Kopi TIMES

Pemutih Beras

Sabtu, 06 Januari 2024 - 18:18 | 80.74k
Putri Wulandari Zainal, PhD, Dosen Departement Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.
Putri Wulandari Zainal, PhD, Dosen Departement Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SUMATERA – Beras merupakan makanan pokok yang di konsumsi oleh hampir 90% masyarakat Indonesia sejak dahulu kala hingga sekarang. Kepopuleran beras sebagai bahan pokok dikarenakan kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsinya. Selain itu, beras juga memiliki kandungan gizi yang penting bagi tubuh, dimana produk ini merupakan sumber energi bagi manusia karena mengandung karbohidrat yang tinggi. Karbohidrat yang ada pada beras terdiri dari sebagian besar pati dan sebagian kecil pentose, selulosa, hemiselulosa, dan glukosa.

Tingkat konsumsi beras yang tinggi setiap hari nya menyebabkan produksi beras harus di tingkatkan sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Akan tetapi, akhir-akhir ini marak kekhawatiran masyarakat terhadap isu-isu pemutih beras. Pertanyaan yang banyak muncul dari masyarakat adalah “apakah aman beras yang di beri pemutih?”, “apakah aman memilih beras yang berwarna putih?”. 

Advertisement

Pemutih pada beras. Hal tersebut benar adanya pada proses pengolahan padi menjadi beras. Salah satu proses yang akan dilakukan di rice milling unit (RMU) atau penggilingan padi adalah proses pemutihan (whitening atau polishing). Akan tetapi, proses ini sangat aman bagi manusia karena proses pemutihan yang dilakukan di RMU merupakan proses yang dilakukan secara alami tanpa menambahkan bahan sintetis atau bahan kimia.

Padi yang dipanen akan dibuang bagian sekam nya sebanyak 20%, sehingga menghasilkan beras berwarna coklat kemudian dilanjutkan proses pembuangan bagian lapisan alleuron sebesar 10% dimana biasanya buangan ini akan menghasilkan dedak. Setelah pembuangan bagian alleuron maka akan dihasilkan beras berwarna putih. 

Proses padi menjadi beras putih bersih di RMU melalui tahapan panjang menggunakan peralatan dan mesin pertanian tanpa ada campur tangan bahan kimia. Padi yang dipanen dari sawah akan dibersihkan terlebih dahulu untuk membuang jerami serta biji-biji kosong yang masih terangkut dari lahan. Padi yang sudah bersih akan masuk ke ruangan husker yang terdiri dari rubber rol atau gulungan yang berbentuk karet dimana di tahapan ini sekam akan dikeluarkan melalui pembuangan yang dibantu oleh hembusan angin. 

Terkadang masih dihasilkan beras berwarna coklat dan padi sehingga harus dilakukan pemisahan kembali. Bagian yang berbentuk padi akan balik ke ruangan husker dan beras coklat akan lanjut ke ruangan de-stoner. Ruangan ini akan melakukan proses pemisahan batu-batu dengan beras coklat. Hal ini dikarenakan masih adanya batu-batu ataupun pasir-pasir yang terangkut dari lapangan.

Beras coklat yang telah bersih akan di lanjutkan ke proses pemutihan. Pada proses ini dilakukan penghilangan lapisan alleuron dari beras merah menjadi warna putih. Proses ini dilakukan melalui dua tahapan yaitu abrasive whitener dan friction whitener. Pada tahapan abrasive whitener dimanfaatkan kekuatan abrasi untuk memoles atau membersihkan permukaan beras dengan cara menggosok. Proses abrasi terjadi selama kecepatan tinggi dan kondisi tekanan rendah. Tahapan friction whitener memanfaatkan kekuatan gesek melalui kecepatan rendah dan kondisi tekanan tinggi sehingga dapat memoles kembali beras berwarna coklat hingga berwana putih. Dari proses ini akan dihasilkan buangan yang sering kita sebut sebagai dedak yang dapat di manfaatkan untuk berbagai keperluan seperti pakan ternak. 

Pemutihan beras melalui proses pemolesan dengan tahapan abrasive dan gesekan merupakan tahapan yang paling penting dalam pengolahan padi menjadi beras. Selain beras berwarna putih yang akan dihasilkan, tingkat kerusakan beras yang menghasilkan beras patah sangat besar terjadi. Oleh karena itu pada tahapan pemutihan ini di lakukan melalui 2 sampai 4 mesin atau tahapan yang di rangkai secara seri untuk mengurangi persentase beras patah. 

Beras yang telah di poles sehingga menjadi putih akan di proses ke tahap sifter. Disini, beras putih akan dipisahkan dari bahan-bahan bukan beras seperti dedak atau kotoran yang masih tertinggal. Kemudian dilanjutkan pada grading berdasarkan komponen kualitas seperti beras kepala (head rice), beras rusak (broken rice), beras sangat rusak (minutes kernel). Jika kondisi beras 8/8–6/8 disebut sebagai beras kepala, 5/8–3/8 disebut sebagai beras rusak, dan 2/8-1/8 disebut sebagai beras sangat rusak. Setelah pemisahan ukuran maka dilakukan pencampuran beras putih berdasarkan kelas beras yang akan di jual sesuai dengan ketentuan Standard Nasional Indonesia (SNI). 

Dengan adanya proses pemutihan dan pemolesan secara alami menggunakan teknologi yang tepat pada RMU, issue pemutihan yang menakutkan tidak perlu lagi di khawatirkan. Karena proses pemutihan ideal yang telah dilakukan di seluruh pelosok Indonesia dan dunia merupakan proses yang aman. Selain itu, proses pemutihan ini tidak dapat di hindarkan untuk dapat menghasilkan penampilan beras dan cita rasa yang baik.

***

*) Oleh: Putri Wulandari Zainal, PhD, Dosen Departement Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES