Kopi TIMES

Kihajar Dewantara: Jejak Maha Karya Sang Revolusi Mental

Rabu, 28 Februari 2024 - 23:22 | 63.95k
Abdullah Fakih Hilmi AH, S.AP., Akademisi dan Wirausahawan
Abdullah Fakih Hilmi AH, S.AP., Akademisi dan Wirausahawan
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTASEKITAR satu abad yang lalu, sebuah gerakan pendidikan revolusioner melanda tanah air Indonesia. Di tengah gejolak politik dan sosial, seorang tokoh besar lahir dengan visi yang mengubah wajah pendidikan di Indonesia untuk selamanya. 

Ki Hajar Dewantara, nama yang tak lekang oleh waktu, membawa gagasan yang menggugah, menciptakan terobosan, dan meninggalkan warisan yang tak terlupakan dalam perjalanan bangsa ini. Dalam esai ini, kita akan menyelami jejak langkah sang maestro pendidikan tersebut, menggali hikmah dari karya-karyanya, serta merenungkan makna dari revolusi mental yang diusungnya.

Advertisement

Lahirnya Sebuah Visi

Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Pakualaman dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Namun, lebih dikenal dengan panggilan akrabnya, Ki Hajar Dewantara. 

Di balik sosoknya yang karismatik, terdapat impian besar yang membara: memberikan pendidikan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia. Visi ini tak lepas dari pengalamannya yang pahit di masa penjajahan, di mana akses pendidikan terbatas hanya bagi kalangan priyayi.

Revolusi Mental: Panggilan untuk Merdeka Berpikir

Ki Hajar Dewantara tidak sekadar mencita-citakan perubahan fisik dalam sistem pendidikan, tetapi juga revolusi mental. Beliau percaya bahwa kemerdekaan sejati tidak hanya berarti membebaskan diri dari penjajahan fisik, tetapi juga dari penjajahan pikiran.

Revolusi mental adalah panggilan untuk merdeka berpikir, untuk membebaskan diri dari belenggu-belenggu pikiran yang membatasi potensi diri.

Taman Siswa: Perkembangan Pendidikan Alternatif

Dalam mewujudkan visinya, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922. Taman Siswa bukan hanya sekadar sekolah, melainkan gerakan pendidikan alternatif yang mengedepankan kebebasan belajar, kemandirian, dan pengembangan karakter.

Metode pembelajaran yang digagasnya melampaui batasan kelas dan buku teks, mengajak siswa untuk belajar dari lingkungan sekitar dan pengalaman hidup mereka.

Pendidikan untuk Semua: Konsep Inklusi dan Kesetaraan

Salah satu aspek yang membuat karya Ki Hajar Dewantara begitu monumental adalah konsep inklusi dan kesetaraan dalam pendidikan. Beliau memperjuangkan hak pendidikan untuk semua golongan, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau budaya. Dengan membangun sekolah-sekolah rakyat dan memperluas akses pendidikan, beliau membuka pintu bagi jutaan anak Indonesia untuk meraih mimpi mereka.

Membentuk Karakter Bangsa: Pendidikan Moral dan Kebangsaan

Revolusi mental yang diusung Ki Hajar Dewantara juga menggarisbawahi pentingnya pendidikan moral dan kebangsaan. Beliau percaya bahwa pendidikan tidak hanya tentang akademik, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan cinta tanah air.

Melalui pengajaran nilai-nilai kebangsaan, seperti gotong royong, kepemimpinan, dan semangat kebhinekaan, Ki Hajar Dewantara berupaya membentuk generasi yang tangguh dan bertanggung jawab.

Menghadapi Tantangan dan Penerimaan

Meski gagasannya menghadapi tantangan dan resistensi dari pihak kolonial Belanda pada zamannya, Ki Hajar Dewantara tidak pernah mundur. Beliau terus memperjuangkan visinya dengan semangat yang membara, bahkan ketika harus menghadapi penjara dan pembuangan. 

Akhirnya, perjuangannya membuahkan hasil ketika Indonesia meraih kemerdekaan pada tahun 1945, dan gagasan-gagasannya menjadi landasan dalam pembangunan pendidikan nasional yang visioner.

Meninggalkan Jejak Abadi: Warisan Ki Hajar Dewantara

Warisan Ki Hajar Dewantara masih terasa kuat hingga hari ini. Pendidikan karakter, inklusi, dan kemandirian yang beliau usung masih menjadi pijakan dalam pembangunan pendidikan di Indonesia.

Taman Siswa dan gagasan-gagasan revolusionernya terus diabadikan sebagai simbol perjuangan untuk pendidikan yang lebih baik. Semangatnya meresapi setiap sudut bangsa ini, mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan sebagai kunci menuju masa depan yang cerah.

Kesimpulan: Meneruskan Api Perjuangan

Ki Hajar Dewantara bukan hanya seorang pendidik, tetapi juga seorang pejuang dan pemimpin. Gagasan-gagasannya telah mengilhami jutaan orang, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.

Jejak langkahnya yang penuh makna mengajarkan kita untuk terus memperjuangkan hak-hak pendidikan, untuk mengusung nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan kebebasan. 

Sebagai pewaris api perjuangan Ki Hajar Dewantara, tugas kita adalah melanjutkan perjuangan beliau, menjaga nyala semangat revolusi mental, dan membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Dengan menghormati warisan dan menginternalisasi nilai-nilai yang ditinggalkan oleh Ki Hajar Dewantara, kita dapat menjadi agen perubahan dalam dunia pendidikan, membawa semangat revolusi mental ke tingkat yang baru, dan menginspirasi generasi-generasi mendatang untuk meraih mimpi mereka dengan penuh keyakinan dan keberanian.

***

*) Oleh : Abdullah Fakih Hilmi AH, S.AP., Akademisi dan Wirausahawan.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES