Kopi TIMES

Ada Apa dengan Dunia Kita?

Selasa, 23 Januari 2024 - 22:45 | 42.97k
Handariatul Masruroh, Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia, Universitas KH. Mukhtar Syafaat Blokagung Banyuwangi.
Handariatul Masruroh, Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia, Universitas KH. Mukhtar Syafaat Blokagung Banyuwangi.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Tulisan ini berawal dari kebiasaan penulis membaca berita di laman offline maupun online. Banyak sekali berita yang memaparkan tentang pembunuhan, pembacokan, bahkan mutilasi. Mata menyipit, lisan meringis, bulu kuduk meremang mengetahui betapa sadisnya warga negara kita ini.

Seolah tak ada habisnya, semua permasalahan diakhiri dengan pembunuhan. Masalah keluarga berakhir dengan cara yang tragis. Masalah percintaan yang awalnya manis berakhir dengan sadis. Satu keluarga meninggal karena dibunuh seorang bapak, istri dimutilasi oleh suami lantaran salah paham, istri bunuh suami karena sakit hati. 

Advertisement

Bahkan kabar terbaru anak usia 8 tahun digorok kepalanya hingga terpisah dari tubuhnya oleh pasangan suami istri yang masih berstatus saudara demi mengambil perhiasan korban. Hey! Pernahkan kalian berpikir, ada apa dengan dunia kita saat ini? Mengapa manusia menjadi begitu beringas? Bahkan kata miris pun tak cukup menggambarkan betapa murahnya harga diri seorang manusia yang mati sia-sia akibat ulah oknum yang haus akan harta dunia.

Apa artinya manusia adalah makhluk yang diberi akal oleh Tuhan, jika hati nurani saja tak punya? Apa artinya manusia makhluk sempurna, jika begitu teganya menghabiskan nyawa manusia dengan mudahnya? Apa artinya pendidikan setinggi langit, jika perlakuan sudah tak pantas dianggap seperti manusia? Mereka menganggap membunuh manusia semudah membalikkan tangan. Tak ada lagi rasa saling memaafkan, hingga terus terjadi perselisihan berujung dengan kematian.

Masalah kenakalan remaja saja masih belum teratasi dengan baik, tapi sudah muncul berbagai macam ulah manusia bejat lainnya. Lantas, apa yang membuat dunia kita porak-poranda seperti saat ini? Dunia bertebaran manusia tak berperikemanusiaan. Apalagi kalau bukan lemah iman yang menjadi faktor kejamnya manusia. 

Hal yang dapat melemahkan iman seseorang adalah kurang mendekatkan diri kepada Sang Pemilik Alam. Diri sudah merasa memiliki segalanya, kurang bersyukur, hingga lupa akan Dzat yang telah memberikan segalanya. Lemah iman membuat manusia gampang terhasut oleh bisikan setan. Jika manusia sudah terhasut oleh setan, pasti akan sulit untuk mengontrol emosi. Ketika emosi sudah tidak terkontrol, hal apapun dapat terjadi. Salah satunya adalah membunuh. Bahkan hal terkeji, hingga memutilasi raga manusia bagaikan memotong daging ayam. 

Tak adakah rasa ingin mengembalikan dunia kita menjadi lebih indah? Apakah memang dunia kita sudah semakin tua, hingga inilah yang namanya akhir zaman? Jika memang dunia sudah semakin tua, bukankah tugas kita lebih mendekatkan diri kepada-Nya? Mengapa justru semakin jauh? 

Ayolah, tingkatkan iman dengan terus mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Perbaiki dengan jalan damai jika memang terjadi konflik di tengah keluarga. Jangan sampai karena masalah antar suami-istri justru terengut nyawa sang bauh hati. Terutama bagi pemuda, perbaiki diri dengan ibadah, jika cinta yang telah lama terpendam tak terbalaskan. 

Bukan malah saling menyalahkan dan berakhir dengan kematian. Apalagi sampai gantung diri di kantin sekolah karena sakit hati melihat sang pujaan bersama dengan yang lain. Hey, ingat kawan! Yang pantas kau cintai bukan dia seorang! Masih banyak perangai yang patut menerima tulusnya perasaan yang kau berikan. Coba renungkan!

***

*) Oleh : Handariatul Masruroh, Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia, Universitas KH. Mukhtar Syafaat Blokagung Banyuwangi.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES