Kopi TIMES

Karl Marx: Politik dan Agama, Kontroversial dan Kesalahpahaman

Selasa, 16 Januari 2024 - 12:53 | 58.53k
Ilham Layli Mursidi, Ketua HMI Cabang Banyuwangi Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah.
Ilham Layli Mursidi, Ketua HMI Cabang Banyuwangi Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – “Die Religion ist das Opium des Volkes” (Agama adalah candu masyarakat). Sebuah pernyataan Karl Marx yang sangat kontroversial di Eropa pada abad ke 19. 

Tidak hanya di eropa, tetapi juga di Indonesia sebagai negara pencetak sejarah basis komunis terbesar di dunia setelah Uni Soviet. Pernyataan tersebut menyebabkan kesalahpahaman dalam pemaknaannya. Hal itu terjadi karena penghilangan bagian sebelum kalimat tersebut, yang menjadikan konteks pemaknaannya bergeser. 

Advertisement

Pernyataan penuh dari kalimat yang ditulis Karl Marx adalah “Religion is the sigh of the oppressed creature, the heart of a heartless world, and the soul of soulless conditions. It is the opium of the people” (Agama adalah keluh kesah dari masyarakat yang tertindas, hati dari dunia yang tidak ber hati, dan jiwa dari keadaan tidak berjiwa. Agama adalah opium masyarakat). Karena pemotongan kalimat tersebut, menyebabkan perubahan konteks pemaknaan suatu pemikiran. Di Indonesia sendiri kajian tersebut sudah masuk pada ranah ideologis dan teologis, yang menyebabkan komunis di Indonesia dipandang sebagai kelompok anti agama.

Konteks yang dimaknai keliru itu sebenarnya adalah kritikan Marx terhadap tokoh agama di abad ke 19. Pada saat itu, Marx menemukan hubungan kotor antara gereja dan pemegang kekuasaan yang terjadi dalam ranah agama dan politik. Marx merasa geram dengan kenyataan bahwa elit penguasa menggunakan agama untuk memobilisasi rakyat untuk kepentingan penguasa. Bersama kawannya Fredrich Engels, Marx ber argumen tentang bagaimana agama harus dijelaskan dalam kontek sosial dan ekonomi bukan hanya tentang teologis yang membicarakan persoalan surga-neraka, pahala-dosa. Hal ini juga yang di ajarkan oleh agama Islam bahwa Islam tidak hanya mengajarkan personal-persoalan ketuhanan melainkan islam mengajarkan segala hal dalam ruang yang sangat kompleks.

Meskipun Marx tidak berkomitmen pada satu agama manapun, Marx bukanlah seorang yang anti agama. Yang menjadi menarik adalah, bagaimana Marx menghargai eksistensi agama dalam kehidupan manusia sebagai sesuatu yang bermakna “It religion is the fantastic realization of the human essence since the human essence has not acquired any true reality” (Agama merupakan realisasi hakikat manusia yang fantastik, karena hakikat manusia belum memperoleh realitas sejati). Di satu sisi, kekuatan agama yang besar tersebut menurut Marx, akan membentuk ilusi kebahagiaan di dalam pikiran manusia dan menjadi semacam opium bagi orang-orang yang sakit sebab bisa menyembuhkan kesengsaraan. Ilusi kebahagiaan ini yang coba dikritik oleh Karl Marx. Sebab, ilusi kebahagiaan bisa melemahkan semangat perlawan kaum tertindas terhadap kelas di atasnya yang bersifat opresif. Jika disintesiskan, pemikiran Karl Marx terdapat kesamaan dengan apa yang di ajarkan Islam. Bahwa Islam, mengajarkan kita agar senantiasa terus berusaha dan berjuang, dalam arti lain “ikhtiar” terhadap sesuatu yang di perjuangkan dan tidak hanya pasrah terhadap apa yang telah terjadi.

Sebagai kesimpulannya, Marx memiliki keyakinan kuat atas alasannya yang menyatakan bahwa tuhan dan agama terbentuk karena adanya suatu masyarakat kelas dan mereka membantu individu bertahan hidup dibawah tekanan. Seperti apa yang telah di sampaikan oleh Feuerbachian “Tuhan bukanlah makhluk yang eksis sebelum kita dan menentukan eksistensi manusia.  Namun, keberadaan manusialah yang menentukan eksistensi tuhan”. Jika kita mampu menyelami lebih dalam pemikiran Karl Marx, kita akan menyadari bahwa Marx sebenarnya berupaya menyadarkan umat beragama agar menjadi lebih bijaksana dan kokoh atas apa yang dipercayainya serta tidak hanya pasrah atas penindasan yang menyelimuti manusia.

***

*) Oleh: Ilham Layli Mursidi, Ketua HMI Cabang Banyuwangi Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES