
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Banyak perempuan abai terhadap perasaan negatif yang dialami terlalu lama dan berkepanjangan. Mereka tidak menyadari bahwa depresi mengintai akibat rasa sedih yang dalam dan keterpurukan yang berlarut-larut. Kondisi tersebut diperberat oleh stigma masyarakat bahwa perempuan yang memiliki kesedihan panjang dianggap sebagai perempuan manja, cari perhatian dan dinilai kurang bersyukur atau memiliki iman yang lemah.
Perempuan menjadi kelompok berisiko tinggi mengalami depresi, karena disaat kondisi internalnya kurang baik, lingkungan eksternal tidak selalu memahami dan memberikan bantuan. Sulit sekali menemukan data yang pasti berapa jumlah perempuan Indonesia yang mengalami depresi, karena kasusnya tidak selalu tampak dan tidak selalu terlaporkan.
Advertisement
Bisa dikatakan depresi pada perempuan merupakan fenomena gunung es karena yang tampil ke permukaan hanya jumlah yang lebih sedikit daripada realitasnya. Dalam banyak literatur dinyatakan bahwa perempuan memang memiliki kerentanan yang lebih tinggi, hingga dua kali lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan laki-laki.
Kenali Gejala Depresi Pada Perempuan
Perempuan hidup dengan kompleksitasnya tersendiri. Saat perasaan sedih, rasa kesepian dan kesendirian, merasa terasing dari dunia luar mulai hinggap, sebaiknya perempuan mulai aware dan mendorong diri untuk menemukan upaya mengembalikan suasana hatinya. Lebih dari itu, penting bagi perempuan untuk mengenali sendiri gejala-gejala depresi yang dialami. Bagi orang sekitar, penting juga mengenali gejala ini agar tidak menormalisasi dan melanggengkan stigma terhadap perempuan yang memperlihatkan gejala kesehatan mental dan segera memberikan bantuan.
Smith, Robinson&Jaffe (2023) membuat intisari dari gejala umum depresi yang bisa hadir dengan kondisi yang bervariasi dari ringan ke berat. Berikut adalah gejala-gejala umumnya; Pertama, Perasaan tidak berdaya dan putus asa. Diperkuat dengan perasaan pesimis akan menjadi lebih baik dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi yang dialami.
Kedua, Menunjukkan berkurangnya minat pada kegiatan seperti hobi, hiburan dan aktivitas sosial yang dulu disukai. Kecenderungan menarik diri dari kehidupan sosial dan suka menyendiri merupakan tanda yang khas bagi individu yang mengalami depresi. Ketiga, Mengalami perubahan nafsu makan, berkurang atau berlebihan dan sering kali menyebabkan penurunan atau penambahan berat badan secara signifikan.
Keempat, Terjadi perubahan pola tidur, baik menjadi terlalu sedikit dan sering mengalami insomnia atau malah tidur terlalu banyak. Kelima, Merasa mudah marah, gelisah, dan tidak dapat tenang menjalani kehidupannya. Keenam, Merasa lelah, lesu, tidak berdaya dan terkuras tenaganya.
Ketujuh, Kesulitan berkonsentrasi, membuat keputusan, atau mengingat sesuatu. Hal ini dapat mengganggu aktivitas belajar pada pelajar dan aktivitas kerja pada karyawan. Kedelapan, Diiringi dengan meningkatnya rasa sakit dan nyeri fisiologis, termasuk sakit kepala, kram, nyeri payudara, atau perut kembung.
Memunculkan pikiran untuk bunuh diri, yang bisa memicu tindakan menyakiti diri sendiri atau percobaan bunuh diri.
Perempuan juga cenderung lebih sering mengalami gejala depresi tertentu yang khas dibandingkan pria. Contohnya, depresi yang diakibatkan karena perubahan cuaca yang ekstrim, gejala depresi atipikal yang ditandai dengan gangguan tidur dan makan, depresi karena diet yang ekstrim dan depresi karena meningkatnya perasaan bersalah dan tidak berharga. Perempuan lebih mudah berlaku keras pada diri sendiri, menuntut segala sesuatunya sempurna dan tidak dapat mentoleransi kesalahan. Kondisi tersebut seringkali juga memicu depresi dan sulit untuk dikendalikan.
Apa saja Penyebab Depresi Pada Perempuan
Depresi yang dialami perempuan dapat berdampak pada kesehatan fisik, kehidupan sosial, kualitas hubungan dengan orang lain, karier, dan harga diri. Dampak tersebut semakin rumit oleh keterlibatan faktor-faktor seperti hormon reproduksi, tekanan sosial, dan respon unik perempuan terhadap stres.
Perempuan melaporkan mengalami depresi pada tingkat yang jauh lebih tinggi dibandingkan pria. Kesenjangan gender ini dapat dijelaskan oleh sejumlah faktor sosial, biologis, dan hormonal yang khusus terjadi pada perempuan. Dalam sebuah artikel berjudul ‘Depression in Women’ yang ditulis oleh Smith, Robinson&Jaffe (2023), disebutkan beberapa faktor penyebab depresi pada perempuan:
Pertama, Masalah pramenstruasi. Fluktuasi hormonal selama siklus menstruasi dapat menyebabkan gejala sindrom pramenstruasi (PMS), seperti perut kembung, mudah tersinggung, kelelahan, dan reaktivitas emosional. Bagi beberapa perempuan, gejalanya bisa makin parah yang ditandai dengan depresi berat, mudah tersinggung, dan gangguan suasana hati lainnya yang dimulai sekitar 10 hingga 14 hari sebelum menstruasi dan membaik dalam beberapa hari setelah menstruasi dimulai.
Kedua, Kehamilan dan infertilitas. Banyaknya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan depresi, terutama pada wanita yang sudah berisiko tinggi. Depresi juga bisa terjadi pada perempuan akibat mengalami keguguran, kehamilan yang tidak diinginkan, dan infertilitas.
Ketiga, Depresi pasca persalinan. Tidak jarang ibu baru mengalami “baby blues”. KOndisi tersebut merupakan reaksi normal yang cenderung mereda dalam beberapa minggu. Namun, beberapa perempuan mengalami depresi yang parah dan berkepanjangan. Kondisi ini disebut depresi pasca persalinan dan diperkirakan dipengaruhi, setidaknya sebagian, oleh fluktuasi hormonal.
Keempat, Menopause dan perimenopause. Perempuan memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi selama perimenopause, yakni tahap menuju menopause ketika hormon reproduksi berfluktuasi dengan cepat. Perempuan dengan riwayat depresi juga berisiko lebih tinggi mengalami depresi selama menopause.
Kelima, Respon fisiologis perempuan terhadap stres. Perempuan menghasilkan lebih banyak hormon stres dibandingkan pria, dan hormon seks perempuan yakni progesteron mencegah sistem hormon stres mati seperti yang terjadi pada pria. Hal ini dapat membuat perempuan lebih rentan mengalami depresi yang dipicu oleh stres.
Keenam, Masalah citra tubuh yang meningkat pada anak perempuan selama perkembangan seksual masa pubertas dapat berkontribusi terhadap depresi pada masa remaja. Termasuk di dalamnya adalah pelaksanaan diet yang ketat dan tidak sehat, sebagai dampak dari problem citra tubuh.
Ketujuh, Masalah kesehatan. Penyakit kronis, problem tiroid, cedera, kecacatan, pengobatan KB atau terapi penggantian hormon, efek berhenti merokok dapat memicu kondisi depresi pada perempuan.
Bagaimana Menolong Diri Sendiri Saat Mengalami Depresi?
Penting sekali bagi perempuan untuk merasa bahwa dia tidak sendiri, apapun kondisi yang dialami, baik itu kesedihan, kesendirian, merasa terasing, dan emosi negatif lainnya. Meski Perempuan memiliki kerentanan yang tinggi mengalami depresi, namun selalu ada cara untuk membuat perempuan merasa lebih baik. Fluktuasi biologis dan hormonal perempuan sejauh ini masih memegang peranan penting dalam mempengaruhi depresi. Oleh sebab itu salah satu cara mengatasi dampak dari kondisi tersebut adalah menyiapkan diri dan mencatat siklus menstruasi dan kenali perasaan yang selalu hadir saat mengalami menstruasi dan menstruasi. Lakukan hal-hal yang membuat anda rileks dan nyaman saat hormon sedang bergejolak.
Konsumsi nutrisi sehat selama masa tersebut juga sebuah langkah yang baik. Anda juga perlu menghindari lingkungan sosial yang kurang mendukung atau ‘toxic’ dan carilah orang-orang yang menawarkan relasi yang sehat dan menyenangkan.
Beberapa professional memberikan saran anda untuk terkoneksi dengan keluarga dan sahabat, melaksanakan kegiatan menyenangkan bersama keluarga, bahkan sekedar melakukan kegiatan sederhana seperti jalan-jalan, menonton film, melakukan kegiatan-kegiatan self care seperti belanja dan ke salon, atau hanya sekedar menelpon orang yang anda sayangi. Jika mengalami kelelahan fisik maupun mental akibat peran ganda sebagai istri, ibu dan sebagai pekerja, maka delegasikan sementara tugas-tugas domestik dan pengasuhan pada orang yang anda percaya. Ambillah waktu untuk sendiri mengistirahatkan pikiran dan fisik, agar pikiran positif tetap terjaga.
Kegiatan-kegiatan tersebut efektif untuk meningkatkan suasana hati dan kualitas hidup yang positif. Perempuan juga perlu memiliki pengetahuan dan wawasan tentang depresi yang bisa didapatkan dari beragam sumber, dan mengenali potensi kita sendiri sehingga langkah-langkah preventif dapat dilakukan secara mandiri. Jika anda sudah tidak dapat mengendalikan emosi-emosi negatif secara mandiri, anda harus segera mencari bantuan professional untuk mendapatkan bantuan secara sistematis dan seksama. Sehat selalu, perempuan Indonesia.
***
*) Oleh: Dr. Ike Herdiana, M.Psi.,Psikolog.; Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rochmat Shobirin |