Kopi TIMES

Andai Tugas Dosen hanya Mengajar

Rabu, 31 Januari 2024 - 15:32 | 44.55k
Nur Kamilia, Magister Hukum Alumni PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.
Nur Kamilia, Magister Hukum Alumni PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Bagi masyarakat, profesi Dosen dinilai sebagai profesi yang tugasnya tidak berat, yakni dari mereka kebanyakan berpikir hanya sebatas mengajar saja, ditambah dengan gaji yang didapat seorang dosen ialah dihitung per-jam, namun kenyataanya, tugas seorang dosen tidak hanya mengajar kemudian pulang ke rumah dan bersantai bersama keluarga.

Setelah memasuki dunia ini, akhirnya saya mengerti bahwa tugas seorang Dosen tidaklah mudah, di samping harus mengajar sesuai sks yang diambil, seorang Dosen juga harus menghadapi beberapa mahasiswa yang kritis, tidak jarang di dalam kelas terkadang terjadi perdebatan kritis antar sesama mahasiswa bahkan terkadang terjadi perdebatan antara mahasiswa dan Dosen. 

Advertisement

Selain itu, tugas seorang dosen harus melakukan penelitian minimal 2 kali dalam setahun yang mana hal tersebut diwajibkan oleh perguruan tinggi tempat ia mengajar. Untuk mencapai hal ini, terkadang seorang dosen harus melakukan penelitian ke luar kota, bahkan sampai keluar pulau untuk mendapatkan hasil terbaik dari penelitiannya itu. Bahkan jika memungkinkan, seorang dosen bisa melakukan penelitian sampai ke luar negeri untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan tentu hal ini sangatlah menguras banyak tenaga, pikiran dan biaya, biaya yang dimaksud di sini adalah berupa biaya transportasi, biaya hidup selama di luar, dan biaya publikasi jurnal tersebut.

Namun, terkadang untuk biaya publikasi jurnal terdapat beberapa Dosen yang biayanya ditanggung oleh perguruan tinggi itu sendiri. Ada juga yang ditanggung dengan biaya penuh, ada juga yang separuh biaya dari publikasi jurnal tersebut. Namun terkadang, terdapat juga beberapa Dosen yang menggunakan biaya sendiri untuk publikasi jurnal. 

Tujuan dari berlakunya tugas tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah untuk untuk kenaikan jabatan Dosen itu sendiri, yang mana hal tersebut juga sangat berpengaruh pada perguruan tinggi tempat ia mengajar dan tentu hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan ditengah sibuknya mengajar dan mengejar target lain, apalagi bagi seorang Dosen yang memiliki pekerjaan lain selain mengajar. Terkadang seorang Dosen merangkap jabatan, seperti menjabat sebagai praktisi, menjadi perangkat Desa, berwirausaha, dan masih banyak profesi lainnya yang bisa dipilih oleh seorang dosen untuk melakukan pekerjaan lain selain mengajar.

Di samping itu, tugas seorang Dosen juga mengurus kegiatan mahasiswa seperti KKN, PKL atau Praktikum, juga ikut andil dalam Penerimaan Mahasiswa baru yang mana harus mengorbankan masa libur kampus untuk mengurus kegiatan penerimaan mahasiswa baru yang tentu dibantu oleh BEM kampus. Tugas lain seorang Dosen ketika memasuki akhir semester yaitu menjadi Dosen pembimbing ditengah sibuknya mengajar. 

Selain itu, seorang Dosen harus mengurus publikasi artikel jurnal yang mana hal ini tidaklah mudah, ditambah apabila ketika kekurangan tulisan untuk target terbit pada jurnal tersebut. Dalam publikasi artikel jurnal, tugas tersebut tidak hanya sebatas publish saja, melainkan harus meningkatkan jurnal tersebut setiap tahunnya hingga sampai pada tingkatan di atasnya.

Tugas terberat dari seorang Dosen adalah ketika menghadapi masa akreditasi, selain harus menyiapkan bagian administrasi, seorang Dosen juga harus menyiapkan hal lain untuk kebutuhan akreditasi kampus yang mana hal tersebut harus membuat akreditasi kampus menjadi lebih baik bukan malah semakin turun nilainya dan ini merupakan tantangan yang berat bagi seorang Dosen di tengah kesibukan lainnya yang harus ditanggungnya selama menjabat sebagai dosen.

Menurut saya pribadi dan bayangan saya dulu ketika masih menjadi mahasiswa ternyata salah besar, ternyata tugas Dosen tidak hanya mengajar saja dan dibayar per-jam, ternyata banyak sekali tugas yang menyita banyak waktu, tenaga dan pikiran yang harus disalurkan sebagai seorang akademisi atau seorang Dosen. 

Apalagi ketika ingin naik jabatan bahkan sampai ke jenjang profesor, hal itu tentu membutuhkan karya tulisan yang banyak dan bermutu terlebih harus masuk pada tingkatan jurnal Scopus, yang mana untuk mencapai hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Yakni sampai bertahun-tahun lamanya, apalagi bagi seorang Dosen dari perguruan tinggi umum yang tidak berada di naungan Kementrian Agama yang syaratnya lebih banyak dan lebih sulit dibanding dengan perguruan tinggi Islam. 

Bahkan ada sebuah perguruan tinggi yang menjadikan artikel jurnal karya mahasiswa ketika akan dipublish, nama Dosen pembimbingnya menjadi penulis pertama, sedang mahasiswanya menjadi penulis kedua, hal ini dilakukan untuk memudahkan dan memperbanyak karya ilmiah seorang Dosen menjadi meningkat sehingga bisa lebih cepat atau lebih mudah untuk naik jabatan nantinya, karena memang sesusah itu untuk naik jabatan bagi seorang Dosen, apalagi untuk seorang dosen yang pendidikannya masih di level Magister. 

Namun terdapat juga perjuangan tinggi yang menjadikan mahasiswa menjadi first author dan Dosen pembimbingnya menjadi penulis kedua, ketiga dan seterusnya, hal ini dilakukan untuk masa depan mahasiswa yang ingin melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi, karena untuk sampai pada tahap itu, publikasi jurnal sangatlah dibutuhkan oleh mahasiswa. 

Jadi, andai tugas Dosen hanya mengajar, andai tugas Dosen sesuai dengan pemikiran masyarakat sekitar, tentu hal tersebut akan lebih menyenangkan. Namun kembali lagi, profesi apapun pasti akan menemukan tantangannya sendiri, termasuk profesi Dosen. Jika sudah seperti itu, tugas kita kedepannya adalah, jalani, hadapi, dan syukuri.

***

*) Oleh : Nur Kamilia, Magister Hukum Alumni PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Satria Bagus

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES