Pengaruh Islam Cina di Nusantara

TIMESINDONESIA, MALANG – Pengaruh cina di nusantara, justru berkaitan dengan agama islam yang masuk ke cina dan dianut penduduk cina pada pertengahan abad ke-7 masehi.
Namun Islam baru dianut oleh penduduk cina pada pertengahan abad ke-8 yaitu saat putera mahkota Su Tsung, Putera kaisar hsuan Tsung pada 756 M meminta bantuan kepada khalifah Al- Manshur dari abbasyiah untuk megatasi pemberontakan yang menggulingkan tahta kaisar dan telah menguasai kota Si-ngan-fu dan Ho-nan-fu.
Advertisement
Dengan bantuan pasukan arab Su Tsung berhasil merebut kedua kota utama dan menghancurkan kekuatan para pemberontak. Setelah perang berakhir, pasukan arab dikisahkan tidak kembali kenegerinya melainkan menetap di cina.
Meski sempat terlibat konflik dengan gubernur canton yang memaksa mereka beralih agama, kaisar akhirnya membolehkan mereka untuk tinggal di cina dan bahkan memberi anugerah tanah dan rumah di berbagai kota, tempat mereka menetap dan menikahi perempuan setempat. Bahkan selama masa pemerintah dinasti tang orang arab membawa kitab suci untuk hadiah kepada kaisar tang, sejak itu ajaran agama dari negeri asing bercampur dengan ajaran agama pribumi cina.
Mas’udi mencatat bahwa pada pertengahan abad 9, canyon sudah menjadi kota yang dihuni masyrakat muslim yang sebagiannya adalah saudagar saudagar dari basrah, siraf, oman, dan kota-kota pelabuhan india. Namun akibat seragan pemberontakan huang chao pada 879 M, tidak kurang dari 200.000 orang islam, yahudi, majusi, kristen tewas oleh senjata atau tenggelam dalam ait ketika lari dikejar-kejar para pemberontak. Meski hancur masyrakat canton tidak punah sama sekali. Perlahan-lahan masyrakat dagang muslim bangkit lagi dan belakangan bahkan menyebar ke provinsi yangchoum dan chanchouw.
Pada saat dinasti yuan menaklukkan tionkok pada awal abad ke-13 terjadi migrasi besar besaran orang orang beragama islam berkebangsaan arab, persia, turki,dan lain lain. Sebagian migran itu datang sebagai pedagan seniman, tentara, kolonis, dan adapula yang dibawa sebagai tawanan. Mereka menetap dan menikah dengan perempuan-perempuan cina.
Di antara orang orang islam tersebut islam berhasil menduduki jabatan penting dalam pemerintahan mongol tesebut, seperti Abdurrahman yang pada tahun 12144 M menjadi mentri keuangan, umar syamasuddin alias Syaid Ajall, asal Bukhara yang oleh kubila khan dipercaya mengurusi masalah keuagan sekaligus merangkap jabatan gubernur yunnan, sayid ajall dan keturunanya, memainkan peran penting dalam dakwah islam di Tiongkok.
Marcopol yang tinggal di Tiongkok antara 1275-1292 M menuturkan bahwa di berbagai daerah di Yunnan yang pernah dipimpin Sayid Ajall terdapat warga muslim. bahwakan pada awal abad ke-14 seluruh penduduk Talifu, ibukota Yunnan telah memeluk islam.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Pengaruh islam dari Cina yang tidak boleh dilewatkan adalah yang berhubungan dengan kunjungan laksamana Cheng Ho yang dimulai pada tahun 1405 M, yang sebelum ke Jawa singgah terlebih dahulu ke Samudra Pasai menemui Sultan Zainal abidin Bahiansyah dalam rangka membuka hubungan politik dan perdagagan.
Tahun 1405 M itu, sewaktu di Jawa, Laksamana Cheng Ho menemukan komunitas masyrakat muslim Tionghoa di Tuban, Gersik, dan Surabaya dengan rincian masing masing berjumlah seribu keluarga. Pada tahun 1407 M, Laksamana Chang Ho singgah di Palembag, menempus para perampok Hokkoni dan membentuk masyarakat muslim Tionghoa. Pada tahun yang sama masyrakat muslim juga dibentuk di Sambas.
Pengaruh muslim Tionghoa dalam penyebaran islam, setidaknya terlihat bukti bukit aekeologi. Pada masjid masjid kuno yang dibangun peremat akhir abad ke-15 seperti Masjid Agund Demak, Masjid Agung Kesepuhan Cirebon, Masjid Agung Kudus, dindingya banyak ditempelin piring porselen dari Dinasti Miang.
Keberadaan muslim Tionghoa dalam kaitan dengan perkembangan dakwah Islam, telah dicatat dalam Babad Ing Gersik yang menuturkan bahwa semua sunan Dalem (Sunnan Giri II) diserang belantaran dari sengguruh, yang diperintah snan dalem untuk menghadang pasukan senguruh di lamongan adalah prajurit petangpuluhan tiongjoa bersenjata api pemimpin panji laras dan panji liris.
Meski kalah dan kemudia mundur, pasukan muslim Tionghoa tetap mengawal sunan dalem saat mengungsi ke Gumeno. Pasukan muslim Tionghoa Gersiki itu, dicata pula kepahlawanannya sewaktu membela penambahan Agung (cucu buyut Sunan Giri) dari serangan pasukan mataram yang dipimpin Adipati Pekik dan permaisurinya, Ratu Pandasari. Pada saat pasukan muslim Tionghoa kalah kerena jumlah yag tidak seimbang, pemimpin yang bernama Endrasena, di tangkap dan dipenggal oleh pasukan Mataram. (*)
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |