Kopi TIMES

Megengan dan Tradisi Jawa Menyambut Bulan Ramadan

Selasa, 27 Februari 2024 - 16:26 | 60.73k
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – INDONESIA memiliki tradisi di setiap hari besarnya, termasuk Ramadan. Salah satunya ialah acara selametan yang disebut dengan Megengan. Tradisi tersebut dilakukan masyarakat Jawa untuk menyambut datangnya hari raya tersebut.

Megengan merupakan alkuturasi budaya Jawa dan budaya Islam yang dilakukan Walisongso saat menyebarkan ajaran Islam di Jawa dan memiliki tujuan agar Islam dapat diterima oleh masyarakat. Megengan digelar pada minggu terakhir bulan Sya'ban, terletak di antara dua bulan mulia yaitu Rajab dan Ramadan.

Advertisement

Kata megengan diambil dari bahasa Jawa yang berarti menahan. Acara ini digelar untuk mengingatkan masyarakat akan datangnya bulan Ramadan.

Seluruh umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Dalam menjalankannya, umat Islam diminta untuk menahan segala bentuk perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa. Makna lain di balik acara Megengan adalah permohonan maaf bagi sesama. Permohonan maaf disimbolkan dengan kue apem, kudapan khas Jawa yang biasa disajikan pada acara-acara adat. Apem dalam acara megengan ternyata memiliki makna tersendiri.

Istilah apem diambil dari kata ngafwan atau ngafwun yang berarti permohonan maaf. Megengan dilakukan sebagai wujud rasa syukur karena masih dipertemukan dengan bulan Ramadan. Rasa syukur tersebut diwujudkan dengan makanan yang dibuat oleh masyarakat, kemudian dibagikan kepada orang-orang yang tinggal di sekelilingnya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Sebelum perayaan Megengan, orang-orang akan datang ke makam untuk berdoa dan menabur bunga yang dikenal dengan nyekar. Tradisi Megengan dilaksanakan di masjid, mushola, langgar, atau pun dari rumah ke rumah.

Kemudian, Megengan dimulai pada waktu petang dengan dihadiri tamu undangan yang bersila di atas tikar dihadapkan dengan ambengan sebagai sajian untuk acara Megengan. Lalu si tuan rumah akan mengungkapkan keinginannya kepada sesepuh lingkungan yang kemudian akan dibacakan doa berisi keinginan tersebut. Setelah selesai dibacakannya doa, ambengan akan dibagikan kepada para tamu undangan

Megengan merupakan tradisi menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi Megengan bisanya dilakukan masyarakat Jawa Timur maupun Jawa Tengah Megengang merupakan tradisi yang telah berlangsung secara turun temurun.

Megengan Pengertian Megengan Kata Megengan berasal dari kata megeng yang berarti menahan. Makna megengan adalah menahan segala hal yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan hal lain yang membatalkann puasa.

Megengan juga berarti keselamatan supaya tetap terjaga baik dalam menghadapi Ramadhan. Tradisi Megengan juga dilakukan untuk mengingatkan masyarakat datangnya bulan suci Ramadhan. Dimana pada bulan tersebut, umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Megengan merupakan alkuturasi budaya, yaitu penggabungan budaya Jawa dan budaya Islam yang dilakukan Walisongso saat menyebarkan ajaran Islam di Jawa. Tujuannya tidak lain supaya Islam dapat diterima oleh masyarakat.

Pada masa itu di Jawa terdapat budaya menghantarkan sesajen, kemudian para Wali mengganti kegiatan tersebut dengan mengantarkan makanan. Kapan Megengan Dilakukan? Megengan digelar pada minggu terakhir bulan Sya'ban, terletak di antara dua bulan mulia yaitu Rajab dan Ramadhan.

Megengan dilakukan sebagai wujud rasa syukur karena masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Rasa syukur tersebut diwujudkan dengan makanan yang dibuat oleh masyarakat, kemudian dibagikan kepada orang-orang yang tinggal disekelilingnya. Sebelum pelaksanaan tradisi megengan, orang-orang akan datang ke makam untuk berdoa dan menabur bunga yang dikenal dengan "nyekar".

Tradisi megengan ditandai dengan selametan yang dilakukan di masjid, mushola, atau langgar. Salah satu contoh Sambut Ramadhan, warga Demak Gelar Tradisi Megengan Caranya dengan menyatukan berbagai makanan di suatu tempat dan dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh pemuka agama atau tokoh masyarakat. Doa tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan keselamatan dan kekuatan dalam menjalankan ibadah puasa. Setelah doa, semua orang yang menghadiri acara megengan dapat mengambil makanan yang dikumpulkan tadi.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES