keadaan.
Menurutnya, peringkat sekolah maupun perguruan tinggi bersifat subyektif, dan kesuksesan serta kebahagiaan anak di masa depan tidak bergantung pada sekolahnya. "Anda dapat menyelamatkan anak-anak anda, dan diri anda sendiri, dari stres dengan menghilangkan mitos bahwa prestise perguruan tinggi adalah rahasia kesuksesan,” Kata Wallace.
Sekolah terbaik bukan yang utama, Riset membuktikan, masuk sekolah terbaik atau perguruan tinggi bergengsi tidak menjamin masa depan yang ideal. Sebaliknya, orang tua perlu menjelaskan kepada anak akan adanya orang-orang sukses dan bahagia yang tidak di lembaga pendidikan elit tersebut.
Pendapat ini juga dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley, seorang penulis buku dan ahli teori bisnis terkemuka dari Amerika Serikat, IQ yang tinggi atau superior hanya menduduki urutan ke-21, bersekolah di sekolah favorit atau perguruan tinggi bergengsi di urutan ke-23. Itu artinya keduanya bukan termasuk dalam 10 faktor utama yang menentukan kesuksesan seseorang.
Anak yang masuk sekolah favorit memang memiliki peluang yang lebih besar untuk sukses di masa depan. Namun, hal itu tidak berarti bahwa anak yang tidak masuk sekolah favorit tidak memiliki peluang untuk sukses. Banyak orang sukses yang tidak mengenyam pendidikan di sekolah favorit.
Begitu juga anak yang bersekolah di sekolah unggulan tidak berarti bahwa mereka selalu berprestasi di bidang akademik. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik siswa, seperti motivasi, minat, dan lingkungan keluarga.
Terkadang bersekolah di sekolah unggulan hanya untuk gengsi supaya terlihat keluarga kaya dan berpendidikan. Hal ini dapat dilihat dari fenomena artis YouTube yang bersekolah di sekolah internasional.
Artis-artis tersebut sering disebut sebagai "bocah kosong" karena pengetahuan mereka yang terbatas, terutama di luar bidang bahasa Inggris dan mungkin pelajaran eksak. Mereka sering kali tidak mengetahui hal-hal yang umum diketahui oleh orang dewasa, seperti kewarganegaraan, sejarah, geografi, politik, dll. Fenomena ini menunjukkan bahwa sekolah unggulan tidak selalu mampu memberikan pendidikan yang berkualitas.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk tidak memaksakan anaknya untuk masuk sekolah favorit. Orang tua harus memberikan kebebasan kepada anaknya untuk memilih sekolah yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Selain itu, orang tua juga harus memberikan dukungan dan motivasi kepada anaknya agar dapat meraih kesuksesan di masa depan.
Karena kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh faktor akademik, tetapi juga oleh faktor-faktor lain, seperti, Mentalitas. Orang yang sukses memiliki mentalitas yang kuat, seperti percaya diri, pantang menyerah, dan berani mengambil risiko. Mentalitas yang kuat ini akan membantu seseorang untuk menghadapi tantangan dan rintangan dalam meraih kesuksesan.
Keterampilan. Selain mentalitas, keterampilan juga merupakan faktor penting yang menentukan kesuksesan. Keterampilan dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, atau pengalaman kerja.
Networking. Networking atau jaringan pertemanan juga dapat menjadi faktor yang mendukung kesuksesan. Orang yang memiliki jaringan pertemanan yang luas akan memiliki lebih banyak peluang untuk mendapatkan pekerjaan atau kesempatan yang menguntungkan.
Keberuntungan. Keberuntungan juga dapat menjadi faktor yang menentukan kesuksesan. Namun, keberuntungan tidak dapat diprediksi, sehingga kita tidak boleh mengandalkannya sepenuhnya.
Dari sini kita mengambil kesimpulan bahwa kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh faktor akademik, tetapi juga oleh faktor-faktor lain, seperti mentalitas, keterampilan, networking, dan keberuntungan.
Bahwa peran orang tua juga sangat vital untuk perlu memberikan diskusi yang sehat kepada anak tentang sekolah. Orang tua perlu menekankan pentingnya pendidikan, tetapi juga perlu menjelaskan bahwa lulusan sekolah favorit bukan jaminan kesuksesan.
Oleh karena itu, baik orang tua maupun guru perlu mempersiapkan anak untuk meraih kesuksesan, tidak hanya dari segi akademik, tetapi juga karakternya, maka pendidikan yang berbasis karakter perlu ditekankan lagi guna membangun mentalitas, keterampilan, networking, dan keberuntungan.
***
*) Oleh: Mochammad Fuad Nadjib, Kepala SMA Islam Sidoarjo; Ketua PC PERGUNU Kabupaten Sidoarjo.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rochmat Shobirin |