Manipulasi Agama dalam Politik: Analisis Strategi dalam Pemilu

TIMESINDONESIA, BOGOR – Dalam politik Indonesia, isu antara agama dan politik telah membentuk sejarah negara ini. Isu ini turut mewarnai perjalanan sejarah bangsa. Sejak awal pembentukannya, hingga saat ini. Peran agama sangatlah besar dalam politik, terutama dalam mendapatkan suara dari penganut agama tertentu. Dengan mencampurkan agama dengan politik maka para pemuka agama akan tertarik untuk memilih partai maupun pasangan calon tersebut.
Pro dan kontra mengenai hal ini pun marak terjadi, mulai dari tokoh agama hingga akademisi, saling merespons dan membela kepentingannya masing-masing mengenai hal ini. Agama selalu menjadi komoditas politik. Agama dan politik punya kepentingan masing-masing yang terkadang melawan satu sama lain.
Advertisement
Taktik menggunakan agama dalam politik ini merupakan hal yang lumrah digunakan oleh pasangan calon kepala daerah maupun presiden, terutama di negara Indonesia, dimana agama merupakan hal yang sangat penting serta dijunjung. Penggunaan taktik ini tentu menuai berbagai reaksi dari masyarakat. Hal tersebut menjadi penyebab masyarakat Indonesia terbelah menjadi dua pihak. Pihak pro yang berkeyakinan bahwa agama dapat menjadi faktor penentu dalam kepemimpinan, di lain sisi pihak kontra menilai bahwa isu agama seharusnya tidak disatukan dengan urusan politik. Kritik ini mengemuka karena dianggap dapat memicu polarisasi dan memperdalam perpecahan dalam masyarakat.
Hal tersebut bisa terlihat dalam pemilihan presiden saat ini. Taktik ini pun lagi-lagi terjadi saat ini dimana Ada yang mencoba untuk mengaitkan diri mereka dengan isu-isu agama agar mendapatkan dukungan lebih besar dari pemilih, contoh paling sederhana adalah seperti melakukan kampanye di tempat ibadah, dan yang paling mencemaskan adalah dimana masyarakat digiring untuk memilih salah satu calon Presiden agar tetap mematuhi agamanya.
Meskipun upaya ini dapat menjadi bagian dari strategi politik yang efektif, pendekatan semacam itu sering kali mendatangkan kritik tajam dari berbagai pihak. Contoh dari kritik tajam yang dilontarkan media ialah dengan menghasut dan mendukung tindakan kekerasan serta diskriminasi terhadap kelompok agama tertentu demi strategi politik serta menggunakan informasi yang sesat maupun salah tentang agama untuk mencapai tujuan politik, tanpa mempertimbangkan kebenaran dan keadilan. Pelanggaran-pelanggaran tersebut dapat menimbulkan risiko yang cukup fatal terhadap integritas politik dan sosial, dan dapat merusak dasar nilai etika dalam konteks politik dan keagamaan.
Dengan adanya taktik atau strategi semacam ini, perpecahan di tengah masyarakat semakin rumit, hal ini menyoroti pentingnya memiliki wawasan ke depan dalam mengembangkan sistem pemilu yang lebih luasnya jangkauannya. Untuk mengurangi ketegangan yang muncul akibat agama dan politik yang di satu-padukan, perlu ada solusi-solusi yang dapat menambah jarak antara kedua ranah yang sangat berpengaruh kepada negara ini.
Hal ini jelas menggambarkan betapa kompleks nya isu agama dan politik di Indonesia dan menyoroti betapa pentingnya komunikasi dalam menangani masalah ini.
Komunikasi adalah kunci dalam menjelaskan peran agama dalam politik serta dampak strategi penggunaan agama oleh para pemimpin. Selain itu, dialog antar kelompok agama dan politik sangat penting untuk membangun pemahaman bersama dan mengurangi ketegangan, ini bisa mencegah adanya perpecahan dan terjadinya penyebaran kebencian
Solusi lainnya adalah mempromosikan pendidikan mengenai politik yang lebih baik kepada masyarakat. Dengan meningkatkan pemahaman tentang pentingnya untuk melakukan pemisahan antara agama dan politik, masyarakat dapat lebih kritis dan objektif dalam menilai kinerja para calon pemimpin negara tanpa terpengaruh oleh isu-isu agama semata.
Mendorong etika politik pun penting untuk transparansi dalam komunikasi politik, sehingga masyarakat dapat memiliki kepercayaan yang lebih besar terhadap proses politik dan keputusan yang dibuat.
Selain mempromosikan pendidikan politik dan mendorong etika politik, solusi lain yang dapat diambil untuk mengatasi penyatuan agama dan politik adalah seperti menciptakan tempat aspirasi untuk berbagai kelompok agama dan komunitas politik agar dapat membantu membangun pemahaman saling menghormati dan mendukung keberagaman. Dengan menggali pemahaman bersama tentang kebutuhan dan aspirasi dari masing-masing pihak, kita dapat menciptakan lingkungan politik yang lebih merangkul dan mengurangi potensi konflik dari perbedaan agama.
Dan yang paling penting adalah mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam Pemilu ini. Dengan melibatkan masyarakat secara langsung, masyarakat dapat memiliki peran yang lebih dalam membentuk arah kepemimpinan dan kebijakan negara, dan tentunya tidak dari pengaruh agama semata.
Untuk kedepannya, penting bagi masyarakat dan pihak yang terlibat untuk bersama-sama menciptakan lingkungan politik yang inklusif, berdasarkan pada kebutuhan dan aspirasi masyarakat serta tanpa memandang perbedaan agama. Hal ini dapat membawa perubahan positif dalam dinamika politik Indonesia, menghindari pemilihan umum dari polarisasi dan menciptakan ruang bagi pemimpin yang mampu mewakili rakyat indonesia, kepentingan bersama tanpa memecah belah masyarakat.
***
*) Oleh : Raisha Maharani, Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |