Monumen Lokomotif Jember, Wisata Heritage yang Perlu Dilindungi

TIMESINDONESIA, JEMBER – Memiliki induk kereta api yang membawah jalur Ketapang, Banyuwangi hingga Bangil, Pasuruan membuat Jember superior dari kota-kota lain, utamanya di Wilayah Tapal Kuda. Namun meski digunakan untuk berkantor PT KAI Daerah Operasional (Daop) 9 Jember puluhan tahun, wilayah ini tidak memiliki monumen yang mengejawantahkan bahwa Kota Seribu Gumuk memiliki peran penting dalam jalur transportasi si ular besi di Jawa Timur.
Hingga penantian lama warga Jember terjawab setelah beberapa bulan lalu, PT KAI Daop 9 Jember meresmikan Monumen Lokomotif yang beralamat di Jalan Wijaya Kusuma Nomor 5, Dusun Tegalrejo, Kelurahan Jember Lor, Kecamatan Patrang berjarak 200 meter dari Stasiun Kota Jember. Dua bulan setelah peresmian, saya baru memiliki kesempatan untuk datang melihat keunikan monument ini.
Advertisement
Jika kalian pernah singgah ke Stasiun Tugu Jogja atau Stasiun Kota Bandung. Monumen Lokomotif di Jember ini hampir memiliki konsep yang sama seperti stasiun-stasiun itu. Hanya saja Lokomotif yang digunakan bernomor seri D 301 13 buatan pabrik Fried Krupp asal Jerman yang didatangkan pada tahun 1961-1962.
Monumen Pengingat Era Perkeretaapian yang Bersejarah
Sekedar informasi, monumen ini memiliki cerita menarik di baliknya. Sebut saja lokomotif dengan nomor seri D 301 13 yang ternyata pernah beroperasi di Jember dan Stasiun Purwokerto. Lokomotif produksi dari Jerman itu dikhususkan untuk tugas langsiran atau penyusunan kereta. Perannya pada masa itu sangat vital karena jadi salah satu jenis lokomotif yang bersejarah pada masanya.
Keberadaan monumen ini tentu untuk pengingat masa lalu dengan upaya serius untuk memberikan tambahan salah satu pilihan destinasi wisata di Kabupaten Jember. Pengunjung dapat menikmati momen foto selfie di dekat monumen ini sambil merasakan atmosfer sejarah perkeretaapian yang ada di Kota Seribu Gumuk.
Monumen ini menjadi pengingat akan betapa pentingnya perkeretaapian dalam pembangunan dan konektivitas wilayah Jember saat masa kolonial. Tentu dengan mengabadikan lokomotif bersejarah ini, Jember juga merayakan warisan perkeretaapian yang telah mempengaruhi perkembangan dan mobilitas masyarakat selama bertahun-tahun. Monumen Lokomotif jadi contoh nyata bagaimana sejarah dan kebudayaan dapat tetap hidup dalam bentuk yang menginspirasi.
Penambah Landmark Stasiun Jember untuk Tujuan Wisata
Monumen Lokomotif yang tidak jauh dari Stasiun Jember bukan hanya sekedar bangunan biasa. Ini adalah landmark yang berfungsi sebagai penanda kawasan stasiun dan area perkantoran Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 9. Pembangunannya juga memiliki tujuan lain yang tak kalah penting, yaitu untuk mengenang Lokomotif seri D 301 13 yang pernah beroperasi di Stasiun Jember.
Seperti yang saya singgung di atas, Lokomotif seri D 301 memiliki sejarah panjang yang bermula dari kedatangannya ke Indonesia pada tahun 1961-1962. Kala itu sebanyak 80 unit lokomotif sejenis ini didatangkan dari Jerman oleh Djawatan Kereta Api (DKA), pendahulu dari KAI. Salah satu dari 80 unit tersebut adalah Lokomotif seri D 301 13.
Melihat sejarahnya penggunaan lokomotif seri D 301 13 ini pada masanya bukanlah sembarang penggunaan. Lokomotif ini dikhususkan untuk tugas langsiran atau penyusunan kereta. Tugas penting tersebut membuat lokomotif ini menjadi bagian integral dalam operasional stasiun dan perkeretaapian pada masanya.
Jejak Panjang Lokomotif Asal Jerman dalam Perkeretaapian
Lokomotif seri D301 13 bukanlah sekadar lokomotif biasa di perkeretaapian Indonesia, bahkan ini pernah menjadi bagian dari sejarah panjang yang memiliki peran penting dalam menyusun si ular besi sebelum menjelajahi rel-rel kereta api di berbagai stasiun di Jawa. Lokomotif dengan berat mencapai 28 ton ini memiliki sejarah operasional yang cukup unik.
Lokomotif ini pernah beroperasi pada periode tahun 1986 hingga 1991 di wilayah Daop 9 Jember, menjadi salah satu lokomotif langsir yang sangat penting dalam kegiatan perkeretaapian di wilayah Daop 9. Namun, perjalanan lokomotif D301 13 tidak berhenti di Kabupaten Jember saja, lokomotif ini juga pernah bertugas di wilayah Daop 7 Madiun sebelum akhirnya pada tahun 2001 dipindah operasinya di wilayah Daop 5 Purwokerto.
Di sana lokomotif ini kembali menjadi lokomotif langsir yang membantu menyusun dan memindahkan rangkaian kereta sebelum melakukan perjalanan. Jejak perjalanannya terus berlanjut hingga beberapa stasiun lainnya, seperti Stasiun Kroya, Stasiun Maos dan terakhir di Stasiun Cilacap. Hingga pada tahun 2018, lokomotif D301 13 dinyatakan tidak siap guna dan harus dikeluarkan dari armada operasi PT KAI.
Menjaga Warisan Bersejarah dari Tindakan Vandalisme
Melihat perjalanannya, Lokomotif Jember menjadi sebuah monumen bersejarah yang menjadi simbol kemajuan transportasi di masa lalu. Tempat ini kini menjadi magnet bagi wisatawan dan masyarakat setempat. Monumen tersebut bukan hanya benda mati, melainkan suatu cermin perjalanan panjang Kota Jember dalam peran masa lalu untuk merintis masa depan.
Perlu perhatian serius dari pemangku kebijakan untuk memastikan destinasi ini terhindar dari upaya vandalisme. Ancaman Grafiti, coretan cat sembarangan, dan kerusakan fisik lainnya kadang menjadi ancaman berbagai tempat di Kota Seribu Gumuk. Jika ini terjadi maka akan menyebabkan penurunan nilai estetika dan historis monumen itu. Ancaman tersebut bukan hanya merusak penampilan fisik, tetapi juga merusak koneksi emosional antara generasi sekarang dengan masa lalu.
Perlu langkah-langkah perlindungan yang dilakukan oleh pemangku kebijakan, mulai peningkatan pengawasan dan keamanan. Pihak berwenang bekerja sama dengan pihak keamanan setempat untuk meningkatkan pengawasan di sekitar monumen. Instalasi kamera pengawas dan peningkatan patroli menjadi langkah krusial untuk mencegah tindakan vandalisme. Pun kampanye kesadaran masyarakat juga perlu ditingkatkan dengan pendidikan masyarakat mengenai pentingnya melestarikan warisan bersejarah melalui langkah awal yang efektif.
Terakhir, dengan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat dan pihak swasta, monumen Lokomotif Jember diharapkan tetap menjadi saksi bisu masa lalu yang mempesona. Perlindungan terhadap warisan bersejarah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama kita untuk menjaga dan mempertahankan kisah-kisah yang tertanam dalam tiap lapisan sejarah monumen ini.
***
*) Oleh : Anik Sajawi (Alumnus Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Kiai Haji Achmad Siddiq (Khas) Jember.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rochmat Shobirin |