Kurikulum Pesantren LDII Dalam Membentuk Karakter Muslim Sejati

TIMESINDONESIA, MALANG – Perkembangan era globalisasi saat ini menimbulkan perubahan penting dalam berbagai aspek dalam kehidupan baik ekonomi, politik, sosial, budaya, maupun Pendidikan. Era globalisasi bukannya tanpa konsekuensi, oleh sebab itu perlu dicermati dampak positif maupun negatifnya. Diantara dampak dari globalisasi adalah munculnya suatu masyarakat mega-kompetisi dimana setiap orang berlomba-lomba untuk membuat yang terbaik, mencapai yang terbaik. Globalisasi sebuah era maju yang tanpa kelemahan dan kekurangan.
Kemudian, dalam hal substansi pendidikan, globalisasi juga menimbulkan perubahan penting selaras dengan perkembangan masyarakat globalisasi yang pada dasarnya bertumpu pada ‘knowledge based society’ – jika tidak pada ‘knowledge-based economy’ – subyek (pelajaran atau bahan materi) juga mengalami perubahan dalam kurikulum.
Advertisement
Pesantren yang pada awalnya didirikan untuk kepentingan moral pada akhirnya harus berusaha untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan tuntutan zaman. Orientasi pendidikan pesantren perlu diperluas, sehingga menuntut dilakukannya pembaharuan kurikulum yang berorientasi kepada kebutuhan zaman dan pembangunan bangsa. Pesantren juga harus tetap bisa mempertahankan keunggulan dan kekhasannya karena di era globalisasi saat ini, tantangan meniscayakan pesantren untuk bisa melakukan adaptasi dan respon terhadap perkembangan zaman.
Pesantren juga dituntut harus paham tentang perubahan kemajuan teknologi informasi di setiap zamannya dan tidak boleh membatasi diri hanya pada tradisi yang selama ini dikembangkan. Pesantren harus bisa menerima dan merespon realitas perubahan sosial yang begitu cepat. Disamping itu, harus tetap mendalami ilmu keagamaan dan keislaman. Pesantren harus bisa menyesuaikan diri dengan zaman.
Selain itu pesantren juga diharuskan untuk dapat menyesuaikan atau mengadaptasikan kurikulum untuk menyesuaikan perubahan zaman dan tetap relevan dan efektif dalam membentuk karakter dan sesuai kebutuhan santri.
Berdasarkan fenomena diatas, Asrori, mahasiswa program studi Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang ini mencoba mengarahkan penelitiannya dengan judul “Kurikulum Pesantren LDII Dalam Membentuk Karakter Muslim Sejati di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri” dengan harapan nantinya dapat menjadi prototype pesantren lainnyamengadaptasikan kurikulum untuk menyesuaikan perubahan zaman adalah Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri. Kurikulum pesantren LDII mempunyai tujuan yakni membentuk “karakter muslim sejati”. Karakter muslim sejati yang mengajarkan keseimbangan antara dunia (ad-dunya) dan akhirat (al-akhirah) sebagai prinsip penting yang mencerminkan pandangan holistik terhadap kehidupan. Islam mengajarkan bahwa keseimbangan yang benar antara aspek dunia dan akhirat penting untuk mencapai tujuan sejati kehidupan manusia yang nantinya bisa menjawawab dinamika kehidupan di era globalisasi.
Konsep muslim sejati di Pondok Pesantren Wali Barokah merupakan karakter yang dimiliki setiap santri cerminan dari Tri Sukses Generus yaitu: Alim fakih adalah santri yang telah mencapai pemahaman dan pengetahuan yang mendalam mengenai ilmu agama Islam dan memiliki keterampilan untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan. Berikutnya akhlaqul karimah dimana perilaku yang baik dan terpuji, yang diridhai oleh Allah SWT. Perilaku ini juga sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sopan santun, kejujuran, amanah, dan tutur kata yang baik, dan yang terakhir mandiri dimana kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri dengan upaya sendiri dan tidak bergantung orang lain.
Mandiri mendorong seseorang untuk memecahkan sendiri persoalan hidup dan kehidupannya, sehingga termotivasi untuk berinisiatif, berkreasi, berinovasi, proaktif dan bekerja keras.
Melalui penelitian yang dilakukan, Asrori mendapati implementasi kurikulum pesantren LDII ada empat metode antara lain Metode manqûl-musnâd-muttashil yang disingkat dengan (MMM) dan ini menjadi doktrin yang harus ditaati oleh seluruh warga LDII, dengan mengaji yang benar yakni dengan cara manqûl-musnâd-muttashil (persambungan dari guru ke guru berikutnya sampai sahabat dan sampai kepada Rasulullah SAW), maka dengan cepat santri Wali Barokah dapat menguasai ilmu al-Qur’an dan al-Hadits dengan mudah dan benar.
Metode bandongan di Pondok Pesantren Wali Barokah dipraktekkan seorang mubaligh duduk kursi, membaca kitab dengan makna dan keterangannya, sementara santri duduk di bawah dengan memperhatikan kitab masing-masing dengan membuat anotasi seperlunya, baik arti mufradat (arti kata perkata) atau keterangannya.
Metode sorogan di Pondok Pesantren Wali Barokah digunakan untuk santri pemula atau tingkat kelas bacaan, yang menekankan pada kemampuan membaca al-Qur’an. Santri tersebut langsung dituntun membaca al-Qur’an secara pelan-pelan dan sedikit demi sedikit. Santri mendapatkan perlakuan dalam pengajaran dari gurunya, perlakuan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing santri.
Metode mudzakarah diperuntukkan bagi santri tingkat terampil atau lebih tepatnya para mubaligh dari berbagai daerah. Pondok Pesantren Wali Barokah mengagendakan tiap sebulan sekali kegiatan mudzakarah. Mereka membahas masalah-masalah keagamaan dan dinamika jama’ah. Metode mudzakarah dipimpin oleh amir/imam pusat dengan mengadakan rapat koordinasi.
Selain itu kurikulum LDII dalam membentuk karakter muslim sejati berimplikasi pada dua aspek dimana yang pertama adalah karakter religius, dalam aspek beragama terlihat dari santri belajar, beramal, dakwah, berjamaah, thoat. Kedua adalah karakter profesional, terlihat dari santri menggali, memberdayakan dan mengembangkan potensi.
Dari temuan tersebut Asrori menuliskan implikasi teori dimana jika dilihat dari sudut pandang pembentukan karakter, kurikulum adalah sarana yang ideal bagi pembentukan karakter muslim sejati dan merupakan prinsip Tri Sukses Generus yang berisikan Alim fakih, Akhlaqul karimah, dan Mandiri serta tidak menjadi parasit.
Temuan ini menguatkan character values Imam Al Ghazali dalam kitab Minhâju al-’âbidîn ada 20 nilai karakter. Ibnu Miskawaih dalam kitab Tahdzîbul Akhlâq, pembahasan lingkup akhlak menjadi tiga bagian; akhlak pada Allah, diri sendiri, dan sesama manusia, dan Thomas Lickona yang mengemukakan tiga aspek penting dalam pembentukan karakter,
Selain temua yang diatas hasil penelitiannya ini juga menyempurnakan teori anatomy of the curriculum. Anatomi kurikulum pesantren LDII dianalisis menggunakan teori Robert Zais yaitu tujuan, materi, strategi, dan evaluasi. ditemukan ada perbedaan karena evaluasi kurikulum pesantren LDII menggunakan model EVINP4 (evaluasi internal program pembelajaran pondok pesantren).
Melalui analisis tersebut ditemukan bahwa kurikulum LDII dalam membentuk karakter muslim sejati berimplikasi pada dua karakter dimana yang pertama adalah karakter religious yang menggambarkan bahwa belajar bukan hanya sebatas untuk mendapatkan ilmu pengetahuan serta mengkaitkannya dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Dalam Islam sendiri, belajar mempunyai dimensi ketundukan tauhid, yakni dimensi dialektika dan ketundukan vertikal. Adapun tujuan belajar yang lainnya adalah agar terbebas dari kebodohan sehingga manusia ketika melakukan suatu tindakan atau perbuatan, manusia tersebut mampu memahami alasan ia melakukan tindakan atau perbuatan tersebut, karena setiap hal yang diperbuat oleh manusia nantinya akan ada pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Sifat Beramal, yakni suatu pekerjaan akan bernilai di mata Allah, bukan semata-mata dilihat dari bentuk lahiriah yang tampak di alam nyata (wujud amal), tetapi jauh lebih penting adalah niat pelakunya (motivasi pekerjaan). Karena itu, dapat dimengerti mengapa kalimat 'amal shalih banyak sekali digandengkan dengan iman, karena iman inilah yang menentukan arah dan niat seseorang ketika melakukan suatu amal. Perbuatan yang tidak dilandasi dengan keimanan adalah perbuatan sia-sia.
Sifat Dakwah dimana begitu pentingnya sebuah dakwah, sehingga diwajibkan kepada setiap muslim untuk mengembannya. Semua muslim berkewajiban menyampaikan risalah Islam kepada manusia, sehingga ketentraman dan keamanan turun ke muka bumi Keamanan dan ketentraman tidak akan terwujud tanpa kesadaran setiap muslim bahwa di pundaknya ada amanah berat. d) Berjamaah menunjukkan bahwa bersatu berkumpul-nya kaum muslimin adalah sesuatu yang menghasilkan kebenaran dan yang dimaksud dengan bersatunya kaum muslimin adalah para ulama'. Taat, taat dalam pandangan LDII adalah imamah yang pada prinsipnya merupakan kepemimpinan yang melaksanakan tugas kenabian bahwa seorang pemimpin bukan hanya sebatas pemimpin formal tetapi juga memiliki misi yang menjalankan syari’ah.
Imamah dan bai'at mendorong seseorang untuk berhati-hati dalam segala hal. Bagi seorang murid atau anggota organisasi, ikatan perjanjian antara seorang imam atau guru menjadi disiplin.
Karakter yang kedua adalah profesional dimana pemberdayaan santri, lembaga Pondok Pesantren Wali Barokah yang bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat santri dan membantu mereka meningkatkan kemampuan dan kemandirian mereka dalam memperbaiki kehidupan mereka. Mereka menyadari bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemampuan tersebut dengan sebaik mungkin. Membekali pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya diperlukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut. melalui proses pelatihan, pendampingan, dan pembinaan.
Adapun adanya pelatihan, diharapkan santri Pondok Pesantren Wali Barokah akan menjadi individu yang dapat menyelesaikan masalah dengan cermat. Pelatihan juga dapat membangun karakter manusia yang selalu bekerja sama untuk menyelesaikan masalah. Pembentukan karakter yang diproses melalui pelatihan akan membantu upaya meningkatkan SDM santri . Selain itu, tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan perubahan tingkah laku, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan membuka peluang pekerjaan.
***
*) Oleh: Asrori, mahasiswa program studi Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang.
*) Tulisan ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rochmat Shobirin |