Kopi TIMES

Inspirasi Al Qur'an tentang Perikanan dan Kelautan

Kamis, 18 Januari 2024 - 07:12 | 171.62k
Oleh: Riza Rahman Hakim, S.Pi, M.Sc, Dosen Jurusan Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang
Oleh: Riza Rahman Hakim, S.Pi, M.Sc, Dosen Jurusan Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Al Qur’an merupakan pedoman kehidupan bagi umat manusia. Adapun isi kandungan Al-Qur’an terdiri dari aqidah dan tauhid, ibadah, akhlak, hukum, sejarah atau kisah umat masa lalu, serta ilmu pengetahuan (sains). Salah satu ilmu pengetahuan yang tak luput dari bahasan dalam Al-Qur’an adalah tentang perikanan dan kelautan. 

Dalam Al Qur’an, kata “laut” (bahr) disebutkan sebanyak 32 ayat, sedangkan kata “darat” (barr) disebutkan 13 ayat. Bila kedua kata tersebut dijumlahkan dan diprosentasekan maka ditemukan angka 71,11% untuk kata laut dan 28,89% untuk kata darat. 

Advertisement

Hal ini mengingatkan pada kenyataan ilmiah bahwa sekitar 70% permukaan bumi adalah berupa lautan dan sisanya adalah daratan. Sehingga dapat dikatakan begitu besarnya peran lautan dalam kehidupan makhluk di bumi.

Di antara banyaknya ayat tentang laut dalam Al-Qur’an, terdapat satu ayat yang menjadi inspirasi pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan secara mendasar, yaitu pada Surat An-Nahl ayat 14,
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS. An-Nahl [16] : 14)

Ayat yang sangat filosofis tersebut merupakan sarat makna, bahwa Allah menunjukkan Maha KasihNya, yaitu dengan memberikan peluang pada umat manusia untuk memanfaatkan potensi kelautan dan perikanan yang ada di bumi ini. Berdasarkan ayat tersebut, setidaknya terdapat 5 hal yang penting untuk dijadikan inspirasi pemanfaatan perikanan dan kelautan. 

Pertama, “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan)”. Semua jenis hewan di laut termasuk ikan yang ada di dalamnya telah dijamin kehalalannya. Begitu istimewanya ikan ini hingga bangkai ikanpun juga halal. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an, Surat Al-Maidah ayat 96,
“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan.”   (QS. Al Maidah: 96).

Kemudian juga disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa.” (HR. Ibnu Majah no. 3314)

Selain halal, ikan juga merupakan sumber protein hewani yang memiliki kandungan gizi yang sangat baik. Keunggulan ikan sebagai sumber protein diantaranya protein ikan mudah dicerna oleh tubuh, mengandung asam amino esensial, mengandung asam lemak tak jenuh dan omega-3, serta meningkatkan kecerdasan otak.

Berdasarkan laporan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), pada 2030, angka konsumsi ikan diproyeksikan 200,6 juta metrik ton. Sebagian besar pertumbuhan produksi ikan berada di negara berkembang, khususnya Asia. Asia juga menjadi konsumen ikan terbesar (72%) di dunia pada 2030. Produksi ikan tersebut didapat dari usaha penangkapan ikan di laut dan hasil budidaya (akuakultur). 

Tentu bukan hanya jenis ikan yang bersirip saja yang bisa dimanfaatkan, namun ada juga jenis crustacea seperti udang, kepiting, maupun lobster. Oleh sebab itu perlu dibangun ekosistem usaha penangkapan dan budidaya ikan yang berkelanjutan (dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial), agar generasi ke depan masih bisa menikmatinya. 

Kedua, “dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai”. Jenis perhiasan populer yang berasal dari lautan adalah kerang Mutiara. Bentuknya bisa dijadikan cincin, kalung, maupun gelang. Bahkan cangkangnya juga dapat dijadikan hiasan untuk dinding.

Sebagaimana diketahui, pasar mutiara dunia didominasi oleh empat jenis, yaitu: 1) Mutiara Laut Selatan (South Sea Pearl) yang berada di Indonesia, Filipina, Myanmar dan Australia, 2) Mutiara air tawar (Fresh Water Pearl) yang ada di negara China, 3) Mutiara Akoya (Akoya Pearl) yang berasal dari China dan Jepang, dan 4) Mutiara Hitam (Black Pearl) dari Tahiti. Jenis Mutiara Laut Selatan selama ini masih diunggulkan dibanding jenis lainnya, karena terletak pada keindahan kilau cahayanya. 

Bahkan harganya pun cukup mengagumkan, yaitu mencapai 2,8 juta setiap butirnya yang berukuran rata-rata 13-15 mm. Jenis mutiara ini diperoleh dari spesies kerang Pinctada maxima yang dibudidayakan dalam waktu 2 sampai 3 tahun.

Data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan bahwa produksi Mutiara Laut Selatan di seluruh dunia setiap tahunnya mencapai 12 ton. Dari total produksi tersebut, 50 persennya merupakan hasil dari laut Indonesia. Hal ini dikarenakan perairan Indonesia merupakan tempat yang paling ideal untuk produksi mutiara terbaik jenis South Sea Pearl.

Dengan tipe air laut hangat dan mempunyai kandungan plankton yang banyak, ternyata menjadi keunggulan tersendiri untuk menunjang perkembangan kerang Pinctada maxima ini. Disamping itu, Indonesia juga menjadi produsen terbesar penghasil mutiara laut sejak tahun 2005. Bahkan menguasai 50 persen dari jumlah total produksi mutiara di dunia dengan nilai ekspor mencapai US $ 29 juta. Adapun wilayah penghasil mutiara terbesar di Indonesia diantaranya adalah Raja Ampat, Banyuwangi, Lombok, dan Buleleng Bali.

Ketiga, “dan kamu melihat bahtera berlayar padanya”. Penjelasan dari potongan ayat tersebut, menurut Tafsir Al-Mukhtashar (Markaz Tafsir Riyadh) adalah ‘Kamu melihat kapal-kapal membelah ombak lautan, kalian menaiki perahu-perahu untuk mencari karunia Allah berupa laba perdagangan’. 

Pesan ini sangat berkaitan dengan transportasi laut, yaitu kapal. Sejak dulu hingga sekarang, kapal laut telah menjadi alat transportasi utama baik bagi manusia maupun untuk perdagangan umum. Seperti di Indonesia, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) bertajuk “Impor Menurut Moda Transportasi 2020-2021” dipaparkan bahwa sekitar 88,05% barang impor Indonesia masuk melalui moda transportasi laut. 

Berdasarkan nilainya, barang Indonesia yang diimpor melalui transportasi laut mencapai US$ 172,73 miliar. Dominasi impor melalui moda laut berkaitan erat dengan kondisi geografis Indonesia, yakni negara kepulauan. Moda transportasi ini dapat menghubungkan laut baik antar pulau maupun antar negara. Disamping itu biaya transportasi laut juga lebih murah dibandingkan dengan transportasi udara. 

Ayat ini telah menginspirasi manusia untuk mengembangkan teknologi yang semakin canggih dalam mengelola potensi maritime yang besar. Hal ini didasari atas pentingnya transportasi maritim sebagai tulang punggung dari aktivitas perdagangan internasional. Ayat tentang kapal dan bahtera di laut juga terdapat pada Surat; Asy Syura: 32, Ar Rahman: 24, Ibrahim: 32, Al Hajj: 65, Al Baqarah: 164, Al Israa’: 66 dan Al Jatsiyah: 12.

Keempat, “dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya”. Berdasarkan Tafsir Kementerian Agama RI dinyatakan ‘Dan Dia menundukkan laut agar kamu dapat memanfaatkannya dan mencari rezeki dari sebagian karunia-Nya yang terdapat di sana.’ Besarnya potensi laut ini telah menginspirasi manusia untuk memanfaatkannya menjadi produk maupun jasa, sehingga dapat mendatangkan rezeki bagi kemakmuran penduduknya.

Berbagai aktivitas usaha di bidang kemaritiman antara lain: transportasi dan perhubungan laut, pelabuhan laut, perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri bioteknologi, pariwisata bahari, serta energi dan mineral lepas pantai. Dalam Buku Besar Maritim Indonesia Seri 5 tentang Industri dan Ekonomi Maritim (2019), dijelaskan bahwa Indonesia adalah salah satu negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia dengan potensi pesisir sebesar Rp 650 triliun, bioteknologi Rp 480 triliun, perikanan Rp 380 triliun, minyak bumi Rp 252 triliun, transportasi laut Rp 240 triliun, dan wisata bahari sebesar Rp 24 triliun per tahun. Melihat potensi maritim tersebut maka wajar bila Indonesia bercita-cita untuk menjadi poros maritim dunia.

Kelima, “dan supaya kamu bersyukur.”  Pada ayat ini ditutup dengan pesan yang sangat mendalam, yaitu agar manusia harus selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya serta memanfaatkannya sesuai tujuan penciptaannya. Sebagai bentuk rasa syukur adalah dengan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya laut secara berkelanjtutan bagi laju pertumbuhan ekonomi, dengan tetap menjaga kestabilan ekosistem laut. 

Itulah lautan yang dijadikan bahan i’tibar (pelajaran) agar dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Ikan dan sumberdaya laut lainnya tidak akan pernah habis bila manusia mampu mengelola secara bijak dan bertanggung jawab. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES