Kopi TIMES

Kisah Ibu Merebus Batu

Rabu, 20 Desember 2023 - 07:33 | 25.85k
Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Suatu malam. Di dusun terpencil. Ada tangis. Ternyata tangis berasal  dari gubuk. Di dalam gubuk secara fisik sudah reyot ini. Seorang ibu dengan sabar. Membujuk anak. Untuk berhenti menangis. Berkali-kali. Ibu merayu anak. Agar tidak menangis lagi. Rupanya rayuan ibu runyam. Anaknya tetap menangis. 

Rasa sedih menggerus hati. Larut dalam kesedihan. Dia juga ingin menangis. Namun ditahan. Sebisanya. Agar tangis ibu. Tidak pecah. Bagi ibu. Ketika dia ikut menangis akan memancing anak. Menangis lebih keras lagi. Maka dia berjuang. Menata hati. Tidak menangis di hadapan anak.

Advertisement

Sebenarnya ibu tahu. Cara meredakan tangis anak. Memberi makan. Asupan makanan merupakan satu-satunya jurus peredam agar anak tidak menangis. Tapi sayang. Ibu tak mampu memenuhi kebutuhan dasar buah hati. Sekali pun. Sesuap makan. 

Ketidakberdayaan ibu memfasilitasi makanan buat anak yang bikin perut kosong. Menjadikan anak merasa lapar. Selapar-laparnya.  Realitas ini yang membuat anak terus  menangis. Tak berkesudahan. 

Ibu tak patah arang. Berupaya mengakhiri tangis anak. Ibu bergegas ke dapur. Ambil panci. Merebus air. Menunggu air mendidih. Lalu ibu mengambil batu. Sebelum air mendidih. Ibu memasukkan batu ke panci. Karena bagi ibu. Air mendidih dan tidak mendidih. Tidak terlalu penting. Tujuan ibu memasak batu. Hanya ingin mengaduk-aduk batu di panci. 

Rupanya ada agenda tersembunyi. Ibu mengaduk batu. Sebagai bentuk rekayasa menyudahi tangis anak. Seperti saat merebus batu. Ibu mengungkapkan pada anak. Bukan realitas. Ibu menginformasikan sedang mengarih bubur. 

Ibu memanipulasi realitas mengaduk bubur. Tujuannya menumbuhkan harapan pada anak. Sebentar lagi mau makan. Harapan semu ini menjadi tawaran menarik agar anak berhenti menangis. Pertimbangan ini menguatkan ibu mengaduk batu dalam waktu lama. Supaya anak menunggu. Dalam keadaan menunggu. Anak keletihan. Dan tertidur.

Kiat yang dijalankan oleh ibu merebus batu. Kandas. Anaknya tak bergeming. Hasrat makan terus tumbuh. Maka merebus batu bukan solusi. Bagi anak hanya fokus untuk menuntaskan hasrat perut lapar. Hasrat untuk makan yang tak terpenuhi mendorong anak terus menangis. Fakta ini menjadikan strategi menghentikan anak menangis dengan merebus batu.  Terbengkelai.

Bahkan anak menangis semakin kencang. Terdengar sampai jauh. Buktinya ada sosok yang mendengar tangis anak. Sayup-sayup. Suara tangis anak. Timbul. Tenggelam. Sosok menangkap suara tangis. 

Setelah mencermati suara tangis. Sosok bereaksi. Bersama satu orang yang membersamainya. Berusaha mencari asal dari tangis. Semakin mendekat. Suara tangis. Semakin terdengar jelas. Pencarian sosok berkenaan sumber tangis anak bermuara pada gubuk reyot.

Tiba di gubuk reyot. Sosok segera mengetuk pintu. Mendengar ketuk pintu. Ibu membukanya. Melihat sosok yang berkunjung. Ibu kaget. Ibu menyaksikan langsung. Yang bertamu ke rumahnya bukan orang sembarangan. Dia sebagai pemimpin yang sangat disegani dan dihormati oleh rakyat. Dia adalah Umar bin Kattab. 

Setelah tertegun mendapati Umar mendatangi rumahnya. Ibu mempersilahkan duduk. Umar pun mengikuti saran ibu. Tak terlalu lama Umar duduk. Umar menanyakan masalah yang sedang mendera sehingga membuat anak menangis. Kali ini ibu menjawab jujur. Anaknya menangis karena lapar. Dan ibu tak bisa membeli  makan karena  tak punya uang.

Mendengar penjelasan ibu. Umar bergegas pulang. Mengambil sekarung gandum. Dia tak meminta ajudannya membawa gandum. Umar sendiri yang memanggul gandum untuk diserahkan kepada ibu. 
Bukan hanya memberi gandum. Umar membantu keberlangsungan ketersediaan bahan pangan yang diperlukan oleh ibu. Pagi harinya. Ibu diminta datang ke baitul mal untuk memperoleh bantuan jatah pangan dari negara. Selama ibu membutuhkannya.

Kisah Umar bin Kattab merupakan kisah melegenda. Sahabat Rasulullah SAW adalah pemimpin yang tersohor karena berperilaku adil dan sangat memperhatikan rakyat. Sebagai seorang pemimpin dalam urusan peduli terhadap rakyat kecil. Bukan hanya dilakukan pada ibu. Namun sudah menjadi kebiasaan yang dilaksanakan secara rutin. 

Setiap malam sampai menjelang dini hari.  Umar bin Kattab keliling ke kampung-kampung. Bukan hanya daerah perkotaan yang Umar bin Kattab sasar. Sampai wilayah pedesaaan. Bahkan sampai daerah terpencil. Menjadi target kunjungannya. 

Umar bin Kattab merelakan diri selalu keliling pada waktu malam hari untuk melihat kondisi rakyat terkini.  Sebagai pemimpin. Umar bin Kattab ingin memastikan  rakyatnya bahagia, sejahtera, adil dan makmur.
Tauladan yang disuguhkan Umar bin Kattab. Tidak terjadi di negeri Wakanda. Fenomena yang tergelar menjadi sebaliknya. Pemimpin yang diberi amanah memimpin negeri Wakanda. Tak peduli pada rakyat. Peristiwanya bisa disaksikan pada pemimpin membiarkan rakyat mengalami penderitaan. 

Cerita mengiris hati datang dari belahan Timur negeri Wakanda. Di daerah pegunungan. Pedalaman. Susah untuk dijangkau. Kondisi ini membuat daerah tersebut tak tersentuh pembangunan. Tidak memperoleh berbagai fasilitas yang digelontorkan aparat negara Wakanda. 

Dampaknya adalah sumber daya manusia rendah karena pemberdayaan belum dilakukan sebagai jalan keluar menyelesaikan problem di sana. Secara pemenuhan kebutuhan ekonomi juga masih minimalis. Latar belakangnya pemberian program bantuan menjadi andalan negeri Wakanda belum dilaksanakan di daerah tersebut. 

Akibat terpinggirkan dari pembangunan negara Wakanda. Warga di wilayah Timur  terpaksa mempertahankan keberlangsungan hidup hanya mengandalkan alam. Kesengsaraan akan tiba. Ketika kemarau datang. Ketiadaan hujan menjadikan lahan kering sehingga warga tak bisa bercocok tanam. 

Dalam keadaan serba terbatas itu warga menyerah. Tak banyak yang bisa diperbuat untuk mempertahankan hidup. Akibatnyan kelaparan pun melanda. Di antara warga. Ada yang meninggal karena kelaparan. 
Cerita masih melintas di belahan Timur negeri Wakanda. Ada suatu wilayah yang alamnya tandus, berbatu dan kering. Kenyataan alam  yang tak bersahabat menyebabkan warga jatuh miskin. Gejalanya dapat dilihat dari ketidakmampuan ayah memenuhi kebutuhan dasar keluarga. Membeli beras pun tak tercapai. 

Sungguh-sungguh terjadi. Seorang ayah menusuk perut sendiri dan meregang nyawa. Gara-gara frustasi. Kemiskinan yang dialami membuat dirinya tak mampu membeli beras. Perasaan berasal tidak bisa mencukupi kebutuhan dasar keluarga. Berupa beras. Yang membikin ayah bunuh diri.

Seharusnya melihat kejadian  itu pemimpin tersentuh nuraninya untuk berjuang amat keras. Agar tidak ada. Peristiwa rakyat meninggal gara-gara kelaparan. Karena sudah tertera di pembukaan undang-undang dasar negeri Wakanda. Fakir miskin dan rakyat terlantar dipelihara oleh negara. 

Berpondasi pada undang-undang dasar negeri Wakanda. Sesungguhnya saat pemimpin lalai dari tanggung jawab dengan membiarkan rakyat kelaparan dan meninggal dunia. Mereka sudah mengkhianati amanah rakyat. Mereka  telah melanggar konstitusi negara. 

Ketika sudah mengkhianati rakyat dan melanggar konstitusi. Secara ideal tumbuh  rasa   malu. Dalam situasi batin begini. Bila nuraninya masih bening.  Nuraninya akan menyentuh pintu hati mereka mengundurkan diri karena sejatinya  gagal menjadi pemimpin. Semoga..!!! (*)

***

*) Oleh: Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES