
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Agama merupakan aspek yang sangat vital dalam kehidupan bangsa hari ini. Telah banyak kejadian atau konflik yang terjadi didasari oleh agama atau perbedaan pendapat mengenai teologis. Namun, tak banyak yang mengetahui asal muasal lahirnya agama yang diyakini, termasuk kita sebagai umat Islam, dimana hanya meyakini agamanya tanpa mengulik lebih dalam mengenai agama yang sedang di yakini.
Agama Yudaisme yang diyakini oleh bangsa Israel itu ternyata merupakan bentuk pengembangan dari ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa dengan kitab Taurat. Pada mulanya Nabi musa diutus kepada Bani Israel untuk meluruskan pemaham teologi mereka yang waktu itu agak sedikit melenceng. Cerita mengenai Nabi Musa telah banyak kita temui seperti waktu dikejar oleh Firaun dan membelah laut merah dan lain sebagainya.
Advertisement
Dan sepeninggalnya Nabi Musa mereka terus berpegang teguh dengan ajaran itu. Dalam kitab mereka tertuai sebuah ajaran dimana, akan ada sosok Nabi terakhir bernama Ahmad. Dan ternyata dalam Al-Quran juga mengafirmasi terkait yang ini, bahwa Nabi Isa pernah berkata pada umatnya, tepatnya pada surah Ash-Shaff ayat 6. Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumnya, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudah ku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".
Namun ternyata Tuhan berkehendak lain, Tuhan malah memilih Muhammad Ibnu Abdillah yang berasal dari kota Mekkah. Kota Mekkah waktu itu merupakan sebuah kota yang dihuni oleh orang-orang terbelakang, baik secara ekonomi, sosial dan keilmuan. Bangsa Israel yang merasa kaumnya adalah kaum dengan tingkat intelektual, ekonomi, dan sosial kuat merasa tidak diadili oleh tuhan karena Nabi terakhir yang dipilih merupakan orang dari kaum terbelakang.
Kemudian dengan ego mereka pasca dipilihnya Muhammad Ibnu Abdillah yang notabenenya itu adalah orang dari bangsa Quraisy orang-orang Israel ini berbondong-bondong memusuhi dan mengingkari diutusnya Nabi Muhammad itu. Dengan alasan yang tidak mendasar, mereka tetap mengedepankan gengsinya yang merupakan bangsa yang terpuji dan mapan dari segala aspek. Padahal, dalam agama mereka telah terang dijelaskan bahwa Nabi yang bernama Ahmad itu akan datang dan dilahirkan di kita mekah, bahkan dalam kitabnya telah dijabarkan dengan sangat rinci mengenai ciri-ciri fisik, sifat, tempat hijrah dan bahkan tanda kenabian Nabi Muhammad. Namun lagi-lagi mereka tetap mengingkari kenabian Muhammad lantaran gengsi mereka yang sangat amat tinggi.
Bahkan sebelum nabi Muhammad datang, dulunya ketika mereka hendak berperang selalu tawassul kepada nabi terakhir yang diyakini bernama Ahmad itu. Tapi lucunya, setelah mereka mengetahui bahwa Nabi terakhir itu datang dari bangsa Quraisy yang kebetulan keturunan langsung dari Nabi Ismail, mereka mengingkari karena bagi mereka Ismail, tidak lebih mulia ketimbang Nabi Ishak karena dari aspek biologis Ishaklah yang lebih banyak melahirkan para Nabi ketimbang Ismail.
Pada intinya, perbedaan keyakinan kita merupakan hak prerogatif setiap individu, karena hal itu didasari oleh lingkungan dimana ia lahir dan tumbuh dewasa. Namun, menurut sejarah, agama tertua adalah agama Islam dengan ideologi mengesakan Allah Ta'ala yang dibuktikan dengan penciptaan manusia pertama yaitu Adam As.
***
*) Oleh : Syahrullah Asyhari, Dosen Ma’had Aly Ponpes Nurul Cholil Bangkalan dan Alumnus Darul Mustofa Tarim Yamin.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rochmat Shobirin |