
TIMESINDONESIA, MALANG – Michel foucault, salah satu cendekiawan asal prancis yang tidak bisa diklasifikasikan keahliannya ada di salah satu bidang keilmuan. Hal tersebut dikarenakan mayoritas ilmuwan mengatakan bahwa saking banyaknya bidang keilmuan yang foucault kuasai. Dan benar jika teman-teman search tentang Michel Foucault di google maka berbagai disiplin ilmu akan menyertai penjelasannya. Namun secara riwayat belajar, foucault pernah berkuliah pada program studi filsafat dan psikologi.
Ada salah satu pemikiran foucault yang menarik yakni ketika Michel Foucault membahas tentang kekuasaan, satu poin yang ketika di ucapkan akan membawa ingatan saya menjurus ke nama Michel foucault. Bagaimana tidak, foucault memiliki definisi serta penjelasan yang amat sangat membahagiakan ketika didengar bagi warga sipil seperti saya ini. Dimana normalnya pemikiran ketika mendengar kata kekuasaan maka yang akan muncul adalah sebuah hal yang hanya bisa dirasakan oleh para pejabat, pemimpin, orang kaya, atau bahkan seorang mafia.
Advertisement
Nah, pada dasarnya pemikiran tersebut juga tidak salah tapi juga tidak bisa dibenarkan sepenuhnya. Dan saya harap melalui coretan singkat ini temen-temen bisa menyimpulkan dan mengetahui seperti apa yang benar dan yang salah tentang sebuah kekuasaan melalui perspektif Michel Foucault.
Oke mari kita mulai, Foucault berpendapat bahwa kekuasaan bukan hanya milik seorang pejabat, pemimpin, orang kaya, bahkan seorang mafia. Akan tetapi kekuasaan berhak dimiliki dan dirasakan oleh setiap manusia. Karena kekuasaan itu ada seiring dengan pengetahuan yang dimiliki manusia tersebut. Maka seberapa besar kekuasaan ada pada seseorang, sebesar itu juga pengetahuan seseorang tersebut.
Sementara ini pendapat Foucault ini yang paling rasional menurut saya untuk menerima arti sebuah kekuasaan. Ok, kita ambil contoh kekuasaan sesuai konsep foucault: ada dua orang, si A memiliki keahlian di bidang perdagangan dan si B memiliki keahlian di bidang peternakan. Maka jika ditinjau dari perspektif kekuasaan Michel Foucault si A dan si B masing-masing memiliki kekuasaan. Dimana si A karna dia ahli dalam bidang perdagangan maka si A akan dapat memiliki kekuasaan dalam bidang perdagangan karna selaras dengan pengetahuannya. Si B memiliki kekuasaan dalam bidang peternakan hal ini selaras dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Mari kita coba lihat di sekitar kita apakah konsep kekuasaan Michel Foucault ini dapat memberi pencerahan tentang konsep sebuah kekuasaan yang ada di sekitar kita. Misal, seorang penjual parfum (ahli di bidang parfum) dapat mengetahui berbagai macam jenis parfum bahkan sampai bisa memperkejakan karyawan untuk menjual parfumnya. Maka tampak sudah sebuah kekuasaan yang dimiliki seorang penjual parfum berkat pengetahuannya tetang parfum.
Semua ini berlaku pada diri kita masing-masing. Dimana pengetahuan yang kita miliki disitulah kekuasaan yang kita miliki. Maka dari itu silahkan bertanya pada diri sendiri bentuk pengetahuan yang seperti apa yang ada pada diri kita.
Agar sebuah pengetahuan tersebut dapat menjadi sebuah kekuasaan dan sebuah kekuasaan tersebut dapat kita kendalikan dan berdampak pada diri kita dan orang lain. Maka manfaatkan kekuasaan tersebut dengan sebaik mungkin. Karna semua berhak berkuasa.
***
*) Oleh : Muhammad Labib Bara Ramadhan, Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim dan Pengurus Biro Kaderisasi Komisariat PMII Sunan Ampel Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |