
TIMESINDONESIA, SIDOARJO – Bahasa Indonesia mulai mendapatkan apresiasi di lebih dari 45 negara, salah satunya adalah Australia, Jepang, Vietnam, Mesir, Italia, dan lain-lain. Di Australia sendiri, bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah, bahkan menjadi mata pelajaran yang diujikan. Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa asing terbesar yang diajarkan di sekolah-sekolah dasar negeri Australia Barat.
Menurut data Departemen Pendidikan Australia Barat pada tahun 2013, ada 24.869 siswa SD (sekolah dasar) negeri di sana yang belajar bahasa Indonesia di kelas. Hal tersebut bisa dipandang sebagai apresiasi bagi Indonesia sebagai negara yang memiliki bahasa Indonesia. Dengan apresiasi tersebut mengundang banyak ahli bahasa berpendapat bahwa bahasa Indonesia sangat berpotensi menjadi bahasa internasional. Bahasa Indonesia menuju bahasa internasional juga sudah dapat terlihat dari sejarah Indonesia.
Advertisement
Kepotensialan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional dapat dilihat berdasarkan faktor intra bahasa dan faktor ekstra bahasa. Aspek-aspek tersebut dapat mendukung bahasa Indonesia menuju bahasa internasional karena sistem bahasa Indonesia dapat dikatakan sudah mapan. Beberapa aspek yang terkait dengan bahasa Indonesia sudah diatur dan sudah dibekukan sesuai dengan diberlakukannya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Selain itu, jumlah penutur dan sikap penutur bahasa Indonesia juga menjadi pengaruh secara langsung dalam kemajuan bahasa Indonesia menuju bahasa internasional.
Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia menjadi modal yang sangat berarti. Selain itu, sikap positif dari penutur bahasa Indonesia yang ditandai dengan kesenangan masyarakat Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar juga menjadi berarti untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.
Namun, di sisi lain, masih banyak masyarakat Indonesia yang melakukan kesalahan dalam berbahasa Indonesia. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat berupa kesalahan dalam ejaan, tata bahasa, pilihan kata, dan struktur kalimat. Kesalahan-kesalahan ini dapat ditemukan di berbagai bidang, mulai dari media massa, pendidikan, hingga percakapan sehari-hari.
Hal ini memang menjadi ironi tersendiri bagi bahasa Indonesia. Di satu sisi, bahasa Indonesia mulai diakui secara internasional sebagai bahasa yang memiliki potensi untuk menjadi bahasa dunia. Di sisi lain, masyarakat Indonesia sendiri masih banyak yang melakukan kesalahan dalam berbahasa Indonesia.
Kesalahan yang paling sering terjadi adalah dalam penggunaan kata baku meski terlihat sepele, kesalahan dalam kata baku masih sering terjadi. Kesalahan kata baku memang sepele, tapi ketika hal tersebut terus menerus dilakukan bukan tidak mungkin nantinya akan akan dianggap benar. Kesalahan penggunaan kata baku dalam kegiatan sehari-hari bisa terjadi karena beberapa alasan, termasuk ketidaktahuan atau kebiasaan yang salah.
Ada beberapa kesalahan umum penggunaan kata baku dalam kegiatan sehari hari yang mungkin sering kita jumpai, seperti penggunaan singkatan atau akronim yang tidak tepat: Contoh: "SMA" (sekolah menengah atas) seharusnya ditulis dengan huruf kapital dan tanpa spasi, bukan "S.M.A." atau "SMA-nya.", Penggunaan kata serapan bahasa asing yang tidak tepat: Contoh: "Ballet" seharusnya ditulis sebagai "balet," bukan "ballet.", Penggunaan kata gaul atau singkatan yang tidak baku: Contoh: "Apa kabar, bro?" Seharusnya ditulis "Apa kabar, saudara?" atau "Apa kabar, teman?", Penggunaan ejaan yang salah: Contoh: "Sayangnya" seharusnya ditulis "sayangnya," bukan "sayangnya", dan penggunaan kata yang tidak baku dalam kalimat formal: Contoh: "Gue mau mengundang kamu ke pesta." Seharusnya ditulis "Saya ingin mengundang Anda ke pesta.".
Selain faktor dari kesalahan–kesalahan di atas ada pula beberapa kesalahan yang lainnya yang juga sering kita dengan dalam kehidupan sehari–hari, seperti kesalahan dalam penggunaan kata ganda atau repetitif yang tidak diperlukan: Contoh: "Secara langsung-terbuka." Seharusnya cukup "langsung.", penggunaan variasi ejaan yang tidak diterima secara resmi: Contoh: "Secepatnya" seharusnya ditulis "segera," bukan "secepat-nya.", penggunaan kata dengan ejaan kuno atau usang: Contoh: "Tidak bermakna" seharusnya ditulis "tidak berarti," bukan "tidak bermakna.", Penggunaan singkatan yang tidak umum: Contoh: "Kereta api cepat" seharusnya ditulis "kereta cepat," bukan "KA cepat.", penggunaan kata yang tidak sesuai konteks: Contoh: "Tidak relevan." Seharusnya ditulis "tidak relevan."
Untuk mengurangi kesalahan penggunaan kata baku dalam kegiatan sehari-hari, diperlukan usaha dari semua pihak, baik dari pemerintah, sekolah, maupun masyarakat. Pemerintah dapat berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sekolah dapat berperan dalam memberikan pengajaran bahasa Indonesia yang lebih baik kepada siswa. Masyarakat dapat berperan dalam membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Kita juga perlu meningkatkan pengetahuan tentang kaidah bahasa Indonesia yang baku dengan membaca buku, mengikuti kursus bahasa Indonesia, atau menonton video pembelajaran tentang bahasa Indonesia. Selain itu, kita juga perlu membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia yang baku dalam kehidupan sehari-hari, agar Bahasa Indonesia selain bisa lebih mendunia juga tetap terjaga sebagai Bahasa pemersatu, seperti isi dari Sumpah Pemuda yang terakhir yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
***
*) Oleh : Mochammad Fuad Nadjib, Kepala SMA Islam Sidoarjo.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Satria Bagus |