
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Konten adalah sebuah informasi atau materi yang disajikan dalam berbagai bentuk, mulai dari tulisan, video, gambar, audio, dan lain-lain. Sedangkan “perang konten” adalah istilah yang digunakan dalam dunia digital untuk menggambarkan persaingan antara pihak satu dengan pihak yang lain dalam menciptakan atau mendistribusikan konten yang menarik dan relevan bagi audiens mereka. Perang konten sendiri sudah melahirkan banyak jenisnya seperti artikel, video, gambar, podcast, dan lain sebagainya. konten juga bisa berupa apapun yang dapat disebarkan secara digital seperti email, newsletter, dan lain-lain.
Di zaman sekarang, perang konten bisa dianggap semakin penting karena telah terjadi perubahan cara manusia memperoleh informasi. Dulu, informasi hanya bisa didapat melalui media cetak atau siaran televisi, namun sekarang informasi bisa di akses dengan mudah melalui internet. Kita sendiri sebenarnya sudah terpengaruhi dengan perubahan ini, cuman kita yang tak menyadarinya apalagi memikirkannya. Telah banyak perubahan secara massa yang terjadi sebagai bentuk kemajuan di dunia ini.
Advertisement
Pada saat ini, disekitar kita sangat wajar jika dari berbagai kalangan banyak yang menggunakan smartphone, baik sifatnya produktif atau konsumtif. Produktif dalam hal ini berarti meningkatkan efisiensi, kinerja, dan hasil kerja. Sedangkan konsumtif yakni menggunakannya secara berlebihan, tidak efisiensi, atau tidak produktif. Sebenarnya hal seperti ini yang harus kita pahami agar kita bisa menggunakan teknologi secara bijak.
Namun, kenyataannya masih banyak yang menggunakannya secara konsumtif, hanya memenuhi keinginan saja bahkan sekedar gengsi. Lalu, apa sih yang sering di buka di dalam smartphone? jawaban pemenangnya adalah sosial media. Memang secara gampangnya dengan media sosial kita bisa berkomunikasi dan interaksi sosial, serta mencari informasi. Tapi, apakah itu saja? Tentu saja jawabannya tidak, karena media sosial saat ini pun mempunyai berbagai fungsi seperti tempat mencari hiburan, mempromosikan bisnis dan karir, menyampaikan pendapat, bahkan ajang memamerkan diri, dan lain sebagainya.
Hal tersebut merupakan kabar baik bagi mereka yang memang perlu untuk berkecimpung di media sosial, contohnya saja pebisnis. Dengan adanya media sosial pebisnis bisa menjangkau pelanggan secara luas, mempromosikan produk, dan lain sebagainya. Selain itu, saat ini juga sudah sangat banyak yang menggunakan media sosial demi mencapai keinginan mereka, bahkan mereka sudah kreatif menggunakannya. Sekarang media sosial seakan-akan menjadi hal yang tak boleh ditinggalkan demi meraih kesempurnaan. Tapi apakah benar jika semuanya harus digantungkan dengan media sosial? jawabannya adalah tidak, karena tidak semua hal itu tepat jika menggunakan media sosial sebagai sebuah strategi.
Kembali ke kata “konten”, kita yang hidup di tengah kemajuan zaman ini harus pintar dalam melihat keadaan disekitar kita apalagi dalam menggunakan media sosial. bagi kita yang statusnya penikmat ataupun pembuat konten harus bijak juga dalam menggunakannya. Sudah banyak bukti penyalahgunaan media sosial yang akhir-akhirnya juga harus ditindak secara hukum, contohnya saja memberikan berita hoaks, konten negatif, ujaran kebencian dan lain sebagainya. Baik yang merugikan individu, kelompok, atau masyarakat secara luas. Apalagi di tahun politik 2024 ini yang merupakan tahun pemilihan presiden. Jika kita sering menonton berita televisi, scroll video pendek di medsos, pasti kita tak bisa terlepas dari konten-konten yang membahas salah satu paslon baik kontennya mengunggulkan atau justru malah menjatuhkan.
Saat sekarang konten bisa dibuat oleh siapapun, apalagi dengan membuat konten kini bisa menghasilkan uang yang di dapat dari AdSense. AdSense sendiri merupakan program periklanan online yang disediakan oleh Google untuk ditampilkan di dalam konten yang nantinya bisa menghasilkan pendapatan bagi pemilik konten tersebut. Jadi, kita membuat konten itu tujuan sebenarnya untuk apa sih? Semuanya kita kembalikan pada diri kita masing-masing.
Selain itu, Ketika konten dapat di buat oleh siapapun bisa jadi ini merupakan salah satu bentuk dari kebebasan berekspresi yang ada di Indonesia. Tapi mengapa masih ada tindakan bagi penyalahgunaan media sosial? jawaban singkatnya adalah walaupun di Indonesia bebas berekspresi, kebebasan tersebut masih di atur oleh hukum, sehingga masih perlu adanya pengawasan agar tidak menyalahi norma dan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat.
Seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 yang merubah Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik merupakan prihal kebebasan berekspresi dan batasan-batasan dalam berekspresi di Indonesia.
Konten yang ada di media sosial terkadang juga membuat kita bingung karena kontroversinya dengan konten yang lain. Tak sedikit konten yang saling kontroversi demi mencapai tujuan individu atau kelompok. Ketika sudah terjadi demikian, bukankah di dunia kita saat ini sedang terjadi perang konten? Bagi kita yang kurang memikirkan hal ini akan sangat bahaya untuk pola pikir kita. Kita bisa saja menilai seseorang yang baik menjadi buruk seketika hanya karena sebuah konten, atau justru sebaliknya.
Salah satu langkah aman bagi kita adalah selalu mencari kebenaran terhadap konten yang kita lihat. Apalagi bagi kita sebagai pembuat konten, mau di kemenakan arah konten kita? Apakah hanya untuk mengejar pendapatan? Kepentingan organisasi? Atau murni berkonten dengan memperhatikan norma dan etika? Semuanya tergantung dari diri kita masing-masing.
Jadi, intinya adalah bagaimana cara kita menyikapi teknologi yang ada disekitar kita, khususnya terhadap cara kita menggunakannya. Konten yang setiap hari kita lihat ataupun kita buat itu tergantung pada diri kita juga. Akan tetapi, lebih baiknya jika kita menggunakan teknologi yang ada dengan bijak dan tidak merugikan orang lain. Hal seperti ini sebenarnya bukanlah doktrin untuk kita menghindarinya, karena bagaimana pun juga kita tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Dunia sudah luluh dengan teknologi yang begitu pintar membuat alasan.
***
*) Oleh : Ahmad Afallah, Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia Universitas KH. Mukhtar Syafa’at Banyuwangi
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |